Kamis, 21 Juli 2011

[fic/On Writting] : The Dream Lovers-chapter 5

CHAPTER 5

Ohgo Suzuka baru saja menutup buku besar bertitle ‘BIOLOGI untuk 3 SMA’ yang sebelumnya dibacanya. Tangannya lalu bergerak cepat membereskan beberapa potongan kertas buram kemudian membuangnya di tempat sampah. Gadis itu lelah, dan dia butuh istirahat. Baru saja kakinya hendak menaiki single bad di depannya, keitainya tiba-tiba berbunyi nyaring. Agak malas, gadis itu buru-buru menyambar benda flip persegi panjang tersebut. Raut mukanya menampakan ekspresi agak heran melihat nomor hanphone baru yang tidak dikenalnya tertera di layar keitai. Pelan-pelan ditekannya tombol ‘answer’.

“Moshi-moshi…?”

“Moshi-moshi Suzu-chan…” suara dari seberang membalas. Kening Suzuka mengeryit, aneh mendengar suara yang agak asing tadi memanggilnya sok akrab.

“Siapa ini?” tanyanya spontan. Suara tadi tertawa kecil.

“ini aku…”jawabnya. Suzuka makin merasa aneh. Apalagi suara itu seperti bertambah dekat. Apa jangan-jangan—gadis itu seketika menoleh ke samping. Benar saja! Sesosok pemuda dengan keitai hitam di tangan kanannya sudah berdiri tegak membelakangi jendela kamarnya yang terbuka lebar, membiarkan angin malam masuk dengan leluasa. Suzuka terdiam beberapa detik, mencoba menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

“Chinen Yuri-kun?!” tanyanya kemudian tidak percaya. Sosok pemuda yang adalah Chinen Yuri itu tersenyum misterius. Tangan kanannya pelan-palan memasukan keitai miliknya kedalam saku celana jeansnya.  

“Yo, Suzu-chan!”

“Bagaimana—Apa yang kau lakukan disini?!” tanyanya lagi. Intonasinya lebih tinggi dari sebelumnya, namun volume suaranya diperkecil agar ayah-ibunya dibawah tidak mendengar. Chinen masih saja tersenyum.

“Aku naik pake selang air depan rumahmu. Kau tahu, selang air bisa digunakan untuk memanjat ke lantai 2 loh!” jawab pemuda itu santai. Suzuka makin tidak mengerti. Otaknya kosong, bingung mau menjawab apa. Namun tiba-tiba, Chinen sudah melangkah maju dan mendekatinya. Gadis itu refleks mundur, membuat tubuhnya berakhir terhimpit di antara tubuh pemuda itu dan tembok. Tidak lupa Chinen menggunakan kedua lengannya untuk mengurung Suzuka agar tidak bergerak kemana-mana.

“Ma-mau apa kau?!”Tanyanya gugup. Entah kenapa, tatapan dingin yang biasa ditunjukannya kali ini terganti dengan wajah penuh kekagetan. Chinen sendiri tidak berhenti tersenyum. Tangannya diangkat, lalu menyentuh sebagian helaian rambut sebahu susuka, menariknya pelan, dan mencium wanginya. Jantung suzuka langsung berdegup kencang. Gadis itu membeku.

“Aku Cuma mau bilang, Oyasumi…” bisik Chinen pelan lalu mundur, dan akhirnya menghilang di kedua jendela kamar yang terbuka. Suzuka masih membeku, namun beberapa detik kemudian tubuhnya cepat bergerak mendekati jendela itu dan melongok ke bawah.

Tidak ada siapa-siapa. Chinen sudah sempurna menghilang.

Jendela itu akhirnya ditutup. Suzuka lalu menyentuh helaian-helaian rambut yang tadi dicium Chinen pelan.

“tadi itu apa?!” bisiknya.

~0~0~0~
           

Umika melangkah lunglai. Mukanya kusut, bahunya seolah melorot teringat kejadian heboh di rumahnya semalam. Kedatangan Ayah-Anak Yamada yang —well cukup membuat heboh seisi rumahnya.

“Haaa~” suara meratapi terdengar dari kedua sisi bibrnya. Namun tidak begitu panjang karena bunyi tersebut tertutup satu suara lain yang semakin mendekat.

“Semalam cuma mimpi! Semalam cuma mimpi!” Suzuka melangkah brutal sambil mengulang-ngulang kalimat mirip mantra tadi bersamanya. Umika memiringkan kepalanya heran melihat tingkah aneh teman barunya itu. 

“Suzu-chan?”

“Semalam cuma mimpi! Semalam cuma mimpi!” tidak sadar Umika didepan siap menghadapinya, suzuka masih saja berjalan agak brutal—seperti kesetanan sembari mengulang-ulang mantra yang sedari tadi diucapkannya. Umika makin tidak mengerti.

“Suzu-chan? WOI, SUZU-CHAN!” gadis itu berteriak dan menghentikan gerakan Suzuka dengan menangkap lengannya. Suzuka langung tersadar.

“hah?! Apa?!” tanyanya kaget. Umika masih memberinya tatapan heran.

“kau kenapa?”

“Ahh, betsuni~ aku—“

“SUZU-CHAN OHAYOU!!!” teriakan lain berikutnya terdengar. Umika dan Suzuka langsung menoleh. Seorang pemuda berwajah maha tampan sedang berlari mendekat sambil melambai-lambaikan tangannya. Wajah umika seketika ngeri melihat gaya yang lebih mirip kecentilan dari pada keren pemuda itu. .

“itu anaknya Chinen soujiro kan? Siapa namanya—Yuri kan? Chinen Yuri?” Umika menggumam selagi matanya memperhatikan lekat-lekat pemuda yang mendekat itu. Sama sepertinya, Suzuka pun kelihatan enggan berkedip apalagi menjawab pertanyaan Umika. Butuh waktu beberapa detik sampai Chinen berdiri tegak di depan 2 gadis yang lebih pendek darinya itu. Hal tersebut menarik perhatian sekitar. Kerumunan massa mulai terbentuk.

“Ne suzuka, ada apa ini?” Tanya Umika polos. Masih tidak ada jawaban. Suzuka belum sadar betul dari sihir tak tampak yang diberikan tatapan kedua puppy eye Chinen. Pemuda itu tersenyum ringan melihat kekhawatiran Umika. Tangannya kemudian terangkat, menggenggam tangan kanan Suzuka dan menciumnya.

“Good morning, my princess…”

 “KYAAAAAAAAAAAAAA!!!” Seketika kerumunan massa—yang kebanyakan perempuan itu menjeritkan teriakan yang serupa. Ada yang karena kaget, kesal, iri, heran juga tidak percaya. Semuanya shock, meskipun tidak jarang seorang Chinen yuri mencium tangan gadis-gadis, tapi kalau dengan siswi yang baru dikenalnya beberapa hari, apakah itu tidak aneh?

Tidak seperti gadis-gadis lainnya yang harus melengkingkan jeritan sebagai ekspresi shock mereka, Umika yang sedari tadi berdiri di samping Suzuka hanya bisa mangap.

~0~0~0~

“Suzu-chan! Sekarang ceritakan padaku, bagaimana bisa Chinen…..” Momoko enggan melanjutkan pertanyaannya karena bisa dirasanya Suzuka sudah cukup jelas dengan hal yang ingin ia ketahui. Suzuka diam, masih memikirkan sesuatu.

“Dia datang, bilang Ohayou, lalu langsung mencium tangan Suzu-chan!” Umika—yang nampaknya juga masih shock memberi ringkasan kejadian menggemparkan tadi. “ne, Suzu-chan, kalian sedang PDKT ya?”

“Chigau yo!” suzuka akhirnya menjawab. “aku tidak tahu kenapa. Tingkahnya sudah aneh sejak semalam—“

“EHH??! Semalam?” Momoko menjerit ngeri. “kau bertemu dengannya semalam? Iya?”

“Itu…aku tidak tahu kenapa, dia tiba-tiba saja muncul di kamarku. Katanya cuma datang untuk mengucapkan selamat malam…”

“Hee?? Chinen-kun bilang begitu?”

Suzuka mengangguk.

“kakkoi ne! demo, hal begitu sih sudah biasa untuk seorang Chinen Yuri.”

“Sudah biasa?” Suzuka dan Umika serentak bertanya. Momoko menganggukan kepalanya.

“Un! Gosipnya chinen-kun dekat dengan banyak gadis. Dan rata-rata dari kalangan atas. Ada putri-putri pejabat, siswi sekolah elite lain, sampai-sampai artis terkenal. Sudah begitu gadis-gadis itu bukan hanya seumur kita saja, ada yang sudah sampai kepala 2. bahkan ketika baru kelas satu SMU, dia katanya pacaran dengan wanita berumur 27 tahun.” Jelas momoko. Umika dan suzuka ternganga.

“27 tahun?” Tanya Umika lagi.

‘Un! 27 tahun!”

“Hebaaat!”

“Biasa saja kok!” Umika dan Momoko sontak menoleh mendengar satu suara lain bergabung. Entah darimana asalanya, Chinen Yuri sekarang sudah berdiri di samping Suzuka dengan senyuman kawaiinya terpampang di wajah. “kau tidak perlu memujiku begitu kok, Umi~chan...” sambung pemuda itu. Umika memiringkan kepalanya.

“Umi~chan??” Tanya gadis itu heran dengan nama panggilan barunya tersebut. Chinen masih tersenyum, lalu memutar bola matanya menatap momoko.

“Kau juga Momo-chan! Hebat sekali kau tahu semua info tentangku. Tapi, tidak apa-apa nih? Daichan itu sahabatku loh!” Wajah Momoko sontak memerah mendengar godaan pemuda mini itu.

“Ka-Kau tahu dari mana?”tanyanya terbata-bata. Chinen enggan menjawab.

“I wanna say something to Suzu-chan. So, can you two beautiful girls leave us alone?” balas pemuda itu dengan bahasa inggris. Umika dan Momoko sesaat terpana.

“say..wanna..apaan?” Tanya Umika polos. Ketiga pasang mata di tempat itu langsung memandangnya heran.

“Umika, kau tidak mengerti?” Tanya Momoko pelan. Gadis yang ditanya barusan mengangguk.

“Habis Chinen pake bahasa aneh begitu, mana kutahu?” jawab Umika masih juga polos.

“Ne, itu bahasa inggris. Bagaimana bisa kau tidak tahu? Kau siswi beasiswa kan?!”

“i-itu! Uhm, itu Karena waktu tes untuk beasiswa tidak ada soal bahasa inggris. Lalu di SMUku dulu, aku memang tidak bisa bahasa inggris…lagian ngapain belajar bahasa inggris! Toh, aku tinggalnya di jepang!” Umika membela diri. Chinen, Suzuka, dan Momoko seketika tertawa ngakak.

“Kau memang lucu Umi~chan…” ujar Chinen kemudian sambil mencubit pipi kiri Umika gemas. Umika hanya mengelus bagian tubuh yang dicubit itu kesal. “jadi, bisakah sekarang kalian berdua meninggalkan kami??”

Momoko dan Umika lalu pergi sambil mencibir, menyisakan Suzuka dan Chinen yang kini duduk berhadap-hadapan.

“mau apa kau?” Tanya Suzuka dingin. Chinen tersenyum manis.

“Aku cuma mau bilang…” pemuda itu mendekatkan wajahnya ke telinga suzuka lalu berbisik mesra. “…Daisuki dayo.”

Chapter 5 end~ Continue to chapter 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar