Title: The Dream Lovers
Author: Yamada Dhy a.k.a Dhyamajima
Genre: Romance
Cast : Ryosuke Yamada, Yuto Nakajima, Chinen Yuri, Daiki Arioka, dan para heroine yang bakal muncul*digetok*
Discl : saya memiliki Ryosuke Yamada dan plotnya*digetok lagi*
Gegara terinspirasi sama Hana Yori Dango—udah lama sih pengen bikin ffic begini,, tapi malas aja..hehehe,,
Sou, Dozou…
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Very short prolog
Anak laki-laki itu menangis. Isakannya keras. Masih terbayang dalam pikirannya salah satu sosok manusia yang paling dekat dengannya tertelan maut, meninggalkannya sendiri dengan rasa benci juga sesal yang dalam.
Seseorang mendekat, memeluknya cepat.
“Mou ii yo, Ryosuke…”
Dan anak laki-laki—yang dipanggil Ryosuke itu hanya bisa terus terisak sembari menggenggam tangan pemeluknya kuat.
“Dia bohong Mirai-chan. Dia tidak pernah kembali.”
Chapter 1
Pemuda berlabel Yamada Ryosuke itu membuka matanya pelan.
Sama.
Kamar yang sama, tempat yang sudah ditempatinya selama hampir 18 tahun. Kamar yang sama dimana seseorang berhasil menemukannya terisak di hari laknat 10 tahun yang lalu.
Ryosuke menutup mata, kembali masuk ke dalam laci-laci memorinya.
“Mou ii yo, Ryosuke…”
Shida Mirai. Sahabat masa kecilnya. Satu-satunya gadis yang dicintainya yang juga satu-satunya gadis yang dicintai sahabatnya, Nakajima Yuto. Gadis yang kini telah menjadi milik Yuto. Dia terlambat. Bodoh. Sebenarnya dia bisa. Seharusnya bisa. Dia bisa memiliki Mirai jika saja langkahnya lebih cepat.
“Yamada Ryosuke-sama, sarapannya sudah siap”
Suara di depan pintu mengagetkannya. Pemuda itu tersadar.
“Ssh! Apa yang kupikirkan tadi?” gerutunya pelan sembari bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi.
Dia milik Yuto sekarang.
*****
Location: Horikoshi Gakuen
“UWAAAA….”
“apa-apaan teriakan kampungan itu?” bunyi geplakan terdengar.
Umika Kawashima menoleh, mendapati rasa sakit kepala sesaat yang baru saja dideritanya disebabkan oleh tamparan ringan Tsugunaga Momoko, sahabatnya.
“Mou…! Habis aku nggak nyangka sekolahmu semewah ini..” gadis itu memberi pembelaan yang masih saja terdengar ‘kampungan’. Momoko menghela nafas pelan.
“Makanya beasiswamu juga besar kan? Sudah, tidak usah kagum dulu. Aku belum menyelesaikan PRku, jadi cepat. Mau kuantar ke ruang kepala sekolah tidak?”
“gomen..hehehe!”Umika mengangkat 2 jarinya ke depan wajah momoko, membentuk sign ‘peace’. Momoko tersenyum lebar.
Kedua gadis 17 tahun itu bergerak, menuju salah satu ruangan mewah yang disebut ‘ruang kepala sekolah’ tadi.
~0~0~0~
“Ahh, Kawashima-san selamat datang. Silahkan duduk…” Umika membungkuk hormat, lalu menuju kursi yang disebelahnya telah duduk seorang gadis seumurannya. Pembawaan gadis itu tenang—dingin. Tapi tidak membuat Umika risih.
“nah, kenalkan. Ini Ohgo Suzuka-san, peraih beasiswa juga.” Pria 50an tahun bertitle kepala sekolah itu memperkenalkan gadis tadi pada Umika. Peraih beasiswa juga rupanya. Umika langsung tersenyum kegirangan, mengetahu dia bukan satu-satunya orang miskin di lingkungan para jutawan.
“Kawashima Umika-desu! Yoroshiku onegai…”
“Ohgo suzuka. Yoroshiku.”
“senang kalian berteman seperti ini.” kepala sekolah tiba-tiba memotong perbincangan singkat Umika-suzuka. “nah…Ohgo-san, kamu ditempatkan di kelas 3-D, bersama Kawashima-san. semoga kalian menyukai sekolah ini..”
Umika dan Suzuka sama-sama membungkuk hormat ke arah pria paruh baya itu.
“Hai! Arigatou gozaimaz!”
Keduanya lalu keluar, berusaha mencari sendiri yang mana kelas 3-D itu. Baru beberapa detik berjalan, langkah mereka langsung terhenti melihat penampakan yang sedang mendekat. Penampakan yang WOW sekali. Jelas saja, 4 pemuda maha tampan serta seorang gadis yang tak kalah pesonanya dengan pemuda-pemuda tadi berjalan dengan gagahnya mendatangi mereka. Err…sekedar melewati spesifiknya. Mulut Umika terbuka –agak—lebar. Dia jadi teringat salah satu dorama favoritnya, Hana Yori Dango. Mereka sudah seperti F4 ditambah 1 cewek. Dan kelima orang itu melewatinya dan Suzuka begitu saja. Tetapi sedetik, suzuka bisa menangkap pandangan tertarik salah satu dari pemuda-pamuda tadi kearahnya. Yang posturnya paling pendek itu.
“Mereka berempat The dream Lovers” Suara familiar seseorang mengagetkan Umika. Gadis itu langsung menoleh.
“Momoko? Kau—sejak kapan kau disini?!” Tanyanya kaget.
“Aku sudah disini dari tadi. Kau saja yang tidak memperhatikan!” Momoko balas menjawab. Umika mengangguk-angguk mengerti.
“sou.. aah, kenalkan ini Ohgo-chan… peraih beasiswa juga…” Umika menjadi jambatan penyebarangan perkenalan Momoko dan Suzuka.
“Tsugunaga Momoko desu~”
“Ohgo Suzuka. Uhm, tadi kau bilang The Dream Lovers… apa itu?” Suzuka mengembalikan pembicaraan ke topic yang dimulai momoko tadi. Momoko langsung teringat informasi yang harus dibagi-bagikannya.
“Ahh! Aku hampir lupa! Mereka itu The Dream lovers—yang cowok-cowok. Kalau yang cewek, itu pacarnya Nakajima Yuto, salah satu personilnya. The Dream Lovers itu julukan yang diberikan siswi-siswi sekolah ini untuk mereka. Jelas saja ya, mereka berempat sangat sempurna. Tampan, dan datangnya dari keluarga kaya raya.” Momoko melangkah maju, membuat 2 eksistensi yang penasaran dengan informasi yang diberikannya mengikutinya bergerak.
“yang pertama Yamada Ryosuke, yang tadi tempatnya ke2 dari kiri … Yang paling tampan itu..” Momoko mencoba mendeskripsikan. Umika dan Suzuka langsung mengingat-ingat sosok yang disebut si Yamada Ryosuke itu. Saat wajahnya terbayang, keduanya langsung mengangguk.
“nah, dia itu leadernya. Putra tunggal konglomerat Yamada Tsukasa. Pewaris tunggal perusahaan ayahnya juga. Orangnya dingin dan cuek sekali. Tapi, dialah yang paling benyak penggemarnya…” momoko berhenti sejenak untuk menarik nafas. Umika dan Suzuka masih saja mengangguk-angguk.
“lalu Nakajima Yuto. Putra pemilik Nakajima co, nakajima Rui. Dia pacaran dengan gadis tadi—Shida Mirai. Mereka berdua dekat sejak TK. Ehm, Shida Mirai-san itu juga orang kaya. Ayahnya punya beberapa Museum terkenal di, bahkan ada juga diluar negeri…”
Seperti tak ada kegiatan lain yang bisa ditunjukan, Umika dan suzuka kembali mengangguk-angguk mengerti. Sambil sesekali memasang tampang ‘WOW’ tentu saja.
“kemudian ada lagi Chinen Yuri—yang paling kiri, posturnya yang paling pendek itu,, dia putra Chinen Sojiro—“
“EEH?! Chinen suojiro, bintang film TOP itu?!” Umika berseru kaget. Momoko mengangkat jari telunjuknya lalu menunjuk gadis yang berseru tadi itu.
“Bingo!”
“WAAH…! Jadi rata-rata manusia penghuni sekolah ini orang hebat ya~”
“Hentikan Umika! Gaya bicaramu terlalu kampungan!” Momoko memukul kepala Umika pelan. Umika hanya menyeringai lebar.
“Uhm Tsugunaga-san, lalu pemuda yang satunya…?” Suzuka memecah percakapan singkat Momoko—Umika, membuat konsentari Momoko kembali ke topic pembicaraan yang dimulainya tadi.
“Aah, gomen aku lupa…! Pemuda yang satu lagi itu…itu… dia…” Gadis itu sedikit ragu-ragu berbicara. Gerak-geriknya jadi aneh, wajahnya jadi merah, dan dia tersenyum? Umika dan Susuka bisa mencium—eh melihat ada yang tidak beres dengan teman mereka yang satu itu. Umika duluan berbicara.
“Dia siapa?”
“D-Dia Arioka Daiki-kun. Ayahnya Arioka Akira, pemilik beberapa klub malam terkenal di Jepang. Dan ada gossip kalau ayahnya adalah bos gangster. Yaah~ tapi itu Cuma gossip siih…” Momoko selesai berbicara. Umika dan Suzuka masih keheranan melihat wajah Momoko yang ‘tidak biasa’ itu. Tapi mereka enggan bertanya karena ketika Suzuka menoleh ke jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 08.00.
Waktunya masuk kelas!
~0~0~0~
Takdir memang tidak bisa diprediksi. Tentu saja! Belum ada 5 menit Umika dan Suzuka mendengar summary kehidupan—harta kekayaan lebih jelasnya 4 pemuda tampan plus satu gadis cantik yang populer di sekolah, sekarang mereka sudah berdiri tepat di depan ke-5 orang tersebut. Kelas yang sama, siapa yang bisa menduga?
“Saa~Minna! Hari ini kita kedatangan 2 murid baru, hasil jaringan Beasiswa tahun ini. Mereka berdua ini sangat pintar loh~ jangan sampai nilai-nilai kalian dibantai habis oleh mereka berdua,, Hahahaha—err, silahkan perkenal kan diri kalian ne…” lelucon tak lucu Kouta Yabu selaku wali kelas 3-D kali ini tidak menimbulkan reaksi. Jangankan sengiran lebar, yang didapatnya kali ini hanya tatapan Apaan-Sih-Nih-Orang-Omongannya-Gak-Lucu-Juga dari 18 orang muridnya yang sedang duduk manis di tempat masing-masing. Umika dan Suzuka yang juga sempat memberi tatapan yang sama seperti 18 orang di depan mereka sontak tersenyum, sedikit kasihan sama sensei muda ini, sekaligus tidak mau terlalu lama tampil di depan kelas.
“Ohgo Suzuka desu…yoroshiku.”
“Kawashima Umika desu. Yoroshiku onegai…”
Keduanya selesai. Yabu sensei menoleh sekeliling kelas, mencari tempat duduk yang kosong. Ada sih, 2 tempat. Tapi, bagaimana ya~ 2 tempat itu dihitung tempat bahaya. Jelas saja, 2 tempat itu adalah kursi-kursi kosong di samping Yamada Ryosuke dan Chinen Yuri. Kepala sekolah, Yabu sensei, bahkan semua guru pun tahu, Yamada Ryosuke paling benci jika harus ditempatkan semeja dengan manusia lain. Dan tidak ada yang berani menempatkan atau ditempatkan di tempat keramat itu. Semua orang takut, tentu saja. Mereka bisa dengan mudahnya terdepak dari sekolah Horikoshi yang bergengsi itu. Secara sekolah itu adalah milik keluarga Yamada.
Lalu Chinen? Pemuda itu tidak benci duduk sendiri kok. Biasanya tempat duduknya selalu dikerumuni gadis-gadis—karena paras tampan yang diwariskan sang ayah tentu. Hanya saja entah petir apa yang menyambarnya, kali ini Chinen selalu menolak gadis-gadis—yang cantik sekalipun yang mau semeja dengannya. Alasannya? Entahlah. Tanya saja dia sendiri.
“Ano, Ohgo-san dan Kawashima-san tunggu sebentar, kumintakan penjaga sekolah untuk mengambilkan meja dan kursi untuk ka—“
“Uhm, Sensei!” satu suara sopran pria—ehh maksud saya satu suara tenor terdengar. Dan hampir seluruh pasang mata dikelas menoleh ke sumber suara itu—Chinen Yuri. Pemuda mini yang berdomisili di pojok kanan kelas.
“Ohgo-san biar duduk denganku saja~” Ujar pemuda itu sambil memberikan tatapan ‘pangeran impian’nya. Tatapan maut yang sudah berhasil mengait ratusan ribu gadis ke pelukannya itu entah kenapa jadi tumpul ketika bertemu wajah dingin Suzuka. Setelah Yabu sensei mengijinkan suzuka menuju tempat barunya—meskipun sebelumnya pria 21 tahun itu sempat keheranan akut plus shock kenapa Chinen yuri mau berbagi meja dengan a stranger. Suzuka sendiri tidak mau ambil pusing dengan tatapan seisi kelas—minus Umika dan berjalan ke kursi kosong yang ditunjuk dengan tatapan dingin terpasang rapi diwajahnya. As usual.
“lalu kawashima-san bisa tunggu—“
“Aku di sana saja!” tanpa pikir panjang Umika langsung saja memotong kata-kata Yabu dan berjalan menuju bangku haram yang ditunjuknya tadi. Bangku di sebelah kanan Ryosuke. Seisi kelas menatap horror ketika umika dengan gerak gemulainya menarik kursi yang sedari tadi terparkir asal di depan meja dan mendudukinya.
Hening.
Puluhan tatapan horror tersebut masih antusias, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa dia akan mengusir paksa Umika lalu mengeluarkannya dari sekolah atau langsung memecat yabu sensei seperti yang dilakukannya pada Nakayama sensei seminggu yang lalu sebagai akibat dari mensosialisaikannya dengan manusia lain?
Tidak ada reaksi.
Yamada Ryosuke tidak memberi reaksi!! Ini ajaib!!
Satu kelas bersiap menghela nafas lega, namun gerakan umika selanjutnya membuat nafas mereka kembali tercekat.
“Hai! Umika kawashima desu. Kau?” Tanya gadis itu polos, meskipun sebelumnya dia sudah menduga pemuda tampan di sampingnya ini pastilah si Yamada Ryosuke itu. Ryosuke yang mendapat serangan sapaan tiba-tiba dari Umika itu langsung tersentak kaget. Sepertinya, sejak tadi pikirannya sedang tidak dikelas, sampai-sampai bagaimana Umika sudah hadir di sampingnya pun tidak diketahuinya sama sekali.
“A-Aah, Yamada Ryosuke.” Ujarnya pelan. Dan itu membuat seisi kelas ternganga Yamada Ryosuke bicara dengan murid baru? Ini keajaiban!
“Saa, Yamada-kun. Senang bertemu denganmu~” Umika menjawab enteng. Dan hebatnya Yamada mengangguk! Tapi keajaiban itu tidak bertahan lama. Wajahnya berubah kembali diiringi mata elangnya yang sudah menyayatkan tatapan tajam ke arah Yabu.
Pelan-pelan sang sensei berdesis dengan volume super minim. “mati aku!”
“Yabu sensei! Kenapa kau—“ pemuda itu bangkit berdiri.
“aaa… itu bukan suruhan sensei. Aku yang langsung duduk disini karena Cuma ini satu-satunya tempat yang kosong. Maaf kalau aku mengganggumu…” Umika menarik tangan Yamada, meminta perhatian dari pemuda itu. Ryosuke terdiam beberapa detik sampai akhirnya pemuda itu kembali terduduk.
“Cih! Sudahlah. Duduk saja disitu. Lagi pula, kursi-kursi lain di gudang sudah tidak layak pakai. Kau bisa celaka nanti.” Keajaiban lagi. Untuk pertama kalinya di kelas Yamada Ryosuke bicara se-sosial itu pada orang lain diluar lingkaran The dream lover plus Mirai. Berita ini mungkin saja akan masuk Koran sekolah besok, blog sekolah, bahkan bukan tidak mungkin kalau sampai harian kota. Apalagi dia memberi ijin langsung untuk umika agar menempati tempat keramat disebelahnya. WOW banget kan?
Seisi kelas langsung memandang umika tidak percaya. Berbagai pikiran berkecamuk di kepala mereka. Tapi ada satu yang selalu sempat dipikirkan hampir seluruh mereka yang takjub.
Gadis ini pasti pake pelet!
~0~0~0~
“Yamada-kun”
Tidak ada respon.
“Yamada-kun.”
Masih. Tidak ada respon. Perhatian pemuda itu masih saja tertuju pada sesuatu.
“Yamada-kun tanganmu menindih bukuku!” seru umika dengan volume seminimum mungkin, namun dengan sentuhan agak kasar yang biasa kita sebut geplakan di lengan Ryosuke.
“Aah, gomen…” jawabnya datar sembari mengangkat tangannya dari buku segi empat pink milik Umika. Sudah kebiasaan memonopoli meja karena selalu duduk sendiri soalnya. Sementara Gadis itu hanya bisa tersnyum lemah sambil sesekali matanya memperhatikan Ryosuke.
Pandangannya kesana lagi. Sudah hampir 10 kali Umika mendapati tatapan Ryosuke selalu menuju arah yang sama. Meja urutan kedua dari depan milik Mirai-Yuto. Dia tidak menatap Yuto tentu saja. Dia menatap Mirai. Tapi kenapa? Mirai pacar Yuto kan? Dan kenapa wajahnya sesedih itu?
“Yamada-kun…” Umika kembali memanggil Ryosuke. Namun kali ini bukan karena bukunya tertindih lagi. Dia hanya ingin tahu sesuatu. Dan tidak seperti sebelumnya, kali ini ryosuke langsung menoleh.
“nande?”
“Kau…menyukai Shida Mirai-san ya?”
Ryosuke membeku. Pelan-pelan ditolehkannya kepalanya ke tubuh mungil Umika.
“Ma-maksudmu apa? Dia itu temanku. Pacar temanku. Aku tidak mungkin menyukainya…”
Umika hanya tersenyum sesaat sebelum tangannya kembali menyalin belasan rumus fisika yang tertera di papan. Gadis itu tidak lagi menjawab, membuat Ryosuke jadi sangat gugup.
‘Bagaimana dia bisa tahu?’
Chapter 1 end~ continue to chapter 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar