CHAPTER 2
“tadi itu hebat sekali!”
Gerakan tangan Umika dan Suzuka yang sedang berusaha membuka kotak bento masing-masing seketika terhenti. Bola mata mereka menatap Momoko heran.
“hebat?” Umika mengulangi perkataan sahabatnya barusan. Momoko mengangguk antusias.
“Iya hebat! Lihat tadi bagaimana Chinen-kun memanggil Ohgo-chan, lalu Yamada-sama yang mengiyakan saja tempat duduk disebelahnya terisi olehmu, padahal kau murid baru. Itu WOW sekali kan?”
Umika dan suzuka masih saja menatap heran. Apanya yang WOW dengan duduk di samping Chinen dan Yamada? Paling hanya karena salah satunya putra actor TOP dan yang lain pewaris tunggal konglomerat terkenal kan? memang aneh?
Seolah mengerti wajah penuh tanda Tanya kedua temannya itu, Momoko lanjut bicara,
“Aah! Aku lupa, kalian tidak tahu sejarah tempat duduk Chinen-Yamada kan?”
Kedua manusia yang ditanya sontak mengangguk.
“kalau begitu biar kuceritakan. Begini~”
- 5 minutes later -
“~nah, begitu…”
“ooh…!” Umika dan suzuka menggumamkan kata tiga huruf tersebut nyaris sama bunyinya. Tetapi Umika masih mau melanjutkan.
“Kejam ih! Si Yamada itu, Padahal hanya semeja. Mentang-mentang orangtuanya pemilik sekolah!” Serunya agak kesal. “Memang mereka semua pada begitu ya?!”
“Tidak juga! Hanya Yamada-sama dan Chinen-kun saja. Nakajima-kun semeja dengan Shida-san, lalu Daichan—“ Momoko langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Keceplosan! Gejalanya lalu sama seperti tadi pagi saat membicarakan Daiki. Wajahnya merah dan gerak geriknya juga aneh. Umika dan Suzuka langsung tersadar dengan pengucapan aneh tak sengaja Momoko barusan.
“Daichan? HA! Benar juga! Katanya The Dream Lovers tidak duduk dengan sembarang orang, tapi kenapa kau bisa semeja dengan Arioka? Lalu panggilan Daichan? Pasti ada sesuatu kan? Iya kan? Ayo katakan! Ayo!” Umika menggebrak meja sembari menyerang Momoko dengan berbagai macam pertanyaan. Gadis itu jadi salah tingkah.
“Aku—itu…”
“Tsugunaga pacaran dengan Arioka.” Suara suzuka lalu terdengar, diikuti guliran bola matanya yang sudah menatap intens momoko sekarang. “Iya kan?”
“EEEH?!” Umika dan Momoko sama-sama berteriak.
“Ti-tidak kok! A-aku…”
“Hmm?”
Momoko menyerah. Tatapan intens plus penasaran Suzuka-Umika akhirnya merubuhnkan pertahanannya. Sekarang gantian dia tersenyum malu-malu.
“baiklah, aku memang sedang pacaran dengan Daichan. Tapi ini rahasia, mengerti?!”.
Wajah Umika berbinar-binar mendengar pernyataan sahabatnya barusan.
“WAA~ selamat ya! Arioka itu orang yang keren! Kau beruntung sekali mendapatkannya!!” serunya senang. Momoko tetap tersenyum malu-malu.
“Aku setuju dengan Kawashima.” Sambung Suzuka. “Sudah berapa lama kalian dating?”
Momoko berpikir sejenak. “Sudah sebulan lebih. Daichan menyatakannya hari valentine lalu…”
“WAA~ manis sekali! Hari valentine!!” Umika kembali berseru nyaring.
“Umika hentikan!” Momoko menggeplak kepala Umika pelan. “nanti yang lain bisa tahu!!”
“Hehehe, gomen!” gadis yang kepalanya ter-geplak itu hanya bisa terkekeh sambil mengelus organ tubuhnya yang mengalami penganiayaan barusan.
“Memang kenapa kalau orang lain tahu? Arioka tidak mau?” Tanya Suzuka lagi. Momoko menggeleng.
“bukan begitu. Kami sama-sama sepakat untuk tidak—“
“WAA~”
“Umika! Aku kan belum selesai ngomong!”
“Bukan aku!!”
“eeh? Lalu?!”
“WAA~MEREKA DATANG! DATANG!” puluhan gadis berteriak histeris menunjuk-nunjuk siluet 5 manusia yang sedang melangkah datang. Mata-mata milik Umika, Suzuka, dan Momoko langsung mengikuti arah pandang gadis-gadis histeris tersebut. Dan ketika sosok kelima manusia itu kelihatan jelas—seperti yang saudara-saudara duga,, Mereka The Dream Lovers plus Mirai—, Umika langsung memutar bola matanya malas diikuti Suzuka lalu Momoko yang sebelumnya sempat mencuri-curi pandang ke arah Daiki. Umika langsung teringat sesuatu.
“Ngomong-ngomong Si Yamada Ryosuke itu menyukai Shida Mirai ya?” pertanyaan yang terlontar tiba-tiba dari Umika tersebut menghentikan gerakan tangan momoko menyuapkan sepotong sosis bentuk gurita kedalam mulutnya.
“Tidak ah! Shida-san kan pacaran dengan nakajima-kun. Lagipula Yamada-sama dan Nakajima-kun itu sudah seperti saudara.”
“iya sih. Tapi kan—“
“Ehm, Kawashima-san?’ Satu suara agak asing menghentikan gerakan bibir Umika berujar. Penasaran juga melihat ekspresi wajah suzuka yang nampak kaget dan Momoko yang sudah gelagapan. Pelan-pelan, ditolehkan kepalanya ke belakang, tempat pemilik suara itu berdiri. Matanya sedikit menyipit melihat penampakan di depannya.
“Yamada-kun?”
“Bisa ikut aku sebentar?” Ujar pemuda itu lalu berbalik dan melangkah pergi. Umika terpaksa mengikutinya, sementara Momoko hanya bisa celangapan menyaksikan pemandangan barusan. Tapi keajaiban tidak sampai di situ saja. Chinen Yuri yang entah dari mana asalnya tiba-tiba saja sudah duduk manis di sebelah Suzuka.
“Hai! Boleh duduk disini kan?”
~0~0~0~
“kau mau apa?” Seru umika cepat ketika ia dan Ryosuke sudah tidak lagi dibanjiri tatapan manusia lain. Sekarang keduanya sendirian di taman belakang sekolah. Gadis itu menunggu, kira-kira ada gerangan apa putra pemilik horikoshi gakuen ini sampai memintannya meninggalkan makan siang dan mengikutinya untuk bicar secara personal.
Ryosuke sendiri terlihat ragu-ragu bicara.
“yang tadi itu… cukup kita berdua yang tahu ya…” pemuda itu bersuara pelan. Umika seketika mengerti, mengapa mereka harus bicara sepribadi ini.
“jadi benar? Kau menyukai Shida-san?”
Ryosuke mengangguk.
“Kenapa? Dia pacar Nakajima-kun kan?”
“Aku tahu!” Ryosuke membentak, membuat umika refleks mundur beberapa langkah kaget dengan reaksi pemuda yang lebih tinggi beberapa senti darinya tersebut. Melihat Umika yang sepertinya agak ketakutan, wajah Ryosuke langsung berubah menyesal.
“gomen…”ujarnya pelan. “aku tahu betul, Mirai milik Yuto sekarang. Hanya saja, sulit melupakannya…”. Umika tertegun. Otaknya masih dipenuhi jutaan pertanyaan. Dia masih ingin tahu. Namun, baru saja dia ingin melontarkan kata Tanya berikut, Ryosuke sudah lebih duluan bicara. “Aku menyukainya sejak kecil. Mirai-chan yang ada disampingku ketika kaa-chan meninggal… dia yang menggantikan tempat kaa-chan, menjagaku. Bahkan ketika Tou-san tidak lagi mengacuhkanku, dia yang selalu ada menghiburku…”
Umika mengangguk. Pelan-pelan, diajaknya Ryosuke duduk di sebuah bangku agak panjang di dekat mereka. Pemuda itu ikut. Setelah duduk, dia melanjutkan ceritanya.
“Sejak kaa-chan meninggal 10 tahun lalu, Tou-san jadi tidak peduli padaku. Akulah penyebab kematian kaa-chan. Semula aku sedih Tou-san memperlakukanku seperti itu. Tapi setelah tahu kalau kaa-chan meninggal karena melindungiku dalam kecelakaan mobil, aku merasa wajar saja Tou-san menyalahkanku atas semuanya—“
“Tunggu Yamada-kun! Maaf kalau aku menyela. Tapi ayahmu menyalahkanmu atas kecelakaan itu ketika kau berumur 8 tahun, iya kan? Ayah macam apa itu?! Padahal kau masih kecil begitu!” Sela Umika kesal dengan sosok ayah dalam cerita Ryosuke barusan. Wajah Ryosuke sendiri bertambah sedih.
“Tidak. Tou-san tidak salah. Semuanya karena aku. Kalau saja kaa-chan tidak melindungiku, pasti dia masih hidup. Dan tou-san, dia tidak akan frustrasi berkepanjangan seperti ini—“
“Bukan! Kau salah Yamada!” Umika memotong cepat. Ryosuke langsung tersentak. Seumur-umur belum pernah ada orang yang berani memotong kata-katanya. Ayahnya pun tidak. Tapi perempuan yang satu ini, kok?. Umika sendiri tidak mau ambil pusing dengan reaksi Ryosuke barusan. Yang penting sekarang, bagaimana mengubah presepsi pemuda malang di sampingnya ini tentang kepergian ibundanya.
“Dengarkan aku!” Ibumu memilih mati untuk melindungimu karena dia tahu, dalam keluarga kalian, kaulah yang paling berharga. Coba kau bayangkan, kalau kau yang tewas, bukan ibumu? Apa kau bisa jamin ayahmu tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan sekarang, atau bahkan lebih buruk? Semua ini takdir Yamada. Kami-sama sudah menggariskan semua seperti ini…” Umika mengakhiri nasehatnya.
“Aku mengerti Kawashima. Hanya saja—mungkin hubunganku dan Tou-san memang harus seperti ini. Kami memang tidak pernah akur…” Ryosuke masih saja kukuh dengan presepsinya. Umika hanya menarik nafas panjang.
“terserah! Tapi lihat saja! Kalau nanti aku bertemu ayahmu, akan kubuat dia bertekuk lutut dan minta maaf padamu!” Serunya berapi api. Ryosuke langsung tertawa ngakak.
“HAHAHAHAHA! Kau lucu Kawashima! Kau tahu siapa ayahku kan? Dia itu Yamada Tsukasa. Bicara dngannya saja kau belum tentu cukup kuat…”
“HAAAH! Aku tidak peduli! Selagi ayahmu masih manusia, aku tidak takut! Toh aku membela yang benar! Tapi, lain cerita ya kalau ayahmu itu semacam hantu atau alien. Dia baru menunjukan wajahnya saja, mungkin aku sudah di Osaka…”Balas Umika sedikit bercanda. Ryosuke tertawa lagi, namun tidak se-ngakak tadi.
“Arigatou ne, Kawashima. Kau satu-satunya orang yang bisa kupercaya untuk ini…” Ryosuke tersenyum lembut, senyum yang pertama kali ditunjukannya kepada orang lain diluar lingkaran The Dream Lovers. Dan entah kenapa tiba-tiba saja jantung Umika berdetak lebih kencang. Gadis itu hanya bisa balas tersenyum—gugup, sambil sesekali merasakan perubahan detak jantungnya yang tambah cepat tersebut.
“kenapa lagi ini…?” batinnya.
Chapter 2 end— continue to chapter 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar