Title: Suddenly Married
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast : Yamada
Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?!
A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar
di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Kedua manusia berstatus suami istri itu terpana. 2 bola mata
milik masing-masing bergerak, menyapu seluruh pelosok rumah sederhana berlabel
keluarga ‘Yamada’ yang kini telah dipenuhi puluhan benda-benda baru nan asing
bagi seseorang diantara mereka.
Ryosuke memutar tubuhnya ke samping, agar bisa leluasa
menancapkan tatapan mengintimidasi kepada sang istri.
“Setelah menikah, kita ‘selesai’ kan? Kok jadi begini?”
Umika meringis sepersekian detik sebelum belas menatap
Ryosuke takut-takut. “Gomen na... demo, aku nggak tahu apa-apa soal ini. Kaa-chan
dan Tou-chan tidak pernah bilang mau menjual rumah kami dan menyuruhku tinggal
disini...hontou ni gomen...”
“Ssh..”Ryosuke mengacak-acak rambut belakangnya. “Itulah
kenapa sejak awal aku tidak mau membantumu... aku memang sudah dapat feeling
buruk soal rencana ini..”
“Aku kan
nggak tahu bakal jadi runyam kayak gini..”
“Seharusnya kamu pikirin dulu konsekuensinya...”
“Ngapain?! Pernikahan kita kan cuma pura-pura!”
“Biar pura-pura tapi kan—“
“..apanya yang pura-pura?”
Umika dan Ryosuke sontak menoleh ke samping kiri dan kanan
masing-masing. Bola mata keduanya langsung melebar saat menemukan Mirai berdiri
bingung tak jauh dari mereka.
“Mirai...kau dengar?” tanya Ryosuke sambil menatap adik
perempuannya itu khawatir.
“Iya, aku dengar. Apa maksudnya pernikahan kalian cuma
pura-pura?”
“I-itu...”
“Ne, Mirai-chan...” Umika menarik tangan adik ipar palsunya
itu sambil tersenyum. “Duduk dulu sini, biar aku jelaskan semuanya...”
Mirai menurut saja dan mengikuti gadis manis tadi duduk di
atas sofa. Merasa penasaran dengan ide Umika sekaligus tak mau ditinggal berdiri
sendirian, Ryosuke mengikuti.
“Pernikahan kami cuma pura-pura...” Umika tersenyum kecil. “Itulah
yang akan kami sampaikan ke media...yah, untuk melindungi karirku, aku harus
menyembunyikan pernikahanku dengan Ryosuke...”
“EH?”
Umika dan Mirai menoleh ke sumber teriakan bernada kaget
tadi. Nyatanya, bukan Mirai yang menjerit kaget mendengar penuturan Umika
barusan, melainkan sang saudara kembar.
‘jago bohong banget
dia’ pikir Ryosuke sambil memberi tatapan
-Bukankah-sekarang-saatnya-kau-harus-jujur-nya yang hanya dibalas senyuman
tipis oleh Umika.
“Nii-chan kumat ya? Mengganggu!” Omel Mirai kejam lalu
kembali kepada kisah Umika tadi. “Sou kah? Ne, terus kehamilanmu?”
“Sudah kubilang—“
“Aku sudah tidak hamil lagi...”
“Eh?” kali ini gantian mirai yang menjerit. Ryosuke ikut
mengerutkan kening mendengar jawaban barusan. Apanya yang sudah tidak hamil
lagi? Memangnya dia pernah hamil?
Umika mulai menitikan air mata.
“Beberapa hari yang lalu..hiks...aku...hiks... aku terjatuh
dari tangga di rumahku dan...keguguran...” gadis itu secepat kilat memeluk
Ryosuke yang duduk tak jauh disampingnya. “Gomen ne Ryosuke...aku tidak
memberitahumu sebelumnya... aku tidak bisa menjaga anak kita...”
Jantung Ryosuke nyaris meloncat keluar saking kagetnya
mendengar kalimat Umika tadi. Apa-apaan itu? Hamil? Keguguran? Kenapa bisa jadi
begini?!
“Umi...” Ryosuke berdesis. Dalam pelukan pemuda itu, Umika
ikut melakukan hal yang sama.
“Untuk saat ini imbangi saja aktingku. Saaya-san sudah mulai
mencarikan apartement yang aman untuk kutinggali, dan setelah menemukannya, aku
berjanji akan pergi dari sini...”
Ryosuke tak bisa berkata-kata. Pikirannya seolah dibimbangi
sesuatu yang dirinya sendiripun tak tahu itu apa. Secara mengejutkan, ada
semacam bagian dari dirinya yang tidak mengiginkan Umika jauh darinya di kala
apartement idamannya itu telah ditemukan nanti.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, Mirai dengan berlinang air
mata ikut memeluk pasangan palsu tadi. “Daijoubu Umi-chan...hiks. Jangan merasa
bersalah, kehamilan pertama memang rawan. Nii-chan tidak akan marah ne? Kalian
pasti bisa punya anak lagi...”
Ryosuke mangap.
*****
“Kalian berdua, Oyasumi...”
“E—Mi-Mirai..choto...!”
Langkah Mirai memasuki kamarnya terhenti ketika mendengar
namanya dipanggil 2 orang sekaligus.
“Nani?” tanyanya heran. Terlebih setelah melihat Umika yang
telah berpiyama lengkap membawa sebuah bantal bersamanya. Umika menarik lengan
gadis itu agar sedikit mendekat padanya.
“Berhubung aku bilang mau menyembunyikan pernikahanku dari
masyarakat luas, sebaiknya aku juga tidak menimbulkan kecurigaan pada
mereka...”
“Huh?”
“Kau tahu kan...
aku khawatir kalau misalnya sekamar sama Ryosuke, aku bisa... uhm... hamil lagi
mungkin? Nanti, media pasti akan mulai curiga...”
Mirai memiringkan kepalanya sedikit lalu melirik kakanya
yang berdiri hanya berjarak beberapa puluh sentimeter dari keduanya.
“Benar juga. Nii-chan tipe penyerang gitu...” gadis itu lalu
tersenyum cerah. “Kalau begitu kau tidur bareng aku saja. Tempat tidurku
lumayan luas loh, gak sekecil punya Nii-chan..”
“Hontou? Uwaa... arigatou na...” jawab Umika sambil
mengikuti Mirai bergerak ke kamarnya. Sekali, gadis itu berbalik dan
mengedipkan sebelah matanya kepada pemuda di belakang.
Ryosuke tersenyum kecil.
*****
“Kita pulang saja …” Umika memutar tubuhnya, siap kembali ke
belakang. Ryosuke mengerutkan keningnya kaget, dan seketika menarik tangan
gadis itu.
“Tidak apa-apa kok... ayo..”
“Demo...” Umika menahan Ryosuke agar tak kembali melangkah.
Gadis itu melepaskan tatapan mautnya yang berhasil membuat Ryosuke doki-doki
tomaranai akut melihatnya. Gadis itu tersenyum miris. “Kita pulang saja, ne?”
Ryosuke batal ber-doki-doki tomaranai. Sebelah alisnya
terangkat. “Emang kenapa sih? Di dalam kamu nggak bakal dimakan kok!”
Umika manyun. Bola matanya digulir perlahan menatap sebuah
pintu geser dengan label 3-D bertengger di atasnya. Gadis itu merinding disko
lalu menatap Ryosuke dengan wajah memelas.
“Ryo-chan...”
“Ne, DOUSHITE Umika?! Apa sih yang bikin kamu takut masuk kelas? Didalam itu manusia semua, bukan setan. Nggak ada yang bakal ngapa-ngapain kamu.., lagian. Ada aku ini..”
“Ne, DOUSHITE Umika?! Apa sih yang bikin kamu takut masuk kelas? Didalam itu manusia semua, bukan setan. Nggak ada yang bakal ngapa-ngapain kamu.., lagian. Ada aku ini..”
Umika menunduk. Bibirnya maju beberapa senti saat menggumam
kecil. “Tapi...Aku... malu...”
“Huh?”
“aku malu...”
“Hah?”
“AKU MALU, Ryosuke baka!” Umika menggeplak kepala Ryosuke
dengan tas biru tuanya. “Huh hah huh hah! Sensitif dikit kek!”omelnya.
Ryosuke—sebagai pihak yang teraniaya hanya bisa meringis kesakitan.
“Malu apanya sih? Kau artis kan? Sejak kapan ada artis yang malu ketemu
orang baru?” tanyanya polos. Umika cemberut berat.
“Kalau di tempat kerja beda...”
“Terus kenapa kalau di kelas? Sama-sama ketemu orang baru
juga...”
“aku... nggak pernah ada di kelas sebelumnya.”
“Hah?” kedua alis Ryosuke terangkat tinggi. Pemuda itu makin
tidak mengerti.
“Sejak tk aku homeschooling. Ini pertama kalinya aku punya teman sekelas...” jawabnya sembari
menunduk dalam. Ryosuke membuka mulutnya sedikit tanda mengerti sebelum
kemudian menyunggingkan senyum lembut. Tangannya terangkat untuk mengusap
puncak kepala Umika perlahan.
“daijoubu... ada aku...”
Umika balas tesenyum. Miris.
*****
“Ka-Kawashima Umika desu, yoroshiku onegaishimasu!” Umika
menunduk nyaris 90 derajat sebelum kembali mengangkat kepalanya dan menatap puluhan
manusia sebayanya sambil tersenyum takut. Beberapa anak mulai berbisik-bisik melihatnya.
Maklum, gadis yang sehari-harinya mereka lihat di TV itu kini hadir secara
nyata di depan mereka.
“Kawashima-san, kau duduk di sebelahYamada-san ya…” seru
wali kelas yang dari tadi berdiri di samping Umika. Gadis itu menoleh dengan
wajah menampakan tanda tanya.
“Ryosuke?” ujarnya spontan setelah sebelumnya mengetahui
kalau Ryosuke ternyata sekelas dengan adik kembarnya.
“Yamada Mirai...” Sang sensei tersenyum lembut, menyadari
keteledoran kecilnya melupakan ada 2 manusia bermarga sama di kelasnya.
Meskipun ia sendiri merasa aneh, sebab, jelas-jelas Ryosuke sudah memiliki
teman duduk sementara Mirai yang tidak. Kenapa masih saja menayakan Ryosuke?
“Ah, hai..”angguk Umika cepat lalu berjalan menuju tempat
duduk kosong disamping Mirai.
“Yo, Mi-chan!”
Mirai hanya tertawa kecil sebelum balas menyapa sang kakak
ipar. “ Yo, Umi-chan~”
“Ryosuke duduk sama siapa tuh?” tanya Umika tanpa basa-basi
sambil menunjuk gadis cantik berambut panjang sepunggung yang nampak asyik
tertawa bersama suaminya.
“Itu Nishiuchi Mariya...” jawab Mirai santai. Namun tak
berapa lama, wajahnya tiba-tiba berubah panik. “Yabai!”
“Doushita?” Umika ikut panik.
“Aku lupa memberitahumu...” dengan dagunya, Mirai
mengarahkan pandangan Umika menuju gadis di samping Ryosuke tadi. “Mariya itu
menyukai Nii-chan...kau harus hati-hati...”
“Heh?”
*****
“Mirai-chan... aku lapar...”
Mirai baru saja memasukan buku terakhir di tangannya ke
dalam tas ketika suara kakak iparnya tadi terdengar. Gadis itu nyengir sedikit
saat menutup resleting tasnya.
“Ayo ke kantin...” ajaknya. Umika sudah siap bangkit dari
tempat duduknya kalau saja satu jeritan bernada manis tidak membuat telinganya
panas.
“Eh? Yamada-kun tidak bawa bentou?”
Gadis itu menggulirkan bola matanya cepat ke sumber suara. Kedua
alisnya sontak terangkat tinggi-tinggi. Bagaiman tidak? Disana duduk suaminya
dengan muka lesu khas orang kelaparan. Namun, yang membuatnya panas dingin
bukan itu, melainkan karena seorang gadis berpostur tinggi langsing bak model
yang kini tengah mengapeli sang suami sambil membawa bentou di tangannya.
Ryosuke tersenyum tipis pada gadis itu. “Aku tidak sempat
menyiapkannya. Umi—ah, maksudku Mirai tadi pagi dibangunin susah banget
sih...aku sibuk bangunin dia, makanya nggak punya waktu untuk menyapkan
bekal...”
“Kok aku? Kan
kamu yang nggak bisa bangun tadi pagi...” Mirai berbisik di sebelah Umika.
Ternyata, setelah melihat fokus Umika terpaku pada pemandangan kakaknya yang
bersama Mariya, gadis itu ikut-ikutan mengamati sang kakak.
Umika melirik Mirai sedikit sambil memamerkan deretan
gigi-giginya. “Ryosuke kan
menjaga privasiku..” jawabnya asal. Mirai hanya bisa mengerutkan kening sebelum
kembali berkonsentrasi pada drama Ryosuke-Mariya.
“Kalau begitu...” Mariya duduk di samping Ryosuke lalu
membuka kotak bekalnya. “Makan bareng aku saja...” ujarnya manis. Ryosuke
spontan menggeleng.
“Tidak ah, itu kan
bekalmu... aku makan di kantin saja...”
“Tapi Yamada-kun nggak suka makan makanan kantin kan? Nanti kalau nggak
mau makan, Yamada-kun bisa sakit lagi...kebetulan nih, aku bawa banyak...”
“Tidak usah... hontou ni. Aku—“
“Desertnya strawberry cake loh~”
“Eh?”
Mariya membuka kotak bekal lain yang lebih kecil dan
menunjukkan 2 potong kue berbentuk hati dengan taburan strawberry di atasnya.
Seyumannya terulas. “Aku bikin desert ini spesial untuk Yamada-kun loh...dan
karena Yamada-kun nggak bawa bekal, kita makan bareng bekalku yah? Setelah itu,
desertnya untuk Yamada-kun deh...”
“Hontou ni?” Yamada menatap Mariya dan strawberry cake nan
manis itu bergantian. Taburan buah strawberry segar di atas kue itu seolah
memanggilnya. Sambil melengkungkan senyum imutnya, pemuda itu mengangguk. “Uhm!
Saa, boleh kucoba dessertnya duluan?”
“Dozou~” Mariya bersuara manis sambil menyerahkan kotak kue
tadi beserta satu sendok kecil berwarna keperakan. Ryosuke memotong sedikit
lalu mencicipinya.
“Uwaa~ Oishii! Sugee na, Mariya-chan... Kue buatanmu enak
sekali! Kalau menikah nanti, kau pasti jadi istri yang baik...” puji Ryosuke
panjang lebar. Mariya tertawa malu-malu.
“Sou ka na? Semoga nanti
aku juga punya suami yang memuji masakanku seperti Yamada-kun...”
“un...’ Ryosuke hanya mengangguk sambil tetap menyantap
strawberry cake bentuk hatinya.
Selang beberapa meter dari mereka, aura panas membara bisa
dirasakan keluar dari seorang Kawashima Umika.
“Mirai,”
Mirai merinding mendengar namanya di panggil dengan nada seperti
tadi. Sambil mengelap keringat karena takut juga kepanasan akibat aura membara
Umika, gadis itu menjawab perlahan. “H-hai?”
“Pulang sekolah, kita bikin strawberry cake...” mata Umika
menatap tajam kepada Ryosuke yang lagi asyik makan dan Mariya yang tengah
tersipu malu. “Kita tunjukan, siapa istri yang baik...”
//TBC//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar