Rabu, 08 Agustus 2012

[fic] suddenly merried - chapter 6

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi                                
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*
CHAPTER 6

Pemuda itu menghela nafas panjang. Sesekali ia bangkit berdiri, berjalan mondar mandir hanya beberapa meter dari kursinya, dan kembali duduk. Rambut belakangnya sedikit diacak-acaknya, menunjukan salah satu kebiasaanya setiap kali merasa stres ataupun gugup. Dan hari ini, 2 perasaan itu memang tengah meliputinya.

“Gugup Yama-chan?” Yuto Nakajima nyengir kuda melihat sahabtanya tak tenang begitu. Sudah berteman nyaris 7 Tahun membuat pemuda jangkung itu mengenal betul tabiat seorang Yamada Ryosuke. Dan lewat tindakan macam ‘menghela nafas panjang-duduk-bangun-mondar-mandir-mengacak-acak rambut’ sudah dapat disimpulkan bahwa pemuda di depannya itu tengah gugup—sangat. Wajar saja, karena hari ini adalah saat dimana ia akan mengikat janji suci pernikahan dengan wanita yang dicintainya.
Yuto tersenyum bahagia, nyaris berderai air mata karena terharu. Sayangnya, yang tidak pemuda itu ketahui bukan hanya rasa gugup yang menjadi penyebab tindakan-tindakan Ryosuke tadi, namun juga stres, karena yang dikira orang-orang adalah hari bahagianya justru merupakan hari terberat dalam 18 tahun hidupnya selama ini. pura-pura menikah—berbohong, mana pernah dia melakukan kejahatan besar macam itu?

“Kau tahu...” Ryosuke melempar senyum miris kearah Yuto. Pemuda itu lalu kembali menghela nafas panjang. Yuto bangun dari tempat duduknya dan menepuk pundak Ryosuke perlahan.

“Tenanglah... ini hari keberuntunganmu... kau akan menikahi gadis secantik Kawashima-san loh, berbahagialah! Sudah begitu, kau tidak perlu menunggu sampai 9 bulan untuk punya anak...hebat kan?” Yuto lagi-lagi nyengir kuda. Ryosuke mengangkat kepalanya lalu menatap pemuda itu kesal.

“Sudah kubilang, Umika itu tidak hamil...”

“Yama-chan...Yama-chan...ckck!”Yuto geleng-geleng. “Menyangkal wanita hamil itu tidak baik loh, apalgi dia calon istrimu...”

“Tapi dia memang tidak hamil Yuto! Aku menyangkal apanya?!”Ryosuke berdesis, namun dengan intonasi tinggi. Yuto hanya tersenyum manis.

“Aku mengerti, kau sedang gugup sekarang. Seharusnya aku tidak membicarakan ini, ne?” pemuda itu memamerkan deretan giginya. “Hai..hai..”

Ryosuke mendidih. Namun mengingat posisi mereka saat ini adalah didalam ruang ganti yang tidak kedap suara dan ada banyak orang diluar yang bisa mendengar teriakan kesakitan Yuto ketika ia menggeplak kepala pemuda itu, Ryosuke memutuskan untuk tetap tenang dan tak lagi mengacuhkannya. Lagian, ini kan Yuto. Tidak akan ada bedanya jika mengatakan kebohongan atau kejadian sebenarnya padanya. Pemuda itu akan selalu lebih mempercayai cerita yang tidak waras dibandingkan yang normal. Beda kalau yang mengiranya benar-benar menghamili anak orang adalah orang tuanya.

BRAKKK

“Aku tidak terima!”

Bunyi debaman pintu dan kalimat protes menjadi pengantar kemunculan Chinen Yuri dalam ruangan kecil berpenghuni 2 manusia itu. Ryosuke dan Yuto hanya memandang pemuda di depannya dengan alis terangkat.

“Ha?”

“Aku tidak terima dia jadi pendamping priamu..” Chinen menunjuk Yuto dengan telunjuk kanannya sementara matanya menatap Ryosuke. “Seharusnya aku! Pendamping wanita kan Mirai-chan..”

“Ha?” kali ini Yuto yang berekspresi kaget.

“Tunggu-tunggu Chii, aku nggak ngerti...” kening Ryosuke sedikit berkerut. “Jadi kau mau jadi pendamping pria karena pendamping wanitanya Mirai?”

“Tentu saja! Banyak romansa yang terjalin antara pendaping pria dan wanita. Kalau di film-film, biasanya setelah pengantin, pasangan pendamping pria dan wanita yang akan mengikuti pernikahan mereka..”

“Film? Apa coba?” tanya Yuto, mengetes. Chinen berpikir sejenak.

“Uhm..Made of Honour misalnya...”

“Made Of Honour?” Ryosuke memiringkan kepalanya. “Bukannya di film itu pendampingnya malah menikah sama pengantin wanitanya ya?”

“Masaka! Chinen mau merebut kawashima Umika dari yama-chan!”

Kepala Yuto sukses tergeplak tangan Chinen.

“Hanya Mirai-chan pemilik hatiku..” Ujarnya dingin. “Tadi itu kebetulan saja aku lupa judul filmnya... tapi emang benar ada kok. Ceritanya—“

“Sudah-sudah! Ngapain sih kita ngomongin film? Nggak guna banget!” Ryosuke berdiri lalu merapikan jas hitamnya. “Terus Chii, kamu kok bisa kesini. Bukannya kamu koodinator untuk persiapan altar ya ?”

“Iya juga ya...”Chinen mengangguk. Namun sedetik kemudian pemuda itu memukul jidatnya. “Aku lupa! Aku disuruh datang untuk manggil kalian. Uapacara pernikahannya akan dimulai...”

“EHH?” Yuto dan Ryosuke kompak menggeplak kepala pemuda mini tadi, balas dendam. “Baka!”

Chinen nyengir lebar sebelum ikut lari bersama kedua temannya.

*****

Alunan musik mulai terdengar, secara tidak langsung memberikan kode nonverbal bagi Ryosuke untuk berbalik dan menyambut sang pengantin wanita. Samar, sudut mata pemuda itu bisa melihat Yuto tengah nyengir heboh menatapnya. Namun perhatian singkatnya pada Yuto kemudian teralih sempurna ketika sosok gadis berwajah malaikat itu muncul di beberapa meter depannya.
Umika melangkah anggun bersama sang ayah yang berdiri disamping dan merangkulnya. Wajah gadis itu tertutup cadar, namun transparan. Cukup bagi kedua mata Ryosuke untuk bisa melihatnya. Ia cantik. Sangat cantik. Lebih cantik dari apapun yang pernah tertangkap matanya di dunia ini. Dan sontak, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Kawashima Yuya melepaskan tangan putri semata wayangnya dan memberinya kepada Ryosuke. Pria itu lalu bergerak ke tempat duduknya di barisan depan kanan, sementara Umika dan Ryosuke sudah berbalik dan bertatap muka dengan pemimpin upacara pernikahan mereka, imam—yang adalah aktor sewaan Umika.

Selama upacara berlangsung, Umika dan Ryosuke hanya saling melirik. Sedetik, Umika dengan sudut matanya mengamati pemuda itu dan sedetik kemudian gantian Ryosuke yang melakukannya. Jujur, hari ini keduanya memang merasakan ada sesuatu yang berbeda dari pasangan masing-masing. Dan sesuatu itu entah kenapa menarik mereka, membuat mereka merasa nyaman satu sama lain, serta menciptakan kebahagiaan tentu saja.

“Yamada Ryosuke...” Sang imam mengagetkan keduanya dengan panggilan tadi. Ryosuke langsung fokus sepenuhnya pada imam palsu itu, menyadari ini adalah puncak aktingnya selama ini. Sebab, setelah pernikahan ini selesai, ia akan kembali kepada kehidupannya yang aman dan tentram.
“Bersediakah kau menerima Kawashima Umika sebagai istrimu, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan kalian?”

“Aku bersedia...” Ryosuke menjawab mantap. Ada sedikit keyakinan yang bisa dirasakan pemuda itu saat 2 kata tadi terlontar, yang sekaligus mempercepat kerja jantungnya lagi, entah karena apa.

Pandangan imam itu lalu berpindah kepada Umika. “Kawashima Umika... Bersediakah kau menerima Yamada Ryosuke sebagai suamimu, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan kalian?”

“Aku bersedia...” gadis itu tersenyum.

Sang imam palsu membalas senyumannya “Kunyatakan kalian berdua sebagai suami istri..”dan kemudian melemprakan pandangannya kepada Ryosuke. “Kau boleh mencium pengantinmu...”

Bola mata Ryosuke membulat sempurna mendengar kalimat tadi. Perasaan di skenario mereka tidak ada adegan ciuman deh. Dengan wajah kaget tentu saja, pemuda itu memutar tubuhnya menghadap Umika yang ternyata sudah terlebih dahulu melakukan hal yang sama. Gadis yang ditatap tersenyum kecil.

“Kau tidak bilang aku harus menciummu kan?!” pemuda itu mendesis dengan suara super pelan. Senyum palsunya ikut terulas.

“Aku baru kepikiran tadi pagi... sudah, lakukan saja! Kita harus membuat pernikahan ini terlihat se-real mungkin...”balas Umika tak kalah pelan. Ryosuke meringis.

“Kau yakin?”

“Iyaa! Lakukan saja. Aku sudah sering akting begini di dorama, jangan pedulikan aku...”Umika makin kukuh.

Yuto dan Mirai yang kini berdiri masing-masing di belakang Ryosuke dan Umika sudah saling melempar senyum, menantikan bagaimana sang kakak dan sahabat itu akan memberikan ciuman mautnya pada sang istri. Karena keduanya tahu, Umika adalah gadis pertama yang dicium pemuda itu dan yang ternyata bisa menghasilkan hubungan yang bertahan selama ini.

Yang tidak mereka tahu, ciuman Ryosuke kali ini adalah ciuman pertamanya.

Masih berwajah susah, Ryosuk lalu mengangguk kecil. Tanpa menunggu perintah kedua, pemuda itu perlahan mengangkat cadar Umika, mencondongkan tubuhnya, menyentuh pipi kiri Umika dengan tangannya dan pelan-pelan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Diperlakukan seperti itu, Umika tiba-tiba jadi salah tingkah. Tak disangkanya, akting pemuda itu terasa begitu nyata. Jantungnya terus berdegub kencang seiring wajah Ryosuke mendekat padanya. Tak mampu berbuat apa-apa karena debaran jantungnya yang tak lagi terkendali, Umika hanya bisa memejamkan mata. Nafas hangat pemuda itu mulai dirasakannya ketika jarak mereka nyaris tak terpisah apapun. Hingga sepersekian detik kemudian, bibir keduanya bertemu. Umika ikut membalas ciuman Ryosuke yang lembut dan lama. Dan setelah 10 detik nafas keduanya bertemu, Ryosuke menarik wajahnya. Matanya yang coklat cemerlang menatap gadis beriris hitam didepannya sambil tersenyum. Agak miris memang, tapi tetap tak bisa menutupi kebahagiaan hatinya yang meluap-luap—entah kenapa. Umika ikut tersenyum, merasakan hal yang sama. Jantungnya bahkan nyaris pecah saking aktifnya bekerja.
Pasangan itu lalu bergandengan tangah dan siap bergerak meninggalkan altar. Namun pemandangan didepan sedikit menghentikan keduanya.

Tidak ada satupun dari barisan di depan mereka yang berdiri untuk menyirami mereka dengan kelopak bunga dan serpihan kertas berwarna saat mereka berarak keluar nanti. Semua undangan—yang adalah kedua orang tua Umika, Chinen, Suzuka, dan manager Umika serta beberapa orang yang tak Ryosuke kenal masih terpesona akut setelah menyaksikan adegan ciuman dua orang tadi. Tak pernah terbersit dalam pikiran masing-masing kalau ciuman pernikahan Ryosuke-Umika bisa sebegitu epiknya.

“Ryosuke hebat...” Suzuka menggumam pelan hingga hanya Chinen disampingnya yang bisa mendengar. Chinen mengangguk sistematis.

“Wajar saja kalau Umika hamil ya..”

Gantian Suzuka yang mengangguk.

Jeda keterpesoanaan beberapa manusia tadi itu terhenti setelah beberapa detik. Chinen dan Yuya yang sama-sama duduk di ujung bangku masing-masing segera mengangkat keranjang kecil berisi kelopak bunga dan menaburkannya keatas, memberi isyarat bagi pasangan pengantin baru tadi Untuk melangkah. Sambil menggenggam tangan istrinya, Ryosuke kemudian mengajak gadis itu untuk berlari kecil. Sesuai skenario, semua yang hadir  langsung melakukan hal yang sama seperti Chinen dan Yuya tadi sehingga kelopak-kelopak bunga yang berjatuhan menghujani keduanya.
Umika dan Ryosuke terus berlari. Hingga ketika tiba di pintu buatan dari bunga dan dedaunan pohon, Umika berhenti. Sesuai tradisi, gadis itu lalu melemparkan bunga mawar putih yang dipegangnya ke belakang. Targetnya, tentu saja 3 gadis di belakangnya yang nampak bersemangat, Mirai, Suzuka, dan managernya Irie Saaya. Namun harapan ketiganya harus buyar ketika rangkaian bunga itu jatuh ke tangan orang lain. Orang berpostur paling tinggi diantara semua manusia di tempat itu.

Yuto Nakajima menatap kekasihnya sambil nyengir lebar. “Sepertinya yang akan menikah selanjutnya kita deh Suzu-hime...”

BUK!

*****

“Mirai dimana?”

Umika berbalik, menyadari pertanyaan tadi ditujukan padanya. Di belakang, tengah berdiri Ryosuke, suami resmi-bohongannya masih dengan setelan jas lengkap. Gadis itu sendiri juga belum menanggalkan gaun pengantinnya.

“Tadi duluan ke kamarnya...” jawab Umika sambil menjatuhkan dirinya di sofa. Ryosuke ikut melakukan hal yang sama.

“Sou kah? Sa, kalau begitu malam ini kau tidur di kamarku saja. Biar aku di kamar orang tuaku...” ujarnya. Memang, hari ini sesuai wasiat kedua orang tuanya serta sebagai cara melindungi kepalsuan hubungan mereka untuk tidak terbongkar, Umika diharuskan untuk menginap di rumah Ryosuke. Ceritanya ya malam pertama gitu. Namun, sayangnya, meskipun Umika harus bermalam di rumah Ryosuke hari ini, tidak akan ada malam pertama bagi keduanya.

Umika mengangguk. Meskipun begitu, ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya. Soalnya, hari ini seharusnya menjadi malam pertamanya kan? *A/N: gampar Umika!! XD*

Ryosuke tersenyum kecil walau dalam hati merasakan hal yang sama. Tapi, pemuda itu kan sudah berjanji untuk cukup memberikan bantuan semaksimal yang dia bisa, bukannya mengambil keuntungan dari jenis bantuannya itu. Jadi secara tidak langsung, meskipun kini keduanya berstatus suami-istri ia tetap tidak punya hak untuk menyentuh Umika. Kecewa memang, tapi mau bagaimana lagi.

“Aku bereskan kamar dulu, sekalian ngambil piyama untukmu...” Ryosuke bangun dan bergerak menuju kamarnya. Umika mengikutinya dari belakang. Tujuannya tak lain adalah untuk obeservasi, kira-kira seperti apa kamar Ryosuke sebenarnya.

“Kamarmu rapi... mau beresin apanya?” celetuk gadis itu setelah memasuki kamar Ryosuke. Pemuda yang ditanyai hanya tersenyum kecil sambil mengambil sebuah piyama kotak-kotak berwarna merah-putih dan menyerahkannya pada Umika.

“Yaah... apa saja yang bisa diberesin..”jawabnya sambil juga mengambil sepasang piyama warna abu-abu untuknya. “Kau istirahatlah. Besok kita harus mengantar orang tuamu ke bandara kan?”

Umika mengangguk sambil ikut tersenyum. Tangan Ryosuke tiba-tiba saja bergerak untuk mengelus lembut puncak kepalanya. Sedetik berlalu dan pemuda itu baru menyadari kelakuan refleksnya. Entah apa yang bersarang dalam kepalanya yang memerintahkannya melakukan hal tadi. Sementara wajah Umika sudah memerah akibat tindakan manis Ryosuke.

Mulai gugup, pemuda itu segera menurunkan tangannya. “Aku..keluar sekarang. Oyasumi...”ia lalu memutar kenop pintu kamarnya, berharap bisa cepat-cepat keluar dari tempat itu.

Cklek

Tidak bisa.

“Eh?”

Ryosuke mencoba lagi, namun pintu kamarnya tetap tak bisa terbuka. Ditambah, kunci kamarnya pun telah raib entah kemana.

“EH??”

 “Nii-chan!! Nikmati malam pertamanya yo~” Dari luar terdengar seruan Mirai. Ryosuke sontak menyadari rencana gila dalam benak adiknya kini.

“Oi, Mirai! Jangan becanda ah, buka!” perintahnya. Yang terdengar hanya tawa cekikikan.

“Nggak usah malu-malu. Aku nggak bakal nguping kok.. Malam ini aku nginap di rumah Suzuka. Kalian bersenang-senang ya... Jaa ne..” terdengar langkah kaki menjauh. Dari dalam kamar Ryosuke dan Umika mulai panik.

“O-Oi! Mirai matte! Keluarkan aku! Mirai! Miraii!!”

Kembali terdengar bunyi langkah kaki mendekat. Ryosuke siap bernapas lega, mengira sang adik kembar telah berubah pikiran. Nyatanya, boro-boro! Yang ada malah Mirai kembali dengan ide gila baru.

“Rumah kukunci dari luar. Besok aku datang menjemput jam 7 yaa, jadi kuharap kalian sudah selesai dengan urusan kalian jam segitu. Ok? Jaa ne Nii-chan, Umika Nee-chan~” langkah kakinya kembali terdengar menjauh. Ryosuke dan Umika hanya bisa mangap.

“Ja-jadi...kita terkunci disini nih?” ujar Umika setengah ngeri. Sambil tersenyum miris, Ryosuke mengangguk. Keduanya spontan menatap tempat tidur Ryosuke. Ukurannya tak begitu besar karena memang didesain untuk memuat hanya satu orang.  Tapi herannya, ada 2 bantal dan taburan kelopak mawar disana.

‘Mirai...’pikir Ryosuke, baru menyadari bahwa adik kembarnya sudah merencanakan hal macam ini sejak lama. Pemuda itu lalu menatap Umika yang nampak tak tenang. “Kau tidur disini saja. Biar aku di lantai...”

“Demo.. ini kan..tempat tidurmu..”

“Daijoubu..” Ryosuke tersenyum kecil. “Aku nggak mungkin membiarkan cewek tidur di lantai kan?”kalimatnya terhenti sejenak. “Dan...tidak mungkin kita sekasur berdua..”

Gantian Umika yang tersenyum.

“Ma... kalau begini, terpaksa kita harus tidur dengan pakaian seperti ini ne..”Pemuda itu melirik setelan jasnya sambil tertawa kecil. “Nggak ada kamar mandi di kamarku soalnya...”

*****
BRUGH

 “Ittee!!” Ryosuke dan Umika berseru hampir bersamaan setelah tanpa sengaja tubuh Umika jatuh dari tempat tidur Ryosuke dan menimpa tubuh pemuda itu. Ditambah kondisi keduanya yang sebelumnya masing sangat amat terlelap tidak memungkinkan bagi mereka untuk mengambil tindakan antisipasi. Umika mengucek-ngucek matanya sebelum bisa melihat jelas siapa yang ditindihnya barusan. Dan ketika yang pertama kali ditangkap matanya adalah 2 bola mata coklat kembar bening milik Ryosuke serta wajah kaget sang pemuda, gadis itu buru-buru bangun dari posisi tengkurapnya tadi.

“Go-gomen...” ujarnya cepat. “Aku nggak sadar tadi. Habis tempat tidurmu kecil sekali sih, aku jadi nggak bebas bergerak..” jelasnya membela diri. Ryosuke manyun sedikit. Aura kaget yang tadi dibawanya seketika terganti rasa kesal.

“Tau deh tempat tidurmu luas...”ujarnya sakratis. Umika nyengir kuda sebelum mencubit kedua pipi pemuda itu, gemas dengan wajah kesalnya yang imut abis.

“Gomen..”

Dibegitukan, Ryosuke langsung mengangguk. Cowok mana coba yang tak luluh kalau pipinya di unyel-unyel gadis cantik macam Umika.

“Saa, sekarang—“

“Nii-chan, Nee—Ops!” Mirai yang membuka pintu kamar tadi secara tiba-tiba sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyaksikan adengan cubit-cubitan kakanya dan kakak iparnya tadi. “Wah... aku mengganggu yah?”

*****

“Aku tidak percaya harus meninggalkan putriku secepat ini...hiks!” Kawashima Yuya mengelap ujung matanya yang sedikit dibasahi tetesan air mata. Maklum, ayah satu anak ini memang sedikit merasa berat meninggalkan putri kesayangannya untuk pergi ke negeri sebrang. Namun kini, ia tetap bisa bernapas lega karena paling tidak sudah ada seseorang yang bisa menjaga putrinya tetap aman di Jepang.

“Tou-chaan…”Gadis itu memeluk Yuya lembut. “Jangan menangis ne? Aku akan baik-baik saja disini... kan ada Ryosuke...”

Pemuda yang disebutkan namanya hanya tersenyum. Yuya mengelus puncak kepala putrinya sebelum bergerak mendekati Ryosuke.

“Jaga putiku baik-baik ya... dan kalau bisa..” Pria itu nyengir kuda.”Segera berikan kami cucu...”

Ryosuke mangap beberapa detik, dilanjutkan anggukan ragu dan tawa mentah, mengingat tidak mungkin bagi pemuda itu untuk memenuhi apa yang diminta father in law-nya barusan.

“Umi-chan jaga diri ya...” Rubi mengecup kening putrinya lembut. “Kalau ada waktu, kunjungi Kaa-chan dan tou-chan di italy ne? Kami juga pasti akan sering menjengukmu dan Ryosuke-kun...”

“Hai, Kaa-chan... Kalian juga jaga diri loh...” Umika tertawa kecil. “Dan kalau kalian sudah siap punya cucu, hubungi aku ya. Akan kusiapkan..” gadis itu mengedipkan sebelah matanya. Rubi ikut tertawa dan melakukan hal yang sama.

‘penerbangan tujuan roma, Italia dengan nomor 223 akan segera berangkat. Para penumpang diminta—“

“Pesawatnya mau berangkat...” Yuya nyeletuk. Segera sang istri menyelesaikan pelukan perpisahannya bersama Umika lalu pindah ke Ryosuke. Setelah menyampaikan beberapa pesan, kedua suami istri itu lalu pamit kepada putri dan menantu mereka.

“Ah, Umichan...” Yuya berbalik setelah melangkah beberapa meter. “Kami lupa memberi tahu... Rumah kita sudah kaa-chan dan Tou-chan serahkan ke agen real estate untuk dijual. Jadi mulai sekarang, Umi-chan bisa tinggal bareng suamimu. Tenang saja, barang-barangmu sudah kami kirim ke rumah Ryosuke-kun tadi.” pria itu tersenyum, memamerkan deretan gigi-giginya. “Dan kami sudah mendaftarkanmu ke Horikoshi gakuen, tempat Ryosuke-kun bersekolah. Jadi kalian bisa selalu dekat setiap saat deh... dan Cepat berikan kami cucu yaa.. Jaa ne~”

Umika dan Ryosuke hanya bisa memandang pasangan suami istri yang kini telah melenggang pergi itu dengan mulut terbuka lebar.

“EHH?!”

//TBC//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar