Title: Suddenly Married
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast : Yamada
Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?!
A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar
di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*
CHAPTER 6
Pemuda itu menghela nafas panjang. Sesekali ia bangkit
berdiri, berjalan mondar mandir hanya beberapa meter dari kursinya, dan kembali
duduk. Rambut belakangnya sedikit diacak-acaknya, menunjukan salah satu kebiasaanya
setiap kali merasa stres ataupun gugup. Dan hari ini, 2 perasaan itu memang
tengah meliputinya.
“Gugup Yama-chan?” Yuto Nakajima nyengir kuda melihat
sahabtanya tak tenang begitu. Sudah berteman nyaris 7 Tahun membuat pemuda
jangkung itu mengenal betul tabiat seorang Yamada Ryosuke. Dan lewat tindakan
macam ‘menghela nafas panjang-duduk-bangun-mondar-mandir-mengacak-acak rambut’
sudah dapat disimpulkan bahwa pemuda di depannya itu tengah gugup—sangat. Wajar
saja, karena hari ini adalah saat dimana ia akan mengikat janji suci pernikahan
dengan wanita yang dicintainya.
Yuto tersenyum bahagia, nyaris berderai air mata karena
terharu. Sayangnya, yang tidak pemuda itu ketahui bukan hanya rasa gugup yang
menjadi penyebab tindakan-tindakan Ryosuke tadi, namun juga stres, karena yang
dikira orang-orang adalah hari bahagianya justru merupakan hari terberat dalam
18 tahun hidupnya selama ini. pura-pura menikah—berbohong, mana pernah dia
melakukan kejahatan besar macam itu?
“Kau tahu...” Ryosuke melempar senyum miris kearah Yuto.
Pemuda itu lalu kembali menghela nafas panjang. Yuto bangun dari tempat duduknya
dan menepuk pundak Ryosuke perlahan.
“Tenanglah... ini hari keberuntunganmu... kau akan menikahi
gadis secantik Kawashima-san loh, berbahagialah! Sudah begitu, kau tidak perlu
menunggu sampai 9 bulan untuk punya anak...hebat kan?” Yuto lagi-lagi nyengir kuda. Ryosuke
mengangkat kepalanya lalu menatap pemuda itu kesal.
“Sudah kubilang, Umika itu tidak hamil...”
“Yama-chan...Yama-chan...ckck!”Yuto geleng-geleng.
“Menyangkal wanita hamil itu tidak baik loh, apalgi dia calon istrimu...”
“Tapi dia memang tidak hamil Yuto! Aku menyangkal apanya?!”Ryosuke
berdesis, namun dengan intonasi tinggi. Yuto hanya tersenyum manis.
“Aku mengerti, kau sedang gugup sekarang. Seharusnya aku
tidak membicarakan ini, ne?” pemuda itu memamerkan deretan giginya.
“Hai..hai..”
Ryosuke mendidih. Namun mengingat posisi mereka saat ini
adalah didalam ruang ganti yang tidak kedap suara dan ada banyak orang diluar
yang bisa mendengar teriakan kesakitan Yuto ketika ia menggeplak kepala pemuda
itu, Ryosuke memutuskan untuk tetap tenang dan tak lagi mengacuhkannya. Lagian,
ini kan Yuto.
Tidak akan ada bedanya jika mengatakan kebohongan atau kejadian sebenarnya
padanya. Pemuda itu akan selalu lebih mempercayai cerita yang tidak waras
dibandingkan yang normal. Beda kalau yang mengiranya benar-benar menghamili
anak orang adalah orang tuanya.
BRAKKK
“Aku tidak terima!”
Bunyi debaman pintu dan kalimat protes menjadi pengantar
kemunculan Chinen Yuri dalam ruangan kecil berpenghuni 2 manusia itu. Ryosuke
dan Yuto hanya memandang pemuda di depannya dengan alis terangkat.
“Ha?”
“Aku tidak terima dia jadi pendamping priamu..” Chinen
menunjuk Yuto dengan telunjuk kanannya sementara matanya menatap Ryosuke.
“Seharusnya aku! Pendamping wanita kan
Mirai-chan..”
“Ha?” kali ini Yuto yang berekspresi kaget.
“Tunggu-tunggu Chii, aku nggak ngerti...” kening Ryosuke
sedikit berkerut. “Jadi kau mau jadi pendamping pria karena pendamping
wanitanya Mirai?”
“Tentu saja! Banyak romansa yang terjalin antara pendaping
pria dan wanita. Kalau di film-film, biasanya setelah pengantin, pasangan
pendamping pria dan wanita yang akan mengikuti pernikahan mereka..”
“Film? Apa coba?” tanya Yuto, mengetes. Chinen berpikir
sejenak.
“Uhm..Made of Honour misalnya...”
“Made Of Honour?” Ryosuke memiringkan kepalanya. “Bukannya
di film itu pendampingnya malah menikah sama pengantin wanitanya ya?”
“Masaka! Chinen mau merebut kawashima Umika dari yama-chan!”
Kepala Yuto sukses tergeplak tangan Chinen.
“Hanya Mirai-chan pemilik hatiku..” Ujarnya dingin. “Tadi
itu kebetulan saja aku lupa judul filmnya... tapi emang benar ada kok.
Ceritanya—“
“Sudah-sudah! Ngapain sih kita ngomongin film? Nggak guna
banget!” Ryosuke berdiri lalu merapikan jas hitamnya. “Terus Chii, kamu kok
bisa kesini. Bukannya kamu koodinator untuk persiapan altar ya ?”
“Iya juga ya...”Chinen mengangguk. Namun sedetik kemudian pemuda
itu memukul jidatnya. “Aku lupa! Aku disuruh datang untuk manggil kalian.
Uapacara pernikahannya akan dimulai...”
“EHH?” Yuto dan Ryosuke kompak menggeplak kepala pemuda mini
tadi, balas dendam. “Baka!”
Chinen nyengir lebar sebelum ikut lari bersama kedua
temannya.
*****
Alunan musik mulai terdengar, secara tidak langsung
memberikan kode nonverbal bagi Ryosuke untuk berbalik dan menyambut sang
pengantin wanita. Samar, sudut mata pemuda itu
bisa melihat Yuto tengah nyengir heboh menatapnya. Namun perhatian singkatnya
pada Yuto kemudian teralih sempurna ketika sosok gadis berwajah malaikat itu
muncul di beberapa meter depannya.
Umika melangkah anggun bersama sang ayah yang berdiri
disamping dan merangkulnya. Wajah gadis itu tertutup cadar, namun transparan.
Cukup bagi kedua mata Ryosuke untuk bisa melihatnya. Ia cantik. Sangat cantik.
Lebih cantik dari apapun yang pernah tertangkap matanya di dunia ini. Dan
sontak, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Kawashima Yuya melepaskan tangan putri semata wayangnya dan
memberinya kepada Ryosuke. Pria itu lalu bergerak ke tempat duduknya di barisan
depan kanan, sementara Umika dan Ryosuke sudah berbalik dan bertatap muka
dengan pemimpin upacara pernikahan mereka, imam—yang adalah aktor sewaan Umika.
Selama upacara berlangsung, Umika dan Ryosuke hanya saling
melirik. Sedetik, Umika dengan sudut matanya mengamati pemuda itu dan sedetik
kemudian gantian Ryosuke yang melakukannya. Jujur, hari ini keduanya memang
merasakan ada sesuatu yang berbeda dari pasangan masing-masing. Dan sesuatu itu
entah kenapa menarik mereka, membuat mereka merasa nyaman satu sama lain, serta
menciptakan kebahagiaan tentu saja.
“Yamada Ryosuke...” Sang imam mengagetkan keduanya dengan
panggilan tadi. Ryosuke langsung fokus sepenuhnya pada imam palsu itu,
menyadari ini adalah puncak aktingnya selama ini. Sebab, setelah pernikahan ini
selesai, ia akan kembali kepada kehidupannya yang aman dan tentram.
“Bersediakah kau menerima Kawashima Umika sebagai istrimu,
dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan
kalian?”
“Aku bersedia...” Ryosuke menjawab mantap. Ada sedikit keyakinan yang bisa dirasakan
pemuda itu saat 2 kata tadi terlontar, yang sekaligus mempercepat kerja
jantungnya lagi, entah karena apa.
Pandangan imam itu lalu berpindah kepada Umika. “Kawashima
Umika... Bersediakah kau menerima Yamada Ryosuke sebagai suamimu, dalam suka
dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan kalian?”
“Aku bersedia...” gadis itu tersenyum.
Sang imam palsu membalas senyumannya “Kunyatakan kalian
berdua sebagai suami istri..”dan kemudian melemprakan pandangannya kepada
Ryosuke. “Kau boleh mencium pengantinmu...”
Bola mata Ryosuke membulat sempurna mendengar kalimat tadi. Perasaan
di skenario mereka tidak ada adegan ciuman deh. Dengan wajah kaget tentu saja,
pemuda itu memutar tubuhnya menghadap Umika yang ternyata sudah terlebih dahulu
melakukan hal yang sama. Gadis yang ditatap tersenyum kecil.
“Kau tidak bilang aku harus menciummu kan?!” pemuda itu mendesis dengan suara
super pelan. Senyum palsunya ikut terulas.
“Aku baru kepikiran tadi pagi... sudah, lakukan saja! Kita
harus membuat pernikahan ini terlihat se-real mungkin...”balas Umika tak kalah
pelan. Ryosuke meringis.
“Kau yakin?”
“Iyaa! Lakukan saja. Aku sudah sering akting begini di
dorama, jangan pedulikan aku...”Umika makin kukuh.
Yuto dan Mirai yang kini berdiri masing-masing di belakang
Ryosuke dan Umika sudah saling melempar senyum, menantikan bagaimana sang kakak
dan sahabat itu akan memberikan ciuman mautnya pada sang istri. Karena keduanya
tahu, Umika adalah gadis pertama yang dicium pemuda itu dan yang ternyata bisa
menghasilkan hubungan yang bertahan selama ini.
Yang tidak mereka tahu, ciuman Ryosuke kali ini adalah
ciuman pertamanya.
Masih berwajah susah, Ryosuk lalu mengangguk kecil. Tanpa
menunggu perintah kedua, pemuda itu perlahan mengangkat cadar Umika, mencondongkan
tubuhnya, menyentuh pipi kiri Umika dengan tangannya dan pelan-pelan
mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.
Diperlakukan seperti itu, Umika tiba-tiba jadi salah
tingkah. Tak disangkanya, akting pemuda itu terasa begitu nyata. Jantungnya
terus berdegub kencang seiring wajah Ryosuke mendekat padanya. Tak mampu
berbuat apa-apa karena debaran jantungnya yang tak lagi terkendali, Umika hanya
bisa memejamkan mata. Nafas hangat pemuda itu mulai dirasakannya ketika jarak
mereka nyaris tak terpisah apapun. Hingga sepersekian detik kemudian, bibir
keduanya bertemu. Umika ikut membalas ciuman Ryosuke yang lembut dan lama. Dan
setelah 10 detik nafas keduanya bertemu, Ryosuke menarik wajahnya. Matanya yang
coklat cemerlang menatap gadis beriris hitam didepannya sambil tersenyum. Agak
miris memang, tapi tetap tak bisa menutupi kebahagiaan hatinya yang
meluap-luap—entah kenapa. Umika ikut tersenyum, merasakan hal yang sama.
Jantungnya bahkan nyaris pecah saking aktifnya bekerja.
Pasangan itu lalu bergandengan tangah dan siap bergerak
meninggalkan altar. Namun pemandangan didepan sedikit menghentikan keduanya.
Tidak ada satupun dari barisan di depan mereka yang berdiri
untuk menyirami mereka dengan kelopak bunga dan serpihan kertas berwarna saat
mereka berarak keluar nanti. Semua undangan—yang adalah kedua orang tua Umika,
Chinen, Suzuka, dan manager Umika serta beberapa orang yang tak Ryosuke kenal masih
terpesona akut setelah menyaksikan adegan ciuman dua orang tadi. Tak pernah
terbersit dalam pikiran masing-masing kalau ciuman pernikahan Ryosuke-Umika
bisa sebegitu epiknya.
“Ryosuke hebat...” Suzuka menggumam pelan hingga hanya
Chinen disampingnya yang bisa mendengar. Chinen mengangguk sistematis.
“Wajar saja kalau Umika hamil ya..”
Gantian Suzuka yang mengangguk.
Jeda keterpesoanaan beberapa manusia tadi itu terhenti
setelah beberapa detik. Chinen dan Yuya yang sama-sama duduk di ujung bangku
masing-masing segera mengangkat keranjang kecil berisi kelopak bunga dan
menaburkannya keatas, memberi isyarat bagi pasangan pengantin baru tadi Untuk
melangkah. Sambil menggenggam tangan istrinya, Ryosuke kemudian mengajak gadis
itu untuk berlari kecil. Sesuai skenario, semua yang hadir langsung melakukan hal yang sama seperti
Chinen dan Yuya tadi sehingga kelopak-kelopak bunga yang berjatuhan menghujani
keduanya.
Umika dan Ryosuke terus berlari. Hingga ketika tiba di pintu
buatan dari bunga dan dedaunan pohon, Umika berhenti. Sesuai tradisi, gadis itu
lalu melemparkan bunga mawar putih yang dipegangnya ke belakang. Targetnya,
tentu saja 3 gadis di belakangnya yang nampak bersemangat, Mirai, Suzuka, dan
managernya Irie Saaya. Namun harapan ketiganya harus buyar ketika rangkaian
bunga itu jatuh ke tangan orang lain. Orang berpostur paling tinggi diantara
semua manusia di tempat itu.
Yuto Nakajima menatap kekasihnya sambil nyengir lebar. “Sepertinya
yang akan menikah selanjutnya kita deh Suzu-hime...”
BUK!
*****
“Mirai dimana?”
Umika berbalik, menyadari pertanyaan tadi ditujukan padanya.
Di belakang, tengah berdiri Ryosuke, suami resmi-bohongannya masih dengan
setelan jas lengkap. Gadis itu sendiri juga belum menanggalkan gaun
pengantinnya.
“Tadi duluan ke kamarnya...” jawab Umika sambil menjatuhkan
dirinya di sofa. Ryosuke ikut melakukan hal yang sama.
“Sou kah? Sa, kalau begitu malam ini kau tidur di kamarku
saja. Biar aku di kamar orang tuaku...” ujarnya. Memang, hari ini sesuai wasiat
kedua orang tuanya serta sebagai cara melindungi kepalsuan hubungan mereka
untuk tidak terbongkar, Umika diharuskan untuk menginap di rumah Ryosuke. Ceritanya
ya malam pertama gitu. Namun, sayangnya, meskipun Umika harus bermalam di rumah
Ryosuke hari ini, tidak akan ada malam pertama bagi keduanya.
Umika mengangguk. Meskipun begitu, ada sedikit rasa kecewa
dalam hatinya. Soalnya, hari ini seharusnya menjadi malam pertamanya kan? *A/N: gampar
Umika!! XD*
Ryosuke tersenyum kecil walau dalam hati merasakan hal yang sama. Tapi, pemuda itu kan sudah berjanji untuk cukup memberikan bantuan semaksimal yang dia bisa, bukannya mengambil keuntungan dari jenis bantuannya itu. Jadi secara tidak langsung, meskipun kini keduanya berstatus suami-istri ia tetap tidak punya hak untuk menyentuh Umika. Kecewa memang, tapi mau bagaimana lagi.
Ryosuke tersenyum kecil walau dalam hati merasakan hal yang sama. Tapi, pemuda itu kan sudah berjanji untuk cukup memberikan bantuan semaksimal yang dia bisa, bukannya mengambil keuntungan dari jenis bantuannya itu. Jadi secara tidak langsung, meskipun kini keduanya berstatus suami-istri ia tetap tidak punya hak untuk menyentuh Umika. Kecewa memang, tapi mau bagaimana lagi.
“Aku bereskan kamar dulu, sekalian ngambil piyama
untukmu...” Ryosuke bangun dan bergerak menuju kamarnya. Umika mengikutinya
dari belakang. Tujuannya tak lain adalah untuk obeservasi, kira-kira seperti
apa kamar Ryosuke sebenarnya.
“Kamarmu rapi... mau beresin apanya?” celetuk gadis itu
setelah memasuki kamar Ryosuke. Pemuda yang ditanyai hanya tersenyum kecil
sambil mengambil sebuah piyama kotak-kotak berwarna merah-putih dan
menyerahkannya pada Umika.
“Yaah... apa saja yang bisa diberesin..”jawabnya sambil juga
mengambil sepasang piyama warna abu-abu untuknya. “Kau istirahatlah. Besok kita
harus mengantar orang tuamu ke bandara kan?”
Umika mengangguk sambil ikut tersenyum. Tangan Ryosuke
tiba-tiba saja bergerak untuk mengelus lembut puncak kepalanya. Sedetik berlalu
dan pemuda itu baru menyadari kelakuan refleksnya. Entah apa yang bersarang dalam
kepalanya yang memerintahkannya melakukan hal tadi. Sementara wajah Umika sudah
memerah akibat tindakan manis Ryosuke.
Mulai gugup, pemuda itu segera menurunkan tangannya. “Aku..keluar
sekarang. Oyasumi...”ia lalu memutar kenop pintu kamarnya, berharap bisa
cepat-cepat keluar dari tempat itu.
Cklek
Tidak bisa.
“Eh?”
Ryosuke mencoba lagi, namun pintu kamarnya tetap tak bisa
terbuka. Ditambah, kunci kamarnya pun telah raib entah kemana.
“EH??”
“Nii-chan!! Nikmati
malam pertamanya yo~” Dari luar terdengar seruan Mirai. Ryosuke sontak
menyadari rencana gila dalam benak adiknya kini.
“Oi, Mirai! Jangan becanda ah, buka!” perintahnya. Yang
terdengar hanya tawa cekikikan.
“Nggak usah malu-malu. Aku nggak bakal nguping kok.. Malam
ini aku nginap di rumah Suzuka. Kalian bersenang-senang ya... Jaa ne..”
terdengar langkah kaki menjauh. Dari dalam kamar Ryosuke dan Umika mulai panik.
“O-Oi! Mirai matte! Keluarkan aku! Mirai! Miraii!!”
Kembali terdengar bunyi langkah kaki mendekat. Ryosuke siap
bernapas lega, mengira sang adik kembar telah berubah pikiran. Nyatanya,
boro-boro! Yang ada malah Mirai kembali dengan ide gila baru.
“Rumah kukunci dari luar. Besok aku datang menjemput jam 7
yaa, jadi kuharap kalian sudah selesai dengan urusan kalian jam segitu. Ok? Jaa
ne Nii-chan, Umika Nee-chan~” langkah kakinya kembali terdengar menjauh.
Ryosuke dan Umika hanya bisa mangap.
“Ja-jadi...kita terkunci disini nih?” ujar Umika setengah
ngeri. Sambil tersenyum miris, Ryosuke mengangguk. Keduanya spontan menatap
tempat tidur Ryosuke. Ukurannya tak begitu besar karena memang didesain untuk
memuat hanya satu orang. Tapi herannya,
ada 2 bantal dan taburan kelopak mawar disana.
‘Mirai...’pikir
Ryosuke, baru menyadari bahwa adik kembarnya sudah merencanakan hal macam ini
sejak lama. Pemuda itu lalu menatap Umika yang nampak tak tenang. “Kau tidur
disini saja. Biar aku di lantai...”
“Demo.. ini kan..tempat
tidurmu..”
“Daijoubu..” Ryosuke tersenyum kecil. “Aku nggak mungkin
membiarkan cewek tidur di lantai kan?”kalimatnya
terhenti sejenak. “Dan...tidak mungkin kita sekasur berdua..”
Gantian Umika yang tersenyum.
“Ma... kalau begini, terpaksa kita harus tidur dengan
pakaian seperti ini ne..”Pemuda itu melirik setelan jasnya sambil tertawa kecil.
“Nggak ada kamar mandi di kamarku soalnya...”
*****
BRUGH
“Ittee!!” Ryosuke dan
Umika berseru hampir bersamaan setelah tanpa sengaja tubuh Umika jatuh dari
tempat tidur Ryosuke dan menimpa tubuh pemuda itu. Ditambah kondisi keduanya yang
sebelumnya masing sangat amat terlelap tidak memungkinkan bagi mereka untuk
mengambil tindakan antisipasi. Umika mengucek-ngucek matanya sebelum bisa
melihat jelas siapa yang ditindihnya barusan. Dan ketika yang pertama kali
ditangkap matanya adalah 2 bola mata coklat kembar bening milik Ryosuke serta
wajah kaget sang pemuda, gadis itu buru-buru bangun dari posisi tengkurapnya
tadi.
“Go-gomen...” ujarnya cepat. “Aku nggak sadar tadi. Habis
tempat tidurmu kecil sekali sih, aku jadi nggak bebas bergerak..” jelasnya
membela diri. Ryosuke manyun sedikit. Aura kaget yang tadi dibawanya seketika
terganti rasa kesal.
“Tau deh tempat tidurmu luas...”ujarnya sakratis. Umika
nyengir kuda sebelum mencubit kedua pipi pemuda itu, gemas dengan wajah
kesalnya yang imut abis.
“Gomen..”
Dibegitukan, Ryosuke langsung mengangguk. Cowok mana coba
yang tak luluh kalau pipinya di unyel-unyel gadis cantik macam Umika.
“Saa, sekarang—“
“Nii-chan, Nee—Ops!” Mirai yang membuka pintu kamar tadi
secara tiba-tiba sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyaksikan
adengan cubit-cubitan kakanya dan kakak iparnya tadi. “Wah... aku mengganggu
yah?”
*****
“Aku tidak percaya harus meninggalkan putriku secepat
ini...hiks!” Kawashima Yuya mengelap ujung matanya yang sedikit dibasahi
tetesan air mata. Maklum, ayah satu anak ini memang sedikit merasa berat
meninggalkan putri kesayangannya untuk pergi ke negeri sebrang. Namun kini, ia
tetap bisa bernapas lega karena paling tidak sudah ada seseorang yang bisa menjaga
putrinya tetap aman di Jepang.
“Tou-chaan…”Gadis itu memeluk Yuya lembut. “Jangan menangis
ne? Aku akan baik-baik saja disini... kan
ada Ryosuke...”
Pemuda yang disebutkan namanya hanya tersenyum. Yuya
mengelus puncak kepala putrinya sebelum bergerak mendekati Ryosuke.
“Jaga putiku baik-baik ya... dan kalau bisa..” Pria itu
nyengir kuda.”Segera berikan kami cucu...”
Ryosuke mangap beberapa detik, dilanjutkan anggukan ragu dan
tawa mentah, mengingat tidak mungkin bagi pemuda itu untuk memenuhi apa yang
diminta father in law-nya barusan.
“Umi-chan jaga diri ya...” Rubi mengecup kening putrinya
lembut. “Kalau ada waktu, kunjungi Kaa-chan dan tou-chan di italy ne? Kami juga pasti akan
sering menjengukmu dan Ryosuke-kun...”
“Hai, Kaa-chan... Kalian juga jaga diri loh...” Umika
tertawa kecil. “Dan kalau kalian sudah siap punya cucu, hubungi aku ya. Akan
kusiapkan..” gadis itu mengedipkan sebelah matanya. Rubi ikut tertawa dan
melakukan hal yang sama.
‘penerbangan tujuan roma,
Italia dengan nomor 223 akan segera berangkat. Para
penumpang diminta—“
“Pesawatnya mau berangkat...” Yuya nyeletuk. Segera sang
istri menyelesaikan pelukan perpisahannya bersama Umika lalu pindah ke Ryosuke.
Setelah menyampaikan beberapa pesan, kedua suami istri itu lalu pamit kepada
putri dan menantu mereka.
“Ah, Umichan...” Yuya berbalik setelah melangkah beberapa
meter. “Kami lupa memberi tahu... Rumah kita sudah kaa-chan dan Tou-chan
serahkan ke agen real estate untuk dijual. Jadi mulai sekarang, Umi-chan bisa
tinggal bareng suamimu. Tenang saja, barang-barangmu sudah kami kirim ke rumah
Ryosuke-kun tadi.” pria itu tersenyum, memamerkan deretan gigi-giginya. “Dan
kami sudah mendaftarkanmu ke Horikoshi gakuen, tempat Ryosuke-kun bersekolah.
Jadi kalian bisa selalu dekat setiap saat deh... dan Cepat berikan kami cucu
yaa.. Jaa ne~”
Umika dan Ryosuke hanya bisa memandang pasangan suami istri
yang kini telah melenggang pergi itu dengan mulut terbuka lebar.
“EHH?!”
//TBC//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar