CHAPTER 4
“Tou-chan, kaa-chan, cepaaaat!!” Ryutaro setengah berdesis memanggil kedua orang tuanya agar segera mengikutinya bergerak ke kamar Umika. Kawashima Yuya*Yuyan jadi papaaaa :D* dan Rubi yang penasaran setelah sebelumnya diberi cerita singkat putra bungsu mereka itu langsung antusias mengikutinya melangkah menuju kamar kakak perempuannya.
“Ryuu, kau yakin kakakmu itu bersama putra konglomerat Yamada Tsukasa? Siapa lagi namanya?” Bisik Yuya ketika mereka bertiga sudah sampai tepat di depan pintu kamar putri satu-satunya itu.
“Yamada Ryosuke!” sambung istrinya cepat. Ryutaro mengangguk semangat.
“tentu saja! Soalnya Kanon saja punya posternya. Yamada Ryosuke ini dan teman-temannya beken sekali di sekolahku. Gadis-gadis banyak yang punya foto dan poster mereka. Katanya foto-foto itu diambil oleh paparazzi dan banyak muncul di majalah. Kanon bilang, ketenaran mereka sudah menyaingi artis terkenal!!” jawab pemuda 17 tahun itu antusias sambil sesekali menyinggung nama pacarnya—kanon sebagai bukti. Yuya dan Rubi mengangguk mengerti.
“Bajumu dibukannya susah sekali sih?!!” tiba-tiba terdengar seruan dari dalam kamar. Yuya, Rubi, dan Ryutaro sontak merapatkan telinga masing-masing ke pintu. Mata mereka beradu, pikirannya berkecamuk.
Di dalam pasti terjadi sesuatu.
“Nee-chan mau ngapain tuh nyuruh Yamada-kun buka baju?” bisik Ryutaro ngeri.
“Ssht!!” kedua orang tuanya refleks menyuruhnya diam. Ketiganya kembali berkonsentrasi dengan kemungkinan suara-suara apa lagi yang akan ditimbulkan dari dalam.
“AAH! Umikaa!! Sakiit!!” kini teriakan Ryosuke terdengar. Ketiga orang itu kembali beradu pandang sejenak—menggerling penuh arti, lalu melanjutkan kegiatan mencuri dengar yang sempat terhenti.
“Kau ini manja sekali sih?! Hanya segini juga! Aku saja tidak kenapa-napa!”
“Tapi ini kan pertama kalinya untukku!! AAH!! Cukup Umika! Sakiit!!”
Yuya-Rubi-Ryutaro saling menatap penuh arti. Lagi!
“Umika hebat sekali ya~” Yuya berbisik tidak sengaja. Istri dan anaknya mengangguk setuju. Terdiam sebentar, telinga mereka lalu kembali dirapatkan ke pintu, namun kali ini tanpa sengaja Ryutaro memutar kenopnya. Pintu putih polos berlabel ‘Umi-chan’s room’ yang sebelumnya lupa dikunci itu langsung terbuka, mengakibatkan ketiga manusia yang tadi bersandar sambil menempel telinganya jatuh berserakan di lantai. Yuya di bawah, Rubi, lalu Ryutaro. Sementara Umika dan Ryosuke hanya bisa mangap melihat kecelakaan barusan.
“Tou-chan? Kaa-chan? Ryuu? Apa yang kalian lakukan?!” sembuh dari kekagetannya, Umika lalu bertanya curiga. Yuya-Rubi-Ryutaro langsung menoleh ke atas. Mata mereka langsung kecewa melihat pose Umika-Ryosuke tidak seperti yang dibayangkan. Ryosuke duduk di sisi tempat tidur membelakangi Umika dengan bertelanjang dada dan punggung memerah sedangkan gadis itu berlutut di kasur di belakang Ryosuke masih dengan pakaian lengkap dan sebotol minyak gosok di tangan kirinya.
“Haah...” helaan nafas dari ketiga manusia yang baru jatuh itu terdengar agak kecewa.
~0~0~0~
“sou, jadi kalian berdua sebangku ya?” kepala keluarga Kawashima—Kawashima Yuya duluan bicara, sambil memamerkan senyum super cute nya. Yang ditannya mengangguk mengiyakan.
“Hai!” jawabnya diiringi senyum yang entah berapa puluh kali lebih manis dibanding milik Yuya. Pria 40 tahun itu merasa tersaingi. Dipamerkannya lagi senyum yang jauh lebih cute dari sebelumnya. Ryosuke sendiri tidak mau kalah. Dilepaskannya lagi persediaan senyum ‘kawaii’nya yang memang ada jutaan. Masih tak mau kalah, Yuya kembali memamarkan senyuman yang—kali ini jauh dari kata kawaii. Ryosuke juga tak mau tinggal diam. Pertarungan harus sampai titik darah penghabisan. Pemuda itu mengeluarkan jurus pamungkasnya. Kali ini senyuman yang luar biasa amat sangat menawan. Yuya saja sampai ngeri mau ngelawan balik. Umika, Rubi dan Ryutaro hanya bisa mangap-mangap.
“Kenapa nih pada senyum-senyum?” pertanyaan terlontar dari Umika, membuat 2 manusia lak-laki yang baru saja beradu senyuman itu terkekeh geli.
“Betsuni~” jawab keduanya nyaris bersamaan. Mereka kembali terkekeh. Umika menatap Ryosuke heran. Tetumbenan manusia satu itu mau senyum-senyuman sampai overdosis begini. Mana sekeluarganya pada memandang super kagum padanya, bak pangeran ini kali-kali saja jadi mantu mereka dan berganti marga menjadi kawashima. Dan kenapa juga seorang yamada Ryosuke mengiyakan tawaran pesaing kontes senyum menawannya untuk makan malam plus menginap di rumah sederhana keluarga kawashima? Umika jadi mencibir karena kesal dengan usulan papa tersayang tersebut.
Selesai makan sambil perang senyum eh, ngobrol-ngobrol, sekeluarga plus satu stranger itu memisah. Yuya-Rubi-Ryutaro masuk ke kamar utama, ingin menggosipkan sesuatu—tau kan apaa??—, sementara Umika-Ryosuke menaiki tangga menuju 2 kamar di atas.
“Aku tidak mengerti kenapa kau mau menginap di sini. Tapi, kau tidur di kamar Ryuu ya, biar anak itu ambil futon dan tidur di ruang tengah”
“Tidak ah! Aku mau tidur dikamarmu saja~” jawab Ryosuke asal. Umika menggeplak bahu pemuda itu pelan.
“Kubunuh! Ah, tidak! Ayahku yang akan membunuhmu duluan!” seru gadis itu kesal. Ryosuke tertawa keras, membuat Umika hampir melayangkan geplakan season 2 kalau saja bel pintu tidak berbunyi lagi.
“Demi apa hari ini kok banyak sekali yang bertamu!” ujar Umika risih lalu menuruni tangga. Tapi langkahnya langsung terhenti ketika dirasakannya seseorang mengekor dari belakang.
“kau tunggu disini saja. Bahaya kalau yang datang nanti cewek!” pesan gadis itu sebelum sosoknya benar-benar melangkah jauh. Ryosuke memiringkan kepalanya 40 derajat, tidak mengerti. Lalu tanpa mempedulikan pesan Umika sebelumnya, pemuda itu ikut menuruni tangga dengan entengnya.
Umika sudah sampai didepan pintu. Tangannya malas-malasan menggapai knop. Gadis itu sedikit terkejut melihat seorang pria seumuran ayahnya dengan wajah yang sepertinya agak familiar sudah berdiri keren di depan pintu. Dandanannya rapi, khas pengusaha-pengusaha kaya raya yang sering dilihatnya di TV. Wajahnya juga tergolong sangat tampan untuk kalangan berumur 40 tahunan ke atas.
“Ryosuke ada?” Tanya pria itu spontan. Umika kaget, om-om ini tahu dari mana Ryosuke ada di rumahnya?
“Anoo… anda siapa ya?” balas gadis itu polos.
“Aku Yamad Tsu—“
“Apa yang kau lakukan disini?!” Suara Ryosuke tiba-tiba terdengar. Nadanya marah. Pria itu bersikap biasa saja.
“Kau pergi tanpa kawalan. Aku khawatir kau kenapa-napa. Pulanglah.“
“Tidak. Aku tidak ingin melihat wajahmu hari ini.” Ryosuke masih saja bernada marah. Pria itu tersenyum sinis.
“Jangan merepotkan orang lain Ryosuke. Pulang dan berhentilah bersikap kekanakan.”
“Aku bersikap kekanakan?! Lihat dirimu! Kenapa mencariku? Kau takut merasa bersalah pada kaa-chan?!“ Nada bicara Ryosuke semakin tinggi. Muka pria itu memerah karena marah.
“RYOSUKE, HORMATI AYAHMU SEDIKIT!!” bentaknya. Umika tersentak kaget. Gadis itu nyaris terjatuh setelah mundur beberapa langkah. Matanya memandang 2 orang yang saling adu mulut itu bergantian. Tangannya panas ingin menghajar mereka karena sudah menjadikan rumah tersayangnya sebagai tempat perkelahian, meskipun Cuma saling bentak, tapi tetap saja itu perkelahian dan Umika tidak suka kalau hal macam itu terjadi di rumahnya.
“HENTIKAN!” teriak gadis itu tiba-tiba, membuat kedua manusia bermarga Yamada itu memandangnya keget. “kalau mau berkelahi di sasana tinju sana, atau di dojo sekalian. Jangan di rumahku!” dia balas membentak. Karena ini rumahnya, Umika merasa berkuasa penuh atas situasi ini. Kedua manusia laki-laki itu terdiam sejenak.
“Umichan ada apa ribut-ri—WHOOAA!” Kawashima Yuya terdorong mundur beberapa langkah bahkan sampai terjatuh melihat penampakan eksistensi baru didepan pintu rumahnya. Salah satu orang yang tidak pernah dibayangkannya dapat ia temui dalam jarak sedekat ini. “Ya-Yamada Tsukasa-san?” serunya sambil menunduk hormat. Yamada tsukasa ikut menunduk.
“Gomen. Aku mau menjemput putraku pulang. Anak ini sudah bikin susah.” Jawabnya datar. Yuya hanya bisa mengangguk-ngangguk.
“Ah, silahkan! Silahkan!” jawab Yuya spontan sambil menggoyang-goyangkan tangannya seperti mau mengusir anak Ayam. Umika dan Ryosuke memandang pria itu heran, sementara Yamada Tsukasa kembali tersenyum.
“Hai, arigatou! Ryosuke ayo pulang!”
“Tidak!” Ryosuke masih saja melawan. “aku tidak mau pulang bersamamu.”
“Kikuchi, Komatsu!” tsukasa menoleh ke belakang. “bawa Ryosuke ke mobil” perintahnya. 2 pria berseragam hitam lengkap dengan kacamatanya hitamnya segera masuk dan menarik paksa Ryosuke keluar.
“LEPASKAN AKU! HEI, LEPASKAN KUBILANG! LEPASKAN!”Pemuda itu memberontak. Tapi tetap saja tenaganya tidak cukup kuat melawan 2 pesuruh keluarga Yamada tersebut. Pemuda itu lalu berakhir terkurung di dalam mobil.
“Maaf atas keributannya. Kami permisi.” Tsukasa lalu pamit dan keluar dari kediaman Kawashima tadi. Tapi belum sempat kaki-kaki jenjangnya mendekati mobil, Umika duluan menahannya sebentar.
“Paman tunggu! Ada yang mau kusampaikan!” seru gadis itu sambil berlari kecil mendekati Tsukasa. Pria itu menatap Umika heran, agak asing dengan panggilan ‘paman’ itu.
“Maaf aku lancang memanggil anda begitu. Tadi keceplosan!” gadis itu tertawa kecil.
“Tak apa.” Tsukasa tersenyum lembut. Sesaat Umika merasa déjà vu, karena senyuman pria itu persis sama seperti senyuman Ryosuke yang dilihatnya pertama kali di taman belakang sekolah. “Jadi, apa yang mau kau katakan?” lanjutnya.
“Ryosuke menyayangimu.”
“Ha?!”
Umika ikut tersenyum. “ maafkan tingkah lakunya yang seperti itu. Dia memang kekanakan. Tapi jika kau melihat lebih dalam, dia itu anak yang baik. Dia menyayangimu dan istrimu lebih dari apapun. Dakara… aku mohon, sering-seringlah ajak dia berbicara. Aku yakin hubungan kalian akan jadi lebih baik lagi. Anoo… anda juga menginginkan yang sama kan? Agar hubungan anda dan Ryosuke bisa diperbaiki? Ryosuke banyak bercerita padaku, dan menurutku komunikasi mungkin bisa jadi salah satu alternative untuk kalian coba. Karena kalian berdua saling menyayangi, aku yakin hubungan Ayah-anak kalian bisa berhasil” Umika mengakhiri saran panjangnya. Tsukasa terdiam.
“Siapa namamu?” tanyanya tiba-tiba. Umika memiringkan kepalanya sedikit heran.
“Ah aku? Kawashima Umika desu!”
“Kawashima Umika.” pria itu kembali tersenyum lembut. “Arigatou.” ujarnya pelan sebelum sosoknya menghilang sempurna di balik pintu mobil.
~0~0~0~
Atmosfir dalam mobil itu berat, dikarenakan salah satu penumpangnya sejak dipaksa naik tadi hingga sekarang masih menampakan ekspresi marahnya. Yamada Tsukasa sesekali melirik putra semata wayangnya tersebut. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya.
“Kawashima Umika…” tiba-tiba pria itu berujar, pelan. Ryosuke masih membuang muka. Melihat putranya tersebut tidak memberikan reaksi apapun, Tsukasa tersenyum lembut. “Dia mirip ibumu.”
Ryosuke seketika menoleh mendengar kata-kata ayahnya.
“Ha?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar