Sabtu, 28 Juli 2012

[fic/on writting] Suddenly Merried - chapter 5

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*



Chapter 5

“Kawashima Umika kenapa?” Chinen berdiri di depan keduanya dengan alis bertaut. Suzuka dan Yuto saling menatap lama sebelum buru-buru menggeleng.

“Tidaak~ siapa yang ngomongin Kawashima Umika...hehehe, iya kan Yuto?” Suzuka tertawa kikuk lalu buru-buru melemparkan pandangannya kepada sang kekasih, minta bantuan. Yuto sontak mengangguk mantap.

“I-iya... kami kan lagi ngomongin Ryosuke yang mau nikah..” setengah pede setengah ragu pemuda itu menjawab. Seketika tatapan membunuh Suzuka telak diarahkan padanya. Ekspresi wajah gadis itu seolah berkata ‘dasar bodoh! Apa yang baru saja kau katakan?!’.  

Tanpa menyadari perubahan ekspresi Suzuka, Chinen terbelalak. “Menikah? Ah, masa! Sama siapa?”tanyanya antusias. Suzuka memijat dahinya, frustrasi sekaligus kesulitan mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan manusia didepannya. Terima kasih untuk Yuto, kekasihnya tersayang yang sukses menghancurkan rencana menutupi berita Ryosuke-Umika ini. Sementara, sang kekasih yang butuh nyaris 5 detik untuk menyadari kata-kata apa saja yang baru saja dilontarkannya, hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangan sambil menatap Suzuka takut-takut.

“Ne, ayo katakan.. Kalian curang ah! Ne, Yuto.. Suzu..” Chinen melepaskan serangan puppy eyes-nya yang terkenal bisa meluluhkan hati siapapun yang melihat. Sesuai kepopulerannya tentu saja, Yuto dan Suzuka langsung luluh. Meskipun begitu, ada sedikit tembok keras dalam hati masing-masing—terlebih Suzuka yang masih berdiri untuk melindungi informasi seputar pernikahan Ryosuke. Karena jauh didalam lubuk hati, mereka yakin, jika sampai Chinen mendengarnya, bumi mungkin saja akan berhenti berputar. 

“Itu...Ryosuke...” Suzuka duluan bicara. Antisipasi, agar Yuto tak lagi membuka suara. Berdasarkan sejarah kejadian barusan, bocornya masalah pernikahan Ryosuke inipun adalah akibat ketidakmampuan kekasihnya tersayang untuk menjaga bicaranya. “Ryosuke emang mau nikah sih, cuma...”

“Cuma..?” Chinen membeo ucapan Suzuka.

“Cuma..”

“Cuma drama!” Yuto spontan menyabotase jawaban Suzuka. Pemuda itu nyengir miring.”iya..Gini loh, Ryosuke baru-baru ini terpilih untuk jadi pemeran utama dalam sebuah dorama terbaru... nah, ceritanya, dia harus menikah karena udah hamilin anak orang..,mirip-mirip 14 sai no haha gitu. Iya kan Suzu-hime?”

Suzuka menatap kekasihnya itu lama sekaligus terkesima dengan jawabannya yang briliant. “Hai! Hai! Itu cuma drama, iya!” gadis itu tersenyum cerah, lalu berbisik super pelan hingga Chinen sama sekali tidak bisa mendengar mereka. ‘kerja bagus Yuto! I love you!’. Yuto hanya kesemsem.

“Sugee!” Chinen kagum. Ekspresi wajahnya tak kalah cerah dibanding senyum Suzuka. “Aku nggak tahu Ryosuke minat akting juga. Terus, lawan mainnya siapa nih?”

Pasangan OhgoJima terdiam. Kali ini lebih lama dari sebelumnya. Keduanya baru sadar, ‘sebuah drama’ bukanlah alasan bagus untuk mengatakan pada Chinen bahwa Ryosuke dan Umika akan menikah. Ini Chinen Yuri loh. Dan bagi seorang Chinen Yuri, tidak akan ada alasan yang tepat untuk membuatnya menerima berita penuh marabahaya tadi.

Terdiamnya Yuto dan Suzuka dalam jangka waktu yang relatif lebih lama ternyata menimbulkan kecurigaan. Dengan salah satu alis terangkat, Chinen menatap sepasang manusia itu lekat-lekat. Sorot matanya mengandung ketidakpercayaan sekaligus rasa nyaris meledak yang merayap pelan-pelan.

“Jangan bilang kalau lawan main Ryosuke adalah Kawashima Umika.”

*****

“HACHII! HACHII!! HACH..HACH..HACHUII!!” setengah cemberut, Ryosuke menggosok-gosok hidungnya. Capek juga sih, bersin-bersin mulu. Sementara tak jauh dari tempatnya berdiri, Kawashima Umika yang sejak tadi tengah melihat-lihat beberapa jenis gaun pengantin dalam majalah sontak mengalihkan perhatiannya kepada pemuda tersebut.

“Daijoubu ka?” tanyanya sedikit khawatir. Maklum, berhubung 2 hari lagi mereka akan mengikat janji sebagai sepasang suami-istri—bohongan, Umika merasa sudah sepantasnya melakukan tugas dasar seorang calon pengantin wanita yakni menjaga kesehatan pasangannya, atau dalam hal ini memastikan calon suami bohongannya tidak menderita penyakit apapun yang bisa mengagalkan rencana pernikahan mereka.

Ryosuke menoleh ke arah gadis itu. “Daijoubu..”senyum tipisnya terulas, kali ini mengakibatkan munculnya rona kemerahan di kedua pipi Umika.

“So-sou kah...” balasnya setengah gugup. Entah kenapa setelah mendengar pernyataan tegas Ryosuke yang bersedia dengan sepenuh hati menuruti kemauannya, saat ini nyaris selalu muncul getaran-getaran aneh dalam diri Umika setiap kali pemuda itu tersenyum ataupun bersikap manis padanya. Bahkan terkadang, suara hatinya bisa jejeritan heboh ketika tahu perlakuan Ryosuke yang lembut hanya ditujukan padanya.

“Ne, Kawashima-san...” sang pemuda berpindah dari tempatnya lalu mengambil tepat di samping gadisnya itu. “Ngapain?”

“Nyari gaun pengantin..”jawab Umika tanpa melihat kesampingnya. Ryosuke sontak mengerutkan alis.

“Gaun? Kita mau menikah resmi ya? Di gereja?”

Umika memutar bola matanya sehingga bisa melihat Ryosuke dengan jelas. “Tentu saja. Pertanyaanmu aneh ah!” gadis itu kembali sibuk dengan majalahnya sementara Ryosuke makin ternganga.

 “Bukannya kita cuma ke catatan sipil ya?!” pemuda itu makin gusar. “Kalau acaranya sampai se-spesial itu, aku tidak mau ah!”protesnya. Umika sontak menatapnya kaget.

“Kau gila! Tinggal 2 hari lagi kita menikah, dan kau mau membatalkannya?” Umika ngamuk, seolah pernikahan yang rencananya akan berlangsung dalam 2 hari lagi itu benar-benar merupakan sebuah pernikahan yang sah. Ryosuke saja kaget dengan reaksi super serius gadis itu. “Kau tidak memikirkan bagaimana nasib jabang bayi kita, hah?!” gadis itu menambahkan lagi. Kali ini, Ryosuke mangap makin lebar.

“Jabang bayi apaan?! Sejak kapan kita punya anak?!” Ryosuke balas ngamuk, jelas tidak setuju dengan alasan asalnya barusan. Umika cemberut sebentar, namun tiba-tiba saja sudah merangkul lengan kanan Ryosuke dan menariknya kedalam pelukannya. Kepalanya bersandar manja di bahu pemuda itu.

“Gomen ne, Ryosuke... aku kan kaget saja kau tiba-tiba menolak untuk menikah denganku... padahal orang tuaku sudah merestuimu...”jelasnya dengan suara pelan dan lembut. Namun sedetik setelahnya, gadis itu baru menyadari tindakan mesra yang dilakukannya pada Ryosuke tadi. “Go-gomen...”

Wajah Ryosuke memerah, ikut terpengaruh. Jarang-jarang Umika bersikap manja padanya. Meskipun begitu, ketika saatnya tiba, Ryosuke tidak dapat menyangkal, ia merasa senang. Ada semacam getaran-getaran asing yang menjalari tubuhnya, membuatnya gemetar bimbang sekaligus bahagia di saat yang bersamaan. Kok rasanya ‘surga’ banget gitu. Well, siapa juga pria yang tidak senang dipeluk dan dijadikan sandaran gadis super unyu macam Umika. Ribuan pria diluar sana mengantri hanya untuk memperoleh foto ataupun tanda tangannya. Nah, Ryosuke ini berhasil dipeluknya loh! Kan berkah!

“Demo, Kawashima-san...” Ryosuke menghela nafas. “Kan dosa kalau kita sampai pura-pura menggelar Upacara pernikahan yang sakral begitu. Aku nggak enak banget kalau harus mengikat janji palsu depan altar...”

“Ck, Ryo-chan...” Umika geleng-geleng. “Aku juga gak mungkin melibatkan Tuhan dalam kepura-puraanku. Entar aku kena karma lagi...”

“Terus?” wajah polos nan imut Ryosuke kemudian terpampang. Umika sudah jejeritan heboh dalam hati menerikan nama pemuda itu.

“U-untuk tempat acara, kupilih di taman biar gak sakral-sakral amat..” Mata Umika terus memperhatikan wajah maha imut pemuda didepannya sementara otaknya mentransisikan pikirannya menjadi sebuah jawaban dan hatinya terus menyoraki Ryosuke. “terus imamnya juga, aku tidak minta imam beneran. Menejerku menyewa aktor untuk pura-pura jadi pemimpin upacara pernikahannya nanti...”

“Demo...”

“Sudahlah Ryosuke, terima saja. Gak dosa kok!” Lama-lama, Umika jadi panas juga. Butuh waktu sekitar 5 menit bagi pemuda itu sebelum akhirnya ia mengangguk. Umika tersenyum.

“Kalau begitu sekarang temani aku nyari baju ya?” gadis itu menarik lengan Ryosuke untuk bergerak bersamanya keluar rumah. Ryosuke hanya berwajah bingung.

“Eh?”

*****
“Oni-chan?” Mirai memiringkan kepalanya ketika tak sengaja melihat satu-satunya saudara yang dimilikinya bersama satu-satunya perempuan yang sempat menjadi orang paling dibencinya tengah bergerak memasuki sebuah butik khusus gaun pernikahan mewah tak jauh di depan. Cepat-cepat gadis itu mengekori.

Umika mulai memilih beberapa gaun dan menunjukannya kepada Ryosuke. Keduanya nampak bercakap-cakap, mendiskusikan setiap gaun yang dipilih Umika apakah akan cocok dengan gadis itu atau tidak, meskipun jawaban yang Ryosuke berikan mayoritas adalah gelengan kepala dan kata ‘tidak’.

“Mau fitting gaun pengantin ya?? Ciee... yang mau nikah bentar lagi...” Sosok Mirai tiba-tiba saja muncul tepat di belakang kedua manusia tadi. Umika dan Ryosuke tersentak kaget dan langsung menoleh ke sumber suara barusan.

“Mirai-chan?!” Ryosuke nampak shock melihat adik kembarnya sudah senyum-senyum tak jelas kepadanya dan juga pada...Umika? kok bisa? Bukannya dia membenci gadis itu?

“Gaunya bagus, cuma sepertinya belahan dadanya terlalu rendah... kurasa tidak cocok untukmu nee-chan...:” Mirai mengabaikan ucapan bernada tanda tanya kakaknya barusan dan malah ikut memperhatikan gaun yang dipegang Umika. Pasangan Umika-Ryosuke hanya bisa mangap.

“Nee-chan?”

Mirai tersenyum manis kepada gadis itu. “Un! Berhubung 2 hari lagi margamu sudah berganti menjadi Yamada, kurasa aku harus mulai memanggilmu nee-chan, deshou?”

“Jadi kau menyetujui pernikahan kami?” setengah tidak percaya setengah ngeri Ryosuke bertanya. Mirai serketika mengangguk sambil memasang cengiran lebarnya.

“Yatta!!” Umika yang tadi bersorak heboh langsung menggenggam kedua tangan Mirai sambil tersenyum senang. “Sudah kuduga kau akan menyetujuinya, Mirai! Ne, berhubung kau sudah ada disini, ayo kita sekalian pilihkan gaun untukmu. Tentu kau akan jadi pendamping pengantinku kan?”

“WOAA... mochiron! Aku juga akan membantu memilihkan gaun pengantin yang bisa membuat penampilanmu secantik malaikat...” Mirai bersemangat. Keduanya lalu mulai memilah-milah baju mana yang cocok sambil berdiskusi heboh. Aura kegembiraan dan semangat membara terpancar dari keduanya, berbeda dengan aura suram nan redup yang meliputi manusia di samping mereka.

Ryosuke hanya bisa mangap, entah untuk kali yang keberapa.

*****

“Ryosuke...”
Satu panggilan lembut mengagetkan Ryosuke yang kini tengah setengah tertidur menunggu di sofa putih sebuah butik terkenal. Mengingat sudah hampir 2 jam pemuda itu menunggu sang ‘kekasih’ dan sang adik kembar memilih-milih gaun pernikahan mereka, wajar saja kalau detik ini Ryosuke ditemukan sudah menutup penuh kelopak matanya dan siap mengembara ke alam mimpi kalau saja suara manis seorang Kawashima Umika tidak mengagetkannya.

“Apa?!” pemuda itu menoleh ke belakang, setengah penasaran setengah kesal karena tidurnya diganggu. Namun, pemandangan di belakang sukses membuatnya terpana.

Kawashima Umika—calon istri palsunya tampil sangat cantik dengan sebuah gaun putih polos panjang tanpa lengan membalut tubuhnya. Modelnya yang jatuh mengembang memang sangat cocok dengan bentuk tubuh Umika yang rada mungil. Rambutnya diangkat dan dipakaikan mahkota keperakan dengan selubung putih transparan menutupi dari setengah bagian rambutnya hingga jatuh menjulur bersama gaunnya. Wajahnya dipoles make up, minimals namun benar-benar menunjukan kecantikannya yang nautral. Sosok pengantin wanita yang diidampkan pria manapun di seluruh dunia. Sesaat, Ryosuke berpikir ialah pria paling beruntung didunia karena berhasil ‘menikahi’ gadis bewajah malaikat tersebut.

“Gimana Nii-chan? Kirei deshou?” Yamada Mirai muncul dari balik punggung Umika sambil tersenyum lebar. Gadis itu nampak tak kalah menawan dengan balutan gaun kuning muda 5 senti diatas lutut yang nampak indah, cocok dengan auranya yang yang juga cerah. Sebelah matanya dikedipkan, memberi isyarat pada sang kakak untuk bereaksi. Wajah Ryosuke memerah.

“U-Un...” pemuda itu mengangguk, seketika membuat Umika ikut memerah. Malahan sekarang gadis itu jadi tak berani memandang pemuda didepannya. Mirai tertawa licik.

“Nii-chan memerah! Ah, Umika mo!!” goda gadis itu. Sontak kedua manusia yang namanya tersebut tadi menunduk malu-malu menyembunyikan rona kemerahan wajah masing-masing.

“Ka-kalau bagus, kuambil yang ini saja...” Umika sontak kembali berlari masuk ke dalam ruang ganti. Mirai tertawa lagi, lalu mengikuti gadis itu, meninggalkan Ryosuke yang masih terpana di luar. Pemuda itu menyentuh dada kirinya yang bergetar hebat oleh deguban jantungnya.

‘apa lagi ini?’

*****

“Bagus ya...”

Chinen melipat tangannya di dada dan menancapkan tatapan membunuh kepada eksistensi beriris coklat yang baru memasuki kediamannya 10 detik lalu. Yamada Ryosuke sontak mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kaget melihat sahabatnya yang mini itu bisa ada dirumahnya.

“Chii?! Loh, masuk lewat mana kamu?”tanyanya heran. Chinen masih menatapnya tajam. Apalagi setelah satu eksistensi lain berjenis kelamin berbeda namun berwajah nyaris sama dengan Ryosuke tadi ikut memasuki rumah.

“Mirai juga! Kalian sepakat menyembunyikan hal ini dariku yah?” seru pemuda iti kesal. Mirai ikut mengangkat alis.

“Menyembunyikan apa?” tanyanya tak kalah bernada kesal. Chinen manyun.

“Nggak usah pura-pura...”

“Pura-pura apa sih?! Kau aneh!” nada suara Mirai makin tinggi. Gadis itu cepat-cepat berjalan melewati Chinen memasuki kamarnya. Tatapan membunuh Chinen lalu pindah ke Ryosuke.

“Semua gara-gara kamu!” Chinen menunjuk Ryosuke dengan dagunya. Pemuda itu mengerutkan kening.

“Apanya sih?! Kau yang aneh, tiba-tiba muncul di rumahku dan marah-marah. Lihat, Mirai jadi ngambek kan?! Gara-gara siapa coba?!” Ryosuke balas mengomel.

“Ya gara-gara kamu!”

“Kok aku?”

“Kau ingin menikah dengan Kawashima Umika kan?!” Chinen menyipitkan matanya. Ryosuke sontak menahan nafas.

“Ta-tau darimana?” bisiknya super pelan, namun sayang berhasil terdengar oleh Chinen. Pemuda itu tersenyum sakratis.

“Mereka!” Chinen menunjuk ke dapur. “Oi kalian berdua keluar!”perintahnya. Dalam hitungan detik, pasangan Ohgo Suzuka-Yuto Nakajima sudah keluar dari dapur keluarga Yamada dengan cengiran tertempel di bibir masing-masing.

“Okaeri Ryosuke...”Ucap keduanya bersamaan. Tatapan membunuh kini berpindah dari Chinen ke Ryosuke menjadi Ryosuke ke Yuto dan Suzuka. Suzuka secepat mungkin geleng-geleng.

“Bukan aku!” telunjuknya diarahkan ke kiri, posisi kekasihnya berada. “Dia!”

Yuto cengengesan, tidak berani mengumbar alasan bagi Yamada—mengingat setiap kata yang keluar dari bibirnya hari ini berimbas bencana. Sumpah, Yuto tobat di-death glare Suzuka tercintanya. .   

Ryosuke menghela nafas. Tatapannya kembali pada Chinen.

“Chii, dengar dulu... aku...”

“Katanya kamu udah bikin Umika hamil ya?” Chinen memotong, kali ini nadanya tajam. Ryosuke menggeleng cepat.

“Tidak! Itu cuma kesalahpahaman Suzuka saja!”

“Kok aku sih?” Suzuka menyambung.

“Kamu kan yang bilang Umika hamil?”

“Habis ngapain kamu mau cepat-cepat menikah kalau pacarmu tidak kenapa-kenapa?”

“Itu karena...” kalimat Ryosuke tersendat sejenak. Pemuda itu ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau semua heboh pernikahan ini hanya pura-pura belaka. Kesannya, ia jadi tak setia dengan perjanjiannya dengan Umika. “Karena...aku...”

“Kau menghamili Umika!”

“Tidak! dengar dulu! Sebenarnya pernikahan kami ini cuma...”

“Ryo-chan konbanwa!!” satu sosok baru tiba-tiba memasuki rumah. Empat eksistensi yang baru saja perang heboh langsusng menghentikan kegiatan mereka dan menatap sang gadis. Umika nampak kebingungan melihat 3 manusia yang sama sekali tak dikenalanya tengah ribut-ribut dengan calon suaminya. “Eh? Aku...mengganggu ya?”tanyanya pelan.

“Umika kawashima-chan...” Chinen menggumam terpesona. Semburat merah muda muncul di kedua pipinya, membuat wajahnya yang sudah super imut naik pangkat jadi super duper imut. Namun, pemandangan ‘blushing Chinen’ tak berlangsung lama, sebab 2 sekon setelahnya, pemuda itu sudah mendaratkan tatapan tajam menusuk ke arah Ryosuke. Satu tangannya yang terkepal diangkat, siap meninju sementara kakinya sudah bergerak mendekati sang pemuda yang disebutkan namanya tadi. “Ryosuke!! Beraninya kau menghamili Kawashima Umika-chan yang seperti malaikat ini!!!” serunya sambari menerjang Ryosuke dengan pukulan mautnya. Tak tahu harus bereaksi apa, Ryosuke hanya bisa menutup mata sementara pasangan Ohgojima telah berpelukan heboh saking ngerinya.

BUKK!

“Eh?” sebelah alis Ryosuke terangkat ketika menyadari tinjuan Chinen tidak mendarat di wajahnya, melainkan di tembok tepat di sebelahnya.

“Rasakan! Kau mau lagi huh?!” Chinen kembali meninju tempat yang sama. Bunyi pukulan maha dashyat tadi kembali menggema, membuat telinga mana saja yang mendengarnya jadi ngeri. Chinen berhenti sejenak, wajahnya diam-diam ditolehkan ke pintu kamar Mirai.

Siiiiing...........................

Tidak ada reaksi. Pemuda itu kembali mendaratkan tinjuan yang berbeda, sementara lewat gerakan bibirnya, ia memberi isyarat pada Ryosuke untuk pura-pura berteriak kesakitan. Heran dan tentu karena takut ditinju betulan karena tidak mau mengikuti perintahnya, Ryosuke sontak menurut.

“AAh! Sakit! Chinen hentikan!”

Chinen melayangkan tatapannya ke pasangan Ohgojima. Mengerti, kedua manusia itu ikut melengkingkan teriakan.

“Chii! Sudah hentikan! Ryosuke bisa mati!!”

“Chii! Kau membuat wajah Ryosuke jadi jelek kalau babak belur seperti itu!”

Tinjuan Chinen terhenti, begitu pula teriakan Ryosuke dan Suzuka. Semua mata menatap aneh pada Yuto yang baru saja melontarkan kata-kata tadi. Takut, Pemuda itu langsung berwajah anak anjing yang minta makan. Cengiran mentahnya sedikit terulas.

“...Nanti kawashima-san tidak mau menikah dengannya...”

BRAKK!!

Pintu kamar Mirai dibanting keras. Gadis itu keluar dari kamarnya dengan wajah marah yang kentara jelas. Semburan api yang menyala-nyala seolah dapat terlihat keluar dari belakangnya. Matanya menatap tajam. Selidik punya selidik, ternyata kalimat terakhir yang dilontarkan Yuto tadi berandil besar dalam keluarnya gadis manis itu dari kamarnya.

“Tidak ada yang boleh menggagalkan pernikahan Nii-chan ku!” Mirai melangkah pelan mendekati 4 manusia tadi. Tatapan tajamnya yang siap membunuh membuat Chinen, Ryosuke, pasangan Ohgojima dan Umika bergetar ketakutan. Meskipun begitu, tatapan tadi ternyata hanya ditujukan kepada sang kekasih yang memiliki postur terkecil diantara semua pria yang ada.
Mirai berhenti tepat di depan Chinen. “Kau pikir siapa dirimu sampai berani-beraninya menghajar Nii-chanku dan membuat wajahnya jadi jelek sehingga Kawashima Umika tidak ingin menikah lagi dengannya?! Huh?!” Mirai mengancungkan telunjuknya di depan wajah Chinen. “Dengar ya! Meski kau membuatnya babak belur sekalipun, ketampanan Nii-chanku tetap tak akan pudar! Dia itu ketampanan abadi, tau kau! Iya kan Ryosuke-nii?” gadis itu menoleh ke arah kakaknya di samping. Matanya sontak membulat sempurna ketika mendapati wajah sang kakak masih aman tanpa ada bekas-bekas hantaman seperti yang dibayangkannya.. “EH?! Nii-chan wajahmu...” pandangan Mirai lalu berlih ke tembok di samping sang kakak yang terdapat sedikit bekas noda darah lalu ke punggung tangan Chinen yang memerah dan juga sedikit berdarah.  “Chii..”

Tubuh pemuda yang dipanggil tadi langsung merosot ke tanah. Dalam keadaan duduk, Chinen meratap. “Ternyata Mirai-chan memang jauh lebih mencintai Ryosuke dibandingkan aku. Padahal kukira, kalau kupukul Ryosuke, kau akan cemburu karena mengira alasanku menghajar Ryosuke karena aku tidak ingin dia menikah dengan Kawashima-san... ternyata aku salah. Pantas saja kau tidak pernah cemburu kalau aku membicarakan Kawashima-san. Selama ini kau memang tidak mempunyai perasaan apa-apa padaku...”

“EEH?” Kening Mirai berkerut. “Tunggu! Tunggu! Ada apa ini sebenarnya? Apa maksudmu aku tidak pernah cemburu pada Umika?”

“Habis... tiap kali aku fanboying-an Kawashima-san, Kau selalu tidak peduli. Kadang-kadang malah pergi. Padahal kukira, kalau aku terus-terusan membicarakan Kawashima-san, kau akan memarahiku dan menyuruhku berhenti. Gitu kan reaksi orang yang lagi cemburu? Dan kalau kau cemburu, berarti kau memang menyukaiku kan...”Chinen menjelaskan sambil manyun. Mirai menekan-nekan pelipisnya dengan 2 telapak tangannya yang terangkat.

“Kamu mikir apa sih?!” bentaknya kesal. “Siapa bilang aku tidak menyukaimu! Aku itu sangat menyayangimu bodoh! Kau pikir aku juga tidak cemburu apa, kalau setiap kali kencan kau selalu membicarakan Umika. Aku tuh hampir mendidih! Aku bahkan hampir menolak Umika untuk menjadi kakak iparku karena takut kau akan semakin tergila-gila padanya setelah tahu dia sedekat ini! AAh! Bodoh sekali! Dapat ide dari mana kau untuk membuatku cemburu?!”

Tanpa ba-bi-bu, Chinen langsung menunjuk Yuto dengan telunjuknya.

“Eh?”

“Yuto yang bilang cara cepat untuk tahu seorang gadis menyukai kita adalah dengan melihatnya cemburu...”

“Eh?”

“Baka!” Suzuka menggeplak kepala Yuto dengan tangannya. Yuto hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus bagian tubuh yang terpukul tadi.

“Gomen... aku sendiri nggak menyangka Chinen bakal mengikuti saranku... mana kutahu obsesinya dengan Kawashima Umika hanya alasan untuk membuat Mirai cemburu...”

“Chii juga bodoh!” Mirai ikut-ikutan menggeplak kepala Chinen. Sama seperti Yuto, Chinen hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus bagian tubuh yang terpukul tadi.

Terpisah beberapa puluh sentimeter dari mereka, Ryosuke dan Umika nyaris tak bisa mengedipkan mata karena heran plus kaget akut dengan rentetan adegan-adegan tadi.

“Cinta itu rumit ya...” Umika berbisik. Ryosuke hanya bisa mengangguk.
Bola matanya sedikit bergulir untuk melihat gadis disampingnya.   

//TBC//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar