CHAPTER 10
- The truth behind -
“Lama sekali…” Yuto bercakak pinggang sambil kedua matanya memperhatikan langkah Daiki dan Momoko yang nampak tergesa-gesa menaiki tangga lantai 2 rumahnya. Diomeli seperti itu, Momoko hanya nyengir kuda, sementara Daiki berhenti dan balik menatap Yuto kesal.
“Nggak lihat apa ini kotak jusnya sekantong gede gini? Emang aku mungut pake sekop apa, cepat!” balasnya keki. Yuto cekikikan melihat ekpresi pemuda yang lebih pendek beberapa senti darinya itu. Mirai mendekati Yuto lalu mencubit punggungnya gemas.
“Nggak usah berantem ah, buruan…”
Mengikuti perintah gadis itu, Daiki lalu bergerak ke satu sofa panjang yang kini telah diduduki Momoko. Mirai dan Yuto ikut kembali ke satu sofa lain, tempat mereka duduk sebelumnya.
Daiki mulai menumpahkan kemasan jus jeruk dalam kantong sementara Yuto mengambil laptop putihnya yang terletak di meja. Mirai membantu Momoko mengeluarkan beberapa bubuk bahan Kimia dan beberapa lembar kertas berwarna dari dalam tas gadis itu. Waktu satu menit cukup bagi mereka untuk menyiapkan perkakas-perkakas tadi seheingga terletak rapi di lantai kemudian ikut duduk mengelilinginya. Tiga dari mereka mulai menaburi bubuk bahan kimia tadi ke tepi kemasan-kemasan kosong jus tersebut sementara yang satu sibuk mengutak-atik laptopnya, mengaktifkan program tertentu. Tak lupa disambungnya juga sebuah alat scan mini nan canggih, kiriman sang ayah yang saat ini sedang bertugas di Jerman.
Kemasan pertama yang selesai ditaburi bubuk mulai menunjukan reaksi. 5 bekas sidik jari yang bisa dipastikan adalah jari manusia itu mulai nampak bentuknya. Kemasan bersidik jari itu lalu dilapisi kertas berwarna yang tadi juga dikeluarkan dari tas Momoko, sehingga hasilnya, sidik jari tersebut menempel di kertas. Kertas bersidik jari itu lalu dioper kepada pemuda berlaptop dan di scan. Hasil scan di cocokan dengan satu sample sidik jari yang mereka kenal betul siapa pemiliknya.
Sudah bisa menebak rencanannya? Benar! Setelah rencana pencocokan biodata gagal, kali ini TDL—minus Ryosuke yang tak pernah tahu teman-temannya sedang berencana membongkar identitas Yukimura Misaki—dengan ide dari Momoko mencoba mencocokan sidik jari. Dan tentu saja sidik jari yang akan dicocokan tersebut adalah milik Umika yang mereka ambil dari gagang pintu kamar dan lemarinya serta Misaki dari benda apapun yang dipegang gadis itu dan bisa mereka bawa pulang. Beruntung, Misaki hari ini sempat meneguk sekotak jus jeruk, sehingga tinggal diambil saja bungkus jus jeruk tersebut tanpa menarik perhatian, meskipun Daiki terpaksa membopong seluruh kemasan jus yang ada di tempat sampah karena tidak menandai betul yang mana kemasan bekas Misaki.
Alat-alat pengecekan sidik jarinya sendiri didapat dari Momoko. Secara ayahnya adalah Kepala polisi resor saitama yang dulunya sempat berprofesi sebagai detektif. Jadi, menemukan barang-barang khas detektif seperti ini di rumahnya adalah hal yang sangat sangat lazim. Dan membawanya ke kediaman Nakajima? Mudah saja.
Mirai, Yuto, Daiki, dan Momoko menatap horror layar laptop Yuto yang tengah memproses data hasil scannan tadi dan mencocokannya dengan sidik jari Umika.
“PIIIP—no match”
Sidik jari tidak cocok. Keempat manusia itu menghela nafas berat selagi memandang tumpukan kemasan jus yang belum terjamah tadi.
“Kerjaan kita bakal lama nih..” komentar Daiki selanjutnya. Ketiga temannya mengangguk. Namun karena niat yang kuat, pekerjaan itu kembali diulangi. Mereka hanya diam, dalam hati berdoa, semoga saja ada satu sidik jari yang cocok. Semoga saja, Misaki adalah Umika.
* * * * * * * *
Ryosuke tersenyum tipis selagi otaknya keras berpikir. Didepannya, seorang pemuda yang baru ia kenal 2 hari ini juga tersenyum ramah, sangat ramah malah.
Kenapa Kamiki Ryunosuke mengajaknya kesini? Apa pemuda ceking itu mau memperingatinya untuk tidak mendekati Misaki karena insiden ‘pelukan’ dan ‘antaran’ kemarin?
Seperti itulah kira-kira prtanyaan yang berputar dalam kepala Ryosuke sampai suara Kamiki mengangetkannya dan mengembalikannya ke realita dimana ia tengah duduk berhadapan dengan pemuda itu di salah satu kafe.
“Yamada, kau mau pesan apa?”
“Oh..,” Ryosuke tersentak. Tidak disadarinya bahwa sejak beberapa detik lalu, seorang waitress telah berdiri di samping keduanya menunggu pesanan. Pemuda itu melirik daftar menu sejenak. “Aku pesan ice coffe..”
“Satu mocca latte dan satu ice coffe. Ada lagi?” gadis waitress itu mencatat pesanan lalu kembali menatap Kamiki dan Ryosuke. Kedua pemuda itu menggeleng.
“ini saja, terima kasih..” Kamiki menambahkan lagi. Waitress itu mengangguk sambil tersenyum, sedikit terkesan dengan pemuda tampan yang nampak ramah ini. Dan lagi, pemuda lain yang duduk berhadapan dengan si ramah itu juga sangat tampan dan keren. Berkah banget hari ini.
Dengan gerakan agak terpaksa—karena harus melepaskan momen indahnya menatap satu pemuda manis dan satu pemuda berwajah super georgeus, waitress itu lalu ke belakang untuk menyiapkan pesanan. Setelah waitress itu pergi, Kamiki dan Ryosuke kembali saling menatap. Namun kali ini, tatapan Kamiki berubah serius dan tidak seramah tadi. Ryosuke ikut berwajah serius.
“Maaf aku sudah mengganggumu dengan mengajakmu bicara seprivat ini… ” Kamiki memulai pembicaraan dengan nada tenang meskipun wajahnya masih nampak serius. Ryosuke menganguk, mulai mengikuti alur perbincangan itu.
“Tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak ada kegiatan…”
Kamiki tersenyum tipis sebelm mengatur baik-baik nafasnya untuk bicara. Melihatnya, Ryosuke tanpa sengaja ikut mengatur Nafas.
“Ini soal Misaki...” Kamiki kembali berujar, sementara Ryosuke memperhatikannya lekat-lekat menunggu kelanjutan kata-katanya. Ada jeda beberapa detik sebelum Kamiki kembali bersuara.
“Yukimura Misaki dan Kawashima Umika adalah orang yang sama…”
* * * * * * * *
“Hah?!”Kedua mata Suzuka membulat sempurna karena terperangah. Pikirannya langsung berkecamuk. Apa maksudnya Misaki meninggal saat kelas 2 SMP?
Jingi juga tidak kalah terkejutnya dengan Suzuka meskipun penyebabnya berasal dari kata-katanya sendiri. Padahal dia sudah berjanji pada orang tuanya, bibinya, untuk tidak lagi membahas hal ini pada siapapun. Siapapun! Bahkan pada istrinya—jika ia telah menikah—sekalipun.
“Ne, Jingi… apa maksudnya Misaki sudah meninggal? Lalu Misaki yang ada sekarang ini siapa?!” rasa penasaran yang menggelitik Suzuka membuatnya cepat-cepat mengajukan pertanyaan pada pemuda di sampingnya itu. Jingi nampak ragu-ragu bicara. Namun entah kenapa hatinya memaksa untuk berkata. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk menceritakan hal ini, hal yang seharusnya tetap disimpannya sebagai rahasia.
Pemuda itu mengangkat wajahnya lalu balik menatap Suzuka.
“Misaki.., Dia…dia bukan Yukimura Misaki yang sebenarnya…”
* * * * * * * *
“AH!” Momoko, Mirai, Yuto, dan Daiki sontak menyerukan seruan kekagetan yang sama setelah salah satu dari tumpukan kemasan jus jeruk yang tinggal setengah karena sudah diteliti sejak tadi itu memuat satu sidik jari yang nilai kecocokannya 99,9% dengan sidik jari sample dalam laptop Yuto. Keempat remaja itu terperangah, tatapan mereka sempurna mengarah ke layar laptop.
“Yukimura Misaki…dia memang Umika…” bisik Mirai tertahan.
* * * * * * * *
Ryosuke terperangah. Kedua bola mata coklat beningnya membulat sempurna memakukan pandangan keterkejutan pada eksistensi di depannya.
“Apa maksudmu mereka orang yang sama?” Nafasnya agak tertahan. Kamiki handak menjawab, namun terheti karena kemunculan eksistensi baru yang membawa nampan bermuatkan pesanan mereka.
“Mocca latte dan ice coffe..silahkan..” Waitress itu meletakan dengan hati-hati 2 cup berisi jenis minuman berbeda itu di depan pemesannya masing-masing lalu bergerak pergi sambil tersenyum penuh arti. Niatnya sih berdiri lebih lama, namun karena atmosfir diantara 2 pemuda tampan itu terasa berbeda—dan menakutkan tentu saja—waitress itu memutuskan untuk buru-buru minggat sebelum kena damprat. Dilihat saja, orang akan langsung tahu kalau kedua pemuda itu sedang ‘bermasalah’.
Selepas waitress itu pergi, Kamiki kemudian meneguk lattenya dan kembali melanjutkan ceritanya barusan.
“Yukimura Misaki adalah Kawashima Umika. Kami menemukannya 6 bulan lalu nyaris meninggal di tengah laut—“
“Kami?” sela Ryosuke.
“Ya, Kami. Aku dan ibunya..” pemuda itu sedikit memberi jeda. “maksudku ibu angkatnya, Yukimura Sayu. Dialah yang pertama kali melihat Kawashima dan meminta kami menyelamatkannya…”
Ryosuke serius menyimak setiap kata yang terucap oleh Kamiki. Pikirannya berkecamuk, membenarkan kata hatinya dulu, firasatnya, bahwa saat itu Umika memang masih hidup.
Kamiki kembali melanjutkan. “Kawashima pingsan seminggu, dan ketika sadar, dia sama sekali tidak ingat apapun, bahkan namanya sendiri. Dokter bilang dia amnesia…”
“Amnesia..” bisik Ryosuke pelan. Jadi itu! Hal itulah yang membuat Umika tidak mengenalinya sama sekali.
Ryosuke mengembalikan konsentrasinya ke lawan bicaranya.“Lalu… Kenapa Umika menyebut dirinya Yukimura Misaki?! Siapa itu? ”
Kamiki tersenyum.
* * * * * * * *
“Amnesia?” Suzuka nampak terkejut dengan satu kata yang dilontarkan Jingi barusan. Jadi, perkiraannya memang benar, Yukimura Misaki adalah Umika dan karena amnesia, ia tidak mengenali dirinya sama sekali.
Menjawab pertanyaan tes kepastian tadi, Jingi hanya memberikan anggukan ringan. “itu kata dokter…”
“lalu, kenapa dia bisa menjadi Yukimura Misaki?” tanya Suzuka lagi.
“Itu karena bibiku. Putri tunggalnya, Yukimura Misaki yang sebenarnya meninggal karena kecelakaan saat kelas 2 SMP. Speed boat yang ditumpanginya bersama teman-temannya tenggelam, dan hanya dia yang meninggal. Oleh karena itu, sampai 6 bulan lalupun bibi tidak pernah bisa melupakan kejadian yang merenggut nyawa putrinya itu. Bibi rutin berlayar ke laut di tanggal kematiannya hanya untuk menangis. Dan saat itulah..” Jingi berhenti sebentar untuk menarik nafasnya. “…ia menemukan gadis itu nyaris tewas tenggelam, gadis yang kau kenal dengan Yukimura Misaki saat ini…”
“Dan dia mengadopsinya?” tanya Suzuka pelan. Jingi kembali mengangguk.
“Gadis itu tidak ingat apa-apa, bahkan namanya sendiri. Sulit bagi kami untuk mengidentifikasinya. Dan lagi…ketika gadis itu siuman, bibiku langsung saja berkata..’Misaki telah kembali’. Tak ada yang bisa kami lakukan. Bibiku hanya tinggal sendirian. Suaminya sudah meninggal 10 tahun lalu dan menemukan seseorang yang bisa menggantikan putrinya merupakan keajaiban terbesar untuk bibiku. Kami lalu mengubah identitasnya dan terus menanamkan ideologi kalau dia adalah Yukimura Misaki. Ternyata, gadis itu menerimanya begitu saja tanpa sedikitpun curiga. Dan inilah yang terjadi selanjutnya, gadis itu berubah sempurna menjadi Misaki..”
Suzuka terpaku. Bola matanya tak juga melepaskan tatapan dari Jingi meskipun jarak wajah keduanya hanya berkisar 10 senti saja.
* * * * * * * *
“Kawashima sudah menemukan keluarganya…keluarga Yukimura..”
Ryosuke merasakan dadanya tiba-tiba memanas. Entah api apa yang membakarnya di dalam, rasa sesak lalu menjuluri setiap jengkal tubuhnya, membuatnya tersandar lemah ke sandaran kursi. Matanya perih, nyaris ingin mengeluarkan gumpalan-gumpalan cairan bening yang tertahan selama 6 bulan ini, kalau saja Kamiki tidak melanjutkan ceritanya.
“Setelah melihatmu memeluk Misaki kemarin dan memanggilnya Umika, aku langsung tahu kalau kau adalah seseorang dari masa lalunya. Aku lalu langsung mencari informasi tentang kalian lewat barang-barangnya yang ibunya temukan bersamanya. Barang-barang temuan itu hanya ibunya beritahukan padaku. Handphone, dompet.. “Kamiki melirik Ryosuke sekilas “kalung… wajah dan namamu tertera di dalam kan?”
Ryosuke tersentak dan refleks menggenggam kalung berliontin bintang yang masih melingkar di leher sexy putihnya.
“Aku juga mencari informasi tentang keluarganya, dan ternyata kedua orang tuanya telah meninggal bersama kecelakaan yang menimpanya itu. Adiknya ada di Osaka sekarang. Aku tahu, sebagai sahabat, dan tentu saja kekasihnya, kalian ingin dia kembali kan?”
Ryosuke masih diam.
“Tapi, apakah kalian tidak merasa egois?”
“Eh?”
“Kurasa kau akan bisa membayangkan bagaimana perasaannya jika tahu kedua orang tuanya telah meninggalkan. Sakit, rasa bersalah, dan.., jujur saja, apakah kau rela Kawashima menderita seperti itu?.” Kamiki memandang Ryosuke sejenak kemudian lanjut bicara. “ Namun sebagai Yukimura Misaki, Kawashima sudah mendapatkan segalanya, lebih dari yang ia butuhkan. Ibu yang mencintainya, kehidupan baru yang bebas, kekasih.. apa kau tega merenggut semua itu darinya dan memberinya fakta kalau dia tak lagi memiliki 2 orang yang seharusnya menjadi yang paling berarti baginya dalam hidup? Menghadapi penderitaan yang akan terus menghantuinya berpuluh tahun lamanya. Kurasa kau tahu bagaimana rasanya, Yamada-kun…”
Ryosuke menelan ludah. Hatinya menjeritkan penolakan namun juga membenarkan kata-kata kamiki barusan. Soal itu, rasa sakit itu, dialah yang paling mengerti. Hidup dalam penderitaan tanpa cinta ibunya, rasa bersalah, dialah yang paling mengerti. Dan membiarkan Umika merasakan rasa sakit yang teramat menyiksa itu? membiarkan gadis yang dicintainya menangis dan mengutuk dirinya sendiri seperti yang ia lakukan dulu?
“Kawashima sudah mendapatkan segalanya, lebih dari yang ia butuhkan. Ibu yang mencintainya, kehidupan baru yang bebas, kekasih…”
Kekasih…
Bahkan Umika sudah berhasil menemukan penggantinya. Seseorang lain yang juga dicintainya.
Hati Ryosuke perih luar biasa. Meskipun begitu, bayangan Umika yang menangis haru meratapi kepergian orang tuanya lebih menyesakan batinnya. Matanya yang memerah terangkat memandang lurus ke 2 manik mata hitam legam milik pemuda di depannya.
“Aku mengerti Kamiki. Aku tahu harus bagaimana...”
* * * * * * * *
BRAKK!!
Konsentarsi Suzuka terpecah begitu mendengar bunyi debaman pintu yang sangat keras. Begitu pula Jingi yang berada di samping gadis itu. Keduanya langsung mengarahkan pandangan mereka pada sumber suara barusan.
Pupil mata Suzuka membesar ketika menemukan satu pemuda paling familiar baginya tengah berdiri sambil menatap tajam kearahnya. Ekspresi pemuda itu nampak marah dan menakutkan. Tatapannya menusuk, siap mencabik-cabik gadis yang tengah terperangah didepannya itu.
“Chii…”bisik Suzuka pelan masih tidak mempercayai kedua matanya. Chinen nampak kesulitan mengatur nafasnya.
“Jadi begini ya..?” Ujarnya kemudian menyeringai pahit sebelum melangkah keluar secepat mungkin meninggalkan 2 manusia dalam ruang kosong tersebut. Jantung Suzuka berdegub tak karuan. Kakinya sudah siap bergerak mengejar Chinen yang sudah hilang sosoknya dibalik belokan pintu, namun Jingi ternyata menahan tangannya.
“Itu pacarmu yang selingkuh itu kan? Sudah biarkan saja. Laki-laki seperti itu tidak pantas untukmu..” saran pemuda itu sembari menarik tangan Suzuka untuk kembali duduk. Gadis itu ikut saja. Lidahnya kelu, tak mampu bicara apa-apa lagi bahkan hanya untuk meminta Chinen berhenti atau membuat Jingi melepaskannya pergi. Ia ingin mengejar Chinen, minta maaf padanya, menjelaskan semuanya, namun tidak bisa. Jingi ada bersamanya dan melakukan hal tadi sama saja membuka kedoknya pada pemuda itu. Apalagi kali ini Jingi sudah membocorkan informasi tentang Umika dan memberi jawaban dimana hilangnya gadis itu selama 6 bulan terakhir. Suzuka hanya tidak bisa melepaskan satu-satunya sumber informasi tersebut, bahkan jika Chinen marah padanya.
Tubuh gadis itu melemas. Kata-kata Jingi tidak lagi digubrisnya selagi bayangan kepergian Chinen tedi terpampar jelas dalam flashback memorinya.
“Jadi begitu ya…”
Hatinya seketika terasa sangat perih.
* * * * * * * *
“SUZUKA!” Mirai refleks melengkingkan suara soprannya ketika lensa matanya menangkap sosok salah satu sahabatnya tengah berjalan lunglai di depan. Suzuka berhenti, seketika menolehkan kepala mendengar namanya dipanggil.
“Mirai?!” Serunya agak kaget lalu segera berlari mendatangi gadis itu. Begitu pula Mirai. Keduanya lalu bertemu pada satu spot diantara mereka. Yuto, Daiki, dan Momoko yang tadi datang bersama Mirai langsung mendekati kedua gadis itu.
“Kami sudah menguji sidik jarinya. Cocok! Yukimura Misaki memang Umika…” seru Mirai kegirangan. Meskipun begitu, air matanya lalu menetes karena haru. Suzuka tersenyum lembut, mengiyakan.
“Aku juga baru dengar dari Irie-kun. Umika ternyata memang amnesia..” jawab gadis itu kalem.
“kalau begitu ayo kita pergi, kita jelaskan pada si bodoh itu kalau dia bukan Yukimura Misaki...” Mirai menyeka iar matanya lalu tersenyum kecil. Hatinya lega. sangaaaat lega, sahabatnya telah kembali.
Suzuka menggeleng. “Kalian pergilah… aku masih harus mengurus sesuatu..”
“Apa soal Chinen?” tanya Mirai lagi setengah berbisik, tidak mau kedengaran 3 orang lain yang bersama mereka tadi. Suzuka mengangguk.
“dia salah paham..” jawabnya kembali tersenyum. Meskipun begitu, dalam hatinya suzuka sangat takut kalau-kalau kali ini Chinen serius membencinya. Suzuka bahkan bisa melihat api kemarahan yang ditujukan jelas padanya dari cara pandang pemuda itu tadi. Karena itu, mengetahui kalau Umika telah kembali sudah cukup baginya karena gadis itu kini masih harus mengatasi masalah lain yang menyangkut perasaannya sendiri dan pemuda yang jadi kekasihnya selama ini.
* * * * * * * *
Misaki baru saja selesai mengemas laptop dan buku-bukunya kemudian bersiap meninggalkan ruang kelas kosong yang tadi digunakannya untuk iseng internetan ketika 4 eksistensi itu masuk dan memblokade jalannya untuk keluar. Seorang gadis dari antara mereka nampak berlinang air mata lalu secara tiba-tiba mendekatinya.
“Aku tidak percaya kau kembali Umika…” ucap Shida Mirai perlahan namun terdengar lega. Misaki terperangah sedetik dan seketika menyadari siapa yang gadis itu maksud dengan Umika. Sebelum tubuhnya benar-benar terjangkau, Misaki buru-buru melambaikan tangannya.
“chigau..! Aku bukan Umika.” ujarnya tegas. Setelah diperhatikan baik-baik, kelompok inilah yang dulu juga bersama Yamada Ryosuke salah mengenalinya sebagai gadis bernama Umika tadi. Oh ya, tentu saja. Mereka pasti kumat lagi.
Namun, jawaban itu tidak mempan bagi Mirai yang kini malah menggeleng sembari menatap manik mata legam milik Misaki lurus-lurus. “Tidak. Kau Umika… meskipun kau melupakan kami semua, dalam dirimu kau memang adalah Umika..”
“Tidak! Aku bukan Umika, kalian salah!” Tidak terima jati dirinya disebut-sebut sebagai orang lain yang tak pernah diketahuinya, Misaki agak memekik. Seperti apa dan bagamana rupa Umika yang sebenarnya saja ia tidak tahu. Kenapa dia bisa dikira gadis itu?
“Umika…” Gantian Momoko yang bicara. Gadis itu juga tengah berlinang air mata dan pelan-pelan melangkah maju. “Tidak apa-apa kalau kau melupakan kami. Tapi, Ryosuke… temuilah dia. Kumohon…Dia pasti akan sangat bahagia mengetahui bahwa kau sudah kembali”
Tensi kesabaran Misaki menipis.“Kalian meracau. Sudah kubilang aku bukan Umika! aku tidak kenal kalian! Aku tidak kenal Ryosuke!”
PLAKK
Satu tamparan keras seketika mendarat di pipi kanan Misaki. Di depannya berdiri Mirai yang bahunya nampak bergetar hebat setelah melayangkan tamparan kepada gadis yang adalah Umika sahabatnya itu.
“Kau tahu?! Ryosuke nyaris gila saat kau menghilang, Umika! Dia hampir bunuh diri, dia terus-terusan mencarimu meskipun semua orang bilang kau sudah meninggal! Kenapa kau tidak mengingatnya?! Kenapa kau bilang tidak kenal? Bisakah kau bayangkan dia yang selama ini terus menunggumu harus hancur karena kau tidak mengingatnya?! Karena kau sudah melupakan jati dirimu sebagai Umika Kawashima?!” Mirai berteriak frustasi, melimpahkan semua kesesakan hatinya pada gadis di depannya itu. Air matanya menetes lebih banyak. Misaki hanya menatap 2 mata memerah Mirai dengan tatapan tajamnya selagi mulutnya memilih untuk bungkam. Tak dipungkiri, gadis itu juga hampir menangis karena tiba-tiba saja mendapat amukan seemosional ini dari orang yang bahkan tak dikenalnya. Satu sisi hatinya sesak mendengar tentang Ryosuke. Pemuda itu yang sudah sangat baik hatinya ternyata telah melewati luka dan perih karena Umika yang mereka kira adalah dirinya tersebut. Tapi… dia kan bukan Umika.
Mirai tidak mampu lagi berkata-kata, lalu segera berlari keluar kelas dengan air mata yang tak henti-hentinya menetes. Yuto buru-buru berlari mengejarnya, lalu diikuti Daiki yang memeluk dan menuntun kekasihnya yang juga tengah menangis untuk ikut keluar. Tinggal Misaki sendiri di dalam ruangan tersebut. Tubuh gadis itu melemas dan langsung jatuh terduduk di kursi.
*
Ryosuke menyembunyikan tubuhnya sepersekian detik saat Mirai, Yuto, Momoko dan Daiki keluar. Beruntung, keempat eksistensi itu tidak melihatnya sama sekali. Selepas mereka pergi, pemuda itu kembali diam-diam memakukan pandangannya pada gadis dalam kelas kosong tersebut. Gadis itu kini duduk lemas di kursi.
“Aku kan… tidak kenal mereka...” ucap sang gadis perlahan lalu memejamkan mata. Mendengar kata-kata itu, Ryosuke langsung memutar tubuhnya dan bersandar membelakangi daun pintu yang tadi dijadikannya tameng penyembunyian diri. Matanya ikut memejam sembari setetes cairan bening mengaliri sebelah pipinya.
To Be Continued
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar