Title: Suddenly Married
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast : Yamada
Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?!
A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar
di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*
Chapter 5
“Kawashima Umika kenapa?” Chinen berdiri di depan keduanya
dengan alis bertaut. Suzuka dan Yuto saling menatap lama sebelum buru-buru
menggeleng.
“Tidaak~ siapa yang ngomongin Kawashima Umika...hehehe, iya kan Yuto?” Suzuka
tertawa kikuk lalu buru-buru melemparkan pandangannya kepada sang kekasih,
minta bantuan. Yuto sontak mengangguk mantap.
“I-iya... kami kan
lagi ngomongin Ryosuke yang mau nikah..” setengah pede setengah ragu pemuda itu
menjawab. Seketika tatapan membunuh Suzuka telak diarahkan padanya. Ekspresi
wajah gadis itu seolah berkata ‘dasar bodoh! Apa yang baru saja kau katakan?!’.
Tanpa menyadari perubahan ekspresi Suzuka, Chinen terbelalak.
“Menikah? Ah, masa! Sama siapa?”tanyanya antusias. Suzuka memijat dahinya,
frustrasi sekaligus kesulitan mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan
manusia didepannya. Terima kasih untuk Yuto, kekasihnya tersayang yang sukses
menghancurkan rencana menutupi berita Ryosuke-Umika ini. Sementara, sang kekasih
yang butuh nyaris 5 detik untuk menyadari kata-kata apa saja yang baru saja dilontarkannya,
hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangan sambil menatap Suzuka takut-takut.
“Ne, ayo katakan.. Kalian curang ah! Ne, Yuto.. Suzu..” Chinen
melepaskan serangan puppy eyes-nya yang terkenal bisa meluluhkan hati siapapun
yang melihat. Sesuai kepopulerannya tentu saja, Yuto dan Suzuka langsung luluh.
Meskipun begitu, ada sedikit tembok keras dalam hati masing-masing—terlebih
Suzuka yang masih berdiri untuk melindungi informasi seputar pernikahan
Ryosuke. Karena jauh didalam lubuk hati, mereka yakin, jika sampai Chinen
mendengarnya, bumi mungkin saja akan berhenti berputar.
“Itu...Ryosuke...” Suzuka duluan bicara. Antisipasi, agar Yuto
tak lagi membuka suara. Berdasarkan sejarah kejadian barusan, bocornya masalah
pernikahan Ryosuke inipun adalah akibat ketidakmampuan kekasihnya tersayang
untuk menjaga bicaranya. “Ryosuke emang mau nikah sih, cuma...”
“Cuma..?” Chinen membeo ucapan Suzuka.
“Cuma..”
“Cuma drama!” Yuto spontan menyabotase jawaban Suzuka.
Pemuda itu nyengir miring.”iya..Gini loh, Ryosuke baru-baru ini terpilih untuk
jadi pemeran utama dalam sebuah dorama terbaru... nah, ceritanya, dia harus menikah
karena udah hamilin anak orang..,mirip-mirip 14 sai no haha gitu. Iya kan Suzu-hime?”
Suzuka menatap kekasihnya itu lama sekaligus terkesima
dengan jawabannya yang briliant. “Hai! Hai! Itu cuma drama, iya!” gadis itu
tersenyum cerah, lalu berbisik super pelan hingga Chinen sama sekali tidak bisa
mendengar mereka. ‘kerja bagus Yuto! I love you!’. Yuto hanya kesemsem.
“Sugee!” Chinen kagum. Ekspresi wajahnya tak kalah cerah
dibanding senyum Suzuka. “Aku nggak tahu Ryosuke minat akting juga. Terus,
lawan mainnya siapa nih?”
Pasangan OhgoJima terdiam. Kali ini lebih lama dari
sebelumnya. Keduanya baru sadar, ‘sebuah drama’ bukanlah alasan bagus untuk mengatakan
pada Chinen bahwa Ryosuke dan Umika akan menikah. Ini Chinen Yuri loh. Dan bagi
seorang Chinen Yuri, tidak akan ada alasan yang tepat untuk membuatnya menerima
berita penuh marabahaya tadi.
Terdiamnya Yuto dan Suzuka dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama ternyata menimbulkan kecurigaan. Dengan salah satu alis terangkat,
Chinen menatap sepasang manusia itu lekat-lekat. Sorot matanya mengandung
ketidakpercayaan sekaligus rasa nyaris meledak yang merayap pelan-pelan.
“Jangan bilang kalau lawan main Ryosuke adalah Kawashima
Umika.”
*****
“HACHII! HACHII!! HACH..HACH..HACHUII!!” setengah cemberut, Ryosuke
menggosok-gosok hidungnya. Capek juga sih, bersin-bersin mulu. Sementara tak
jauh dari tempatnya berdiri, Kawashima Umika yang sejak tadi tengah
melihat-lihat beberapa jenis gaun pengantin dalam majalah sontak mengalihkan
perhatiannya kepada pemuda tersebut.
“Daijoubu ka?” tanyanya sedikit khawatir. Maklum, berhubung 2
hari lagi mereka akan mengikat janji sebagai sepasang suami-istri—bohongan, Umika
merasa sudah sepantasnya melakukan tugas dasar seorang calon pengantin wanita
yakni menjaga kesehatan pasangannya, atau dalam hal ini memastikan calon suami bohongannya
tidak menderita penyakit apapun yang bisa mengagalkan rencana pernikahan
mereka.
Ryosuke menoleh ke arah gadis itu. “Daijoubu..”senyum
tipisnya terulas, kali ini mengakibatkan munculnya rona kemerahan di kedua pipi
Umika.
“So-sou kah...” balasnya setengah gugup. Entah kenapa
setelah mendengar pernyataan tegas Ryosuke yang bersedia dengan sepenuh hati
menuruti kemauannya, saat ini nyaris selalu muncul getaran-getaran aneh dalam
diri Umika setiap kali pemuda itu tersenyum ataupun bersikap manis padanya. Bahkan
terkadang, suara hatinya bisa jejeritan heboh ketika tahu perlakuan Ryosuke
yang lembut hanya ditujukan padanya.
“Ne, Kawashima-san...” sang pemuda berpindah dari tempatnya
lalu mengambil tepat di samping gadisnya itu.
“Ngapain?”
“Nyari gaun pengantin..”jawab Umika tanpa melihat
kesampingnya. Ryosuke sontak mengerutkan alis.
“Gaun? Kita mau menikah resmi ya? Di gereja?”
Umika memutar bola matanya sehingga bisa melihat Ryosuke
dengan jelas. “Tentu saja. Pertanyaanmu aneh ah!” gadis itu kembali sibuk
dengan majalahnya sementara Ryosuke makin ternganga.
“Bukannya kita cuma
ke catatan sipil ya?!” pemuda itu makin gusar. “Kalau acaranya sampai se-spesial
itu, aku tidak mau ah!”protesnya. Umika sontak menatapnya kaget.
“Kau gila! Tinggal 2 hari lagi kita menikah, dan kau mau
membatalkannya?” Umika ngamuk, seolah pernikahan yang rencananya akan
berlangsung dalam 2 hari lagi itu benar-benar merupakan sebuah pernikahan yang
sah. Ryosuke saja kaget dengan reaksi super serius gadis itu. “Kau tidak
memikirkan bagaimana nasib jabang bayi kita, hah?!” gadis itu menambahkan lagi.
Kali ini, Ryosuke mangap makin lebar.
“Jabang bayi apaan?! Sejak kapan kita punya anak?!” Ryosuke
balas ngamuk, jelas tidak setuju dengan alasan asalnya barusan. Umika cemberut
sebentar, namun tiba-tiba saja sudah merangkul lengan kanan Ryosuke dan
menariknya kedalam pelukannya. Kepalanya bersandar manja di bahu pemuda itu.
“Gomen ne, Ryosuke... aku kan kaget saja kau tiba-tiba menolak untuk
menikah denganku... padahal orang tuaku sudah merestuimu...”jelasnya dengan
suara pelan dan lembut. Namun sedetik setelahnya, gadis itu baru menyadari tindakan
mesra yang dilakukannya pada Ryosuke tadi. “Go-gomen...”
Wajah Ryosuke memerah, ikut terpengaruh. Jarang-jarang Umika
bersikap manja padanya. Meskipun begitu, ketika saatnya tiba, Ryosuke tidak
dapat menyangkal, ia merasa senang. Ada
semacam getaran-getaran asing yang menjalari tubuhnya, membuatnya gemetar
bimbang sekaligus bahagia di saat yang bersamaan. Kok rasanya ‘surga’ banget
gitu. Well, siapa juga pria yang tidak senang dipeluk dan dijadikan sandaran
gadis super unyu macam Umika. Ribuan pria diluar sana mengantri hanya untuk memperoleh foto ataupun
tanda tangannya. Nah, Ryosuke ini berhasil dipeluknya loh! Kan berkah!
“Demo, Kawashima-san...” Ryosuke menghela nafas. “Kan dosa kalau kita
sampai pura-pura menggelar Upacara pernikahan yang sakral begitu. Aku nggak
enak banget kalau harus mengikat janji palsu depan altar...”
“Ck, Ryo-chan...” Umika geleng-geleng. “Aku juga gak mungkin
melibatkan Tuhan dalam kepura-puraanku. Entar aku kena karma lagi...”
“Terus?” wajah polos nan imut Ryosuke kemudian terpampang.
Umika sudah jejeritan heboh dalam hati menerikan nama pemuda itu.
“U-untuk tempat acara, kupilih di taman biar gak
sakral-sakral amat..” Mata Umika terus memperhatikan wajah maha imut pemuda
didepannya sementara otaknya mentransisikan pikirannya menjadi sebuah jawaban
dan hatinya terus menyoraki Ryosuke. “terus imamnya juga, aku tidak minta imam
beneran. Menejerku menyewa aktor untuk pura-pura jadi pemimpin upacara
pernikahannya nanti...”
“Demo...”
“Sudahlah Ryosuke, terima saja. Gak dosa kok!” Lama-lama,
Umika jadi panas juga. Butuh waktu sekitar 5 menit bagi pemuda itu sebelum
akhirnya ia mengangguk. Umika tersenyum.
“Kalau begitu sekarang temani aku nyari baju ya?” gadis itu
menarik lengan Ryosuke untuk bergerak bersamanya keluar rumah. Ryosuke hanya
berwajah bingung.
“Eh?”
*****
“Oni-chan?” Mirai memiringkan kepalanya ketika tak sengaja
melihat satu-satunya saudara yang dimilikinya bersama satu-satunya perempuan
yang sempat menjadi orang paling dibencinya tengah bergerak memasuki sebuah
butik khusus gaun pernikahan mewah tak jauh di depan. Cepat-cepat gadis itu mengekori.
Umika mulai memilih beberapa gaun dan menunjukannya kepada
Ryosuke. Keduanya nampak bercakap-cakap, mendiskusikan setiap gaun yang dipilih
Umika apakah akan cocok dengan gadis itu atau tidak, meskipun jawaban yang
Ryosuke berikan mayoritas adalah gelengan kepala dan kata ‘tidak’.
“Mau fitting gaun pengantin ya?? Ciee... yang mau nikah
bentar lagi...” Sosok Mirai tiba-tiba saja muncul tepat di belakang kedua
manusia tadi. Umika dan Ryosuke tersentak kaget dan langsung menoleh ke sumber
suara barusan.
“Mirai-chan?!” Ryosuke nampak shock melihat adik kembarnya
sudah senyum-senyum tak jelas kepadanya dan juga pada...Umika? kok bisa?
Bukannya dia membenci gadis itu?
“Gaunya bagus, cuma sepertinya belahan dadanya terlalu rendah...
kurasa tidak cocok untukmu nee-chan...:” Mirai mengabaikan ucapan bernada tanda
tanya kakaknya barusan dan malah ikut memperhatikan gaun yang dipegang Umika. Pasangan
Umika-Ryosuke hanya bisa mangap.
“Nee-chan?”
Mirai tersenyum manis kepada gadis itu. “Un! Berhubung 2
hari lagi margamu sudah berganti menjadi Yamada, kurasa aku harus mulai
memanggilmu nee-chan, deshou?”
“Jadi kau menyetujui pernikahan kami?” setengah tidak
percaya setengah ngeri Ryosuke bertanya. Mirai serketika mengangguk sambil
memasang cengiran lebarnya.
“Yatta!!” Umika yang tadi bersorak heboh langsung
menggenggam kedua tangan Mirai sambil tersenyum senang. “Sudah kuduga kau akan
menyetujuinya, Mirai! Ne, berhubung kau sudah ada disini, ayo kita sekalian
pilihkan gaun untukmu. Tentu kau akan jadi pendamping pengantinku kan?”
“WOAA... mochiron! Aku juga akan membantu memilihkan gaun
pengantin yang bisa membuat penampilanmu secantik malaikat...” Mirai
bersemangat. Keduanya lalu mulai memilah-milah baju mana yang cocok sambil
berdiskusi heboh. Aura kegembiraan dan semangat membara terpancar dari
keduanya, berbeda dengan aura suram nan redup yang meliputi manusia di samping mereka.
Ryosuke hanya bisa mangap, entah untuk kali yang keberapa.
*****
“Ryosuke...”
Satu panggilan lembut mengagetkan Ryosuke yang kini tengah
setengah tertidur menunggu di sofa putih sebuah butik terkenal. Mengingat sudah
hampir 2 jam pemuda itu menunggu sang ‘kekasih’ dan sang adik kembar
memilih-milih gaun pernikahan mereka, wajar saja kalau detik ini Ryosuke
ditemukan sudah menutup penuh kelopak matanya dan siap mengembara ke alam mimpi
kalau saja suara manis seorang Kawashima Umika tidak mengagetkannya.
“Apa?!” pemuda itu menoleh ke belakang, setengah penasaran
setengah kesal karena tidurnya diganggu. Namun, pemandangan di belakang sukses
membuatnya terpana.
Kawashima Umika—calon istri palsunya tampil sangat cantik
dengan sebuah gaun putih polos panjang tanpa lengan membalut tubuhnya. Modelnya
yang jatuh mengembang memang sangat cocok dengan bentuk tubuh Umika yang rada
mungil. Rambutnya diangkat dan dipakaikan mahkota keperakan dengan selubung
putih transparan menutupi dari setengah bagian rambutnya hingga jatuh menjulur
bersama gaunnya. Wajahnya dipoles make up, minimals namun benar-benar
menunjukan kecantikannya yang nautral. Sosok pengantin wanita yang diidampkan
pria manapun di seluruh dunia. Sesaat, Ryosuke berpikir ialah pria paling
beruntung didunia karena berhasil ‘menikahi’ gadis bewajah malaikat tersebut.
“Gimana Nii-chan? Kirei deshou?” Yamada Mirai muncul dari balik
punggung Umika sambil tersenyum lebar. Gadis itu nampak tak kalah menawan
dengan balutan gaun kuning muda 5 senti diatas lutut yang nampak indah, cocok
dengan auranya yang yang juga cerah. Sebelah matanya dikedipkan, memberi
isyarat pada sang kakak untuk bereaksi. Wajah Ryosuke memerah.
“U-Un...” pemuda itu mengangguk, seketika membuat Umika ikut
memerah. Malahan sekarang gadis itu jadi tak berani memandang pemuda
didepannya. Mirai tertawa licik.
“Nii-chan memerah! Ah, Umika mo!!” goda gadis itu. Sontak
kedua manusia yang namanya tersebut tadi menunduk malu-malu menyembunyikan rona
kemerahan wajah masing-masing.
“Ka-kalau bagus, kuambil yang ini saja...” Umika sontak
kembali berlari masuk ke dalam ruang ganti. Mirai tertawa lagi, lalu mengikuti
gadis itu, meninggalkan Ryosuke yang masih terpana di luar. Pemuda itu
menyentuh dada kirinya yang bergetar hebat oleh deguban jantungnya.
‘apa lagi ini?’
*****
“Bagus ya...”
Chinen melipat tangannya di dada dan menancapkan tatapan
membunuh kepada eksistensi beriris coklat yang baru memasuki kediamannya 10
detik lalu. Yamada Ryosuke sontak mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kaget melihat
sahabatnya yang mini itu bisa ada dirumahnya.
“Chii?! Loh, masuk lewat mana kamu?”tanyanya heran. Chinen
masih menatapnya tajam. Apalagi setelah satu eksistensi lain berjenis kelamin
berbeda namun berwajah nyaris sama dengan Ryosuke tadi ikut memasuki rumah.
“Mirai juga! Kalian sepakat menyembunyikan hal ini dariku
yah?” seru pemuda iti kesal. Mirai ikut mengangkat alis.
“Menyembunyikan apa?” tanyanya tak kalah bernada kesal.
Chinen manyun.
“Nggak usah pura-pura...”
“Pura-pura apa sih?! Kau aneh!” nada suara Mirai makin
tinggi. Gadis itu cepat-cepat berjalan melewati Chinen memasuki kamarnya.
Tatapan membunuh Chinen lalu pindah ke Ryosuke.
“Semua gara-gara kamu!” Chinen menunjuk Ryosuke dengan
dagunya. Pemuda itu mengerutkan kening.
“Apanya sih?! Kau yang aneh, tiba-tiba muncul di rumahku dan
marah-marah. Lihat, Mirai jadi ngambek kan?!
Gara-gara siapa coba?!” Ryosuke balas mengomel.
“Ya gara-gara kamu!”
“Kok aku?”
“Kau ingin menikah dengan Kawashima Umika kan?!” Chinen menyipitkan matanya. Ryosuke
sontak menahan nafas.
“Ta-tau darimana?” bisiknya super pelan, namun sayang
berhasil terdengar oleh Chinen. Pemuda itu tersenyum sakratis.
“Mereka!” Chinen menunjuk ke dapur. “Oi kalian berdua
keluar!”perintahnya. Dalam hitungan detik, pasangan Ohgo Suzuka-Yuto Nakajima
sudah keluar dari dapur keluarga Yamada dengan cengiran tertempel di bibir
masing-masing.
“Okaeri Ryosuke...”Ucap keduanya bersamaan. Tatapan membunuh
kini berpindah dari Chinen ke Ryosuke menjadi Ryosuke ke Yuto dan Suzuka. Suzuka
secepat mungkin geleng-geleng.
“Bukan aku!” telunjuknya diarahkan ke kiri, posisi
kekasihnya berada. “Dia!”
Yuto cengengesan, tidak berani mengumbar alasan bagi
Yamada—mengingat setiap kata yang keluar dari bibirnya hari ini berimbas
bencana. Sumpah, Yuto tobat di-death
glare Suzuka tercintanya. .
Ryosuke menghela nafas. Tatapannya kembali pada Chinen.
“Chii, dengar dulu... aku...”
“Katanya kamu udah bikin Umika hamil ya?” Chinen memotong,
kali ini nadanya tajam. Ryosuke menggeleng cepat.
“Tidak! Itu cuma kesalahpahaman Suzuka saja!”
“Kok aku sih?” Suzuka menyambung.
“Kamu kan
yang bilang Umika hamil?”
“Habis ngapain kamu mau cepat-cepat menikah kalau pacarmu
tidak kenapa-kenapa?”
“Itu karena...” kalimat Ryosuke tersendat sejenak. Pemuda
itu ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau semua heboh pernikahan ini
hanya pura-pura belaka. Kesannya, ia jadi tak setia dengan perjanjiannya dengan
Umika. “Karena...aku...”
“Kau menghamili Umika!”
“Tidak! dengar dulu! Sebenarnya pernikahan kami ini cuma...”
“Ryo-chan konbanwa!!” satu sosok baru tiba-tiba memasuki
rumah. Empat eksistensi yang baru saja perang heboh langsusng menghentikan kegiatan
mereka dan menatap sang gadis. Umika nampak kebingungan melihat 3 manusia yang
sama sekali tak dikenalanya tengah ribut-ribut dengan calon suaminya. “Eh?
Aku...mengganggu ya?”tanyanya pelan.
“Umika kawashima-chan...” Chinen menggumam terpesona.
Semburat merah muda muncul di kedua pipinya, membuat wajahnya yang sudah super
imut naik pangkat jadi super duper imut. Namun, pemandangan ‘blushing Chinen’
tak berlangsung lama, sebab 2 sekon setelahnya, pemuda itu sudah mendaratkan
tatapan tajam menusuk ke arah Ryosuke. Satu tangannya yang terkepal diangkat,
siap meninju sementara kakinya sudah bergerak mendekati sang pemuda yang
disebutkan namanya tadi. “Ryosuke!! Beraninya kau menghamili Kawashima
Umika-chan yang seperti malaikat ini!!!” serunya sambari menerjang Ryosuke
dengan pukulan mautnya. Tak tahu harus bereaksi apa, Ryosuke hanya bisa menutup
mata sementara pasangan Ohgojima telah berpelukan heboh saking ngerinya.
BUKK!
“Eh?” sebelah alis Ryosuke terangkat ketika menyadari tinjuan
Chinen tidak mendarat di wajahnya, melainkan di tembok tepat di sebelahnya.
“Rasakan! Kau mau lagi huh?!” Chinen kembali meninju tempat
yang sama. Bunyi pukulan maha dashyat tadi kembali menggema, membuat telinga
mana saja yang mendengarnya jadi ngeri. Chinen berhenti sejenak, wajahnya
diam-diam ditolehkan ke pintu kamar Mirai.
Siiiiing...........................
Tidak ada reaksi. Pemuda itu kembali mendaratkan tinjuan
yang berbeda, sementara lewat gerakan bibirnya, ia memberi isyarat pada Ryosuke
untuk pura-pura berteriak kesakitan. Heran dan tentu karena takut ditinju
betulan karena tidak mau mengikuti perintahnya, Ryosuke sontak menurut.
“AAh! Sakit! Chinen hentikan!”
Chinen melayangkan tatapannya ke pasangan Ohgojima.
Mengerti, kedua manusia itu ikut melengkingkan teriakan.
“Chii! Sudah hentikan! Ryosuke bisa mati!!”
“Chii! Kau membuat wajah Ryosuke jadi jelek kalau babak
belur seperti itu!”
Tinjuan Chinen terhenti, begitu pula teriakan Ryosuke dan
Suzuka. Semua mata menatap aneh pada Yuto yang baru saja melontarkan kata-kata
tadi. Takut, Pemuda itu langsung berwajah anak anjing yang minta makan. Cengiran
mentahnya sedikit terulas.
“...Nanti kawashima-san tidak mau menikah dengannya...”
BRAKK!!
Pintu kamar Mirai dibanting keras. Gadis itu keluar dari
kamarnya dengan wajah marah yang kentara jelas. Semburan api yang menyala-nyala
seolah dapat terlihat keluar dari belakangnya. Matanya menatap tajam. Selidik
punya selidik, ternyata kalimat terakhir yang dilontarkan Yuto tadi berandil
besar dalam keluarnya gadis manis itu dari kamarnya.
“Tidak ada yang boleh menggagalkan pernikahan Nii-chan ku!”
Mirai melangkah pelan mendekati 4 manusia tadi. Tatapan tajamnya yang siap
membunuh membuat Chinen, Ryosuke, pasangan Ohgojima dan Umika bergetar
ketakutan. Meskipun begitu, tatapan tadi ternyata hanya ditujukan kepada sang
kekasih yang memiliki postur terkecil diantara semua pria yang ada.
Mirai berhenti tepat di depan Chinen. “Kau pikir siapa
dirimu sampai berani-beraninya menghajar Nii-chanku dan membuat wajahnya jadi
jelek sehingga Kawashima Umika tidak ingin menikah lagi dengannya?! Huh?!”
Mirai mengancungkan telunjuknya di depan wajah Chinen. “Dengar ya! Meski kau
membuatnya babak belur sekalipun, ketampanan Nii-chanku tetap tak akan pudar! Dia
itu ketampanan abadi, tau kau! Iya kan
Ryosuke-nii?” gadis itu menoleh ke arah kakaknya di samping. Matanya sontak
membulat sempurna ketika mendapati wajah sang kakak masih aman tanpa ada
bekas-bekas hantaman seperti yang dibayangkannya.. “EH?! Nii-chan wajahmu...”
pandangan Mirai lalu berlih ke tembok di samping sang kakak yang terdapat
sedikit bekas noda darah lalu ke punggung tangan Chinen yang memerah dan juga
sedikit berdarah. “Chii..”
Tubuh pemuda yang dipanggil tadi langsung merosot ke tanah.
Dalam keadaan duduk, Chinen meratap. “Ternyata Mirai-chan memang jauh lebih mencintai
Ryosuke dibandingkan aku. Padahal kukira, kalau kupukul Ryosuke, kau akan
cemburu karena mengira alasanku menghajar Ryosuke karena aku tidak ingin dia
menikah dengan Kawashima-san... ternyata aku salah. Pantas saja kau tidak
pernah cemburu kalau aku membicarakan Kawashima-san. Selama ini kau memang
tidak mempunyai perasaan apa-apa padaku...”
“EEH?” Kening Mirai berkerut. “Tunggu! Tunggu! Ada apa ini sebenarnya?
Apa maksudmu aku tidak pernah cemburu pada Umika?”
“Habis... tiap kali aku fanboying-an Kawashima-san, Kau
selalu tidak peduli. Kadang-kadang malah pergi. Padahal kukira, kalau aku
terus-terusan membicarakan Kawashima-san, kau akan memarahiku dan menyuruhku
berhenti. Gitu kan
reaksi orang yang lagi cemburu? Dan kalau kau cemburu, berarti kau memang
menyukaiku kan...”Chinen
menjelaskan sambil manyun. Mirai menekan-nekan pelipisnya dengan 2 telapak
tangannya yang terangkat.
“Kamu mikir apa sih?!” bentaknya kesal. “Siapa bilang aku
tidak menyukaimu! Aku itu sangat menyayangimu bodoh! Kau pikir aku juga tidak
cemburu apa, kalau setiap kali kencan kau selalu membicarakan Umika. Aku tuh
hampir mendidih! Aku bahkan hampir menolak Umika untuk menjadi kakak iparku
karena takut kau akan semakin tergila-gila padanya setelah tahu dia sedekat
ini! AAh! Bodoh sekali! Dapat ide dari mana kau untuk membuatku cemburu?!”
Tanpa ba-bi-bu, Chinen langsung menunjuk Yuto dengan
telunjuknya.
“Eh?”
“Yuto yang bilang cara cepat untuk tahu seorang gadis
menyukai kita adalah dengan melihatnya cemburu...”
“Eh?”
“Baka!” Suzuka menggeplak kepala Yuto dengan tangannya. Yuto
hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus bagian tubuh yang terpukul
tadi.
“Gomen... aku sendiri nggak menyangka Chinen bakal mengikuti
saranku... mana kutahu obsesinya dengan Kawashima Umika hanya alasan untuk
membuat Mirai cemburu...”
“Chii juga bodoh!” Mirai ikut-ikutan menggeplak kepala
Chinen. Sama seperti Yuto, Chinen hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus
bagian tubuh yang terpukul tadi.
Terpisah beberapa puluh sentimeter dari mereka, Ryosuke dan
Umika nyaris tak bisa mengedipkan mata karena heran plus kaget akut dengan
rentetan adegan-adegan tadi.
“Cinta itu rumit ya...” Umika berbisik. Ryosuke hanya bisa mengangguk.
Bola matanya sedikit bergulir untuk melihat gadis
disampingnya.
//TBC//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar