Rabu, 11 Juli 2012

[fic] Samurai Vampire - chapter 1

Title: Samurai Vampire
Author: Yohanitha RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Misteri(?) angst(?) *author bingung*
Cast  : Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka, member HSJ lain sebagai figuran
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : Ohgo Suzuka and HSJ belongs to God, their Family and agency. Yamada Ryosuke belong to me *dikeroyok fansu ayam*
Summary: ...Seseorang ingin menuntut balas. Tapi orang itu bukan tandingannya...

A/N: Fic requestan Futagawa Amane nih.., berhubung mintanya cerita vampire, dan biar gak sama kayak fanfic lain, aku bikinin spesies baru deh: samurai vampire *dicakar*. Inspirasinya dari perpaduan boku wa vampire dan Hurry Up! Untuk Seragam para samurai vampire, sama kayak yukata merah-hitam-emas tanpa lengan sebelah yang JUMP pake buat nyanyi Hurry Up di first asian tour. Ohohoho~
Gomen kalo ceritanya jadi aneh :3

*dozou~
Samurai Vampire

Gelap. Langit malam itu pekat ditutupi kumpulan awan hitam yang menghalangi cahaya bulan. Kesunyian ikut merambah seiring waktu yang bergerak perlahan, detik demi detik. Menyeramkan, memang. Namun inilah saatnya. Saat yang ditunggu-tunggunya. Saat dimana ia terlahir kembali sebagai pribadi yang berbeda. Pribadi haus darah yang bisa menebas siapapun dengan katana panjangnya yang tak terlihat.

“Ck, membosankan...” Decaknya pelan ketika mata elang beriris merah tuanya mengamati sekitar. Hanya ada beberapa orang di tempat itu, dan sayangnya, mereka kurang—tidak menarik baginya. Dia butuh mangsa yang tepat untuk memuaskannya. Dia butuh mangsa yang bisa memacu adrenalinnya, yang meningkatkan gairahnya, Dia butuh seseorang yang ‘menantang’.

“ck!” ia kembali mendecak.

“Sampai disini saja, terima kasih Sakamoto-kun...”

Satu suara lembut menarik perhatiannya. Seorang gadis manis berambut lurus panjang baru saja berpisah jalan dangan teman lelakinya. Sosok itu memperhatikan si gadis lekat-lekat, kemudian menyeringai.

‘gotcha!’

SHATT

Gadis bernama Ohgo Suzuka itu menolahkan kepalanya ke belakang, merasa tengah diikuti. Tapi, tak ada apapun. Ia kembali bergerak. Namun, baru beberapa langkah, gadis itu kemudian berhenti karena melihat sesuatu di depannya.

Seorang pemuda jangkung tengah bersandar di salah satu pohon lebat tak jauh darinya. Wajahnya tak terlihat karena tertutupi bayangan pohon. Namun Suzuka bisa melihat jelas yukata perpaduan warna merah-hitam-emas serta sebuah katanya panjang mengkilat yang digenggamnya.

“Samurai vampire, huh?” gumamnya pelan, namun sukses membuat sosok tadi menatap tajam ke arahnya. Sosok itu mendekat, dan Suzuka kini bisa melihat jelas wajah maha tampan dari pemilik tubuh tinggi menjulang itu tadi.

“Kau tahu siapa aku?” tanyanya pelan. Suzuka tidak mengangguk, malah memperhatikan katana pemuda itu lekat-lekat.

“Sudah berapa orang yang kau bunuh dengan pedangmu?” tanyanya balik, tidak ambil pusing dengan pertanyaan pemuda itu sebelumnya. “Sepertinya kau profesiaonal...darah dari orang yang kau bunuh cukup beragam ya...”

Pemuda itu mengerutkan kening. Gadis ini...bisa melihat katananya? Bagaimana bisa? Hanya seorang samurai vampire yang bisa melihat katanya sendiri, serta katana sesamanya—itu yang dia tahu. Tapi gadis ini, manusia biasa kan? Bagaimana—

“Aku tidak mengerti kalian deh...” Suzuka mulai melangkah pelan. Tanpa sadar, pemuda itu mengikutinya. “Kalau kalian ini vampire, kenapa tidak cukup jadi vampire saja? Kenapa harus pake samurai segala? Toh ujung-ujungnya kalian juga tetap minum darah..”

Pemuda itu tersentak. Emosinya sedikit melunjak mendengar protes menusia biasa atas kaumnya barusan. Tanpa sadar, ia menanggapi celotehan gadis itu. “Hei, dengar ya!”ujarnya setengah kesal. “Alasan kami disebut samurai vampire itu, karena biarpun kami minum darah, tapi kami tidak pakai mulut atau taring, tau! Kami minum dengan katana kami! Darah-darah yang tertumpah di katana kami lah yang jadi makanan kami!”

Suzuka mengangguk. “aku tahu...”

“Lalu kenapa bertanya?!”

“Penasaran saja..” gadis itu menjawab cuek. Matanya lalu melirik jam tangan biru muda di pergelangan kirinya. “Sudah jam 8, aku harus pulang. Selamat tinggal Nakajima-kun..”Suzuka mulai berlari kecil. Pemuda yang ditinggal itu mengangkat alisnya heran.

“Eh?”

“Namamu.” Suzuka berhenti sejenak. “Nakajima Yuto kan?”

“Bagaimana kau—“

“Ohgo Suzuka desu. Jaa ne~” dan gadis itu kembali berlari hingga sosoknya sempurna hilang di kegelapan malam. Pemuda bernama Nakajima Yuto itu ditinggal dengan mulut ternganga.

“EH?”
*****

“Kaum kita itu gak ada yang cewek kan?!” Yuto masuk begitu saja setelah membiarkan pintu rumah megah bergaya vitoriannya terbanting keras di belakang.

“Pintunya bisa rusak, Yuto!” Daiki Arioka, yang sedang santai membersihkan katananya di ruang tengah berteriak keras pada sahabatnya yang baru masuk itu. Yuto tidak ambil pusing, dan malah mendekati Yamada dan Chinen—sahabatnya yang juga seorang samurai vampire yang kini menatapnya heran.

“Apa?” Yamada mengerutkan alisnya, tidak begitu mendengar apa yang baru saja Yuto tanyakan. Terpaksa, pemuda jangkung tadi harus mengulangi kalimatnya.

“Anggota kita nggak ada yang cewek kan? Semua samurai vampire cowok kan? Dan di Tokyo cuma kita bersepuluh kan? Terus Cuma samurai vampire yang bisa melihat katananya sendiri atau katana kawannya kan?” tanyanya bertubi-tubi dan tergesa. Nada tidak tenang kentara jelas dari suaranya.

“I-iya... kenapa memang?” Yamada makin bingung.

Yuto langsung terduduk di sofa di samping yamada. Pemuda itu mengelap bulir keringatnya yang besar-besar dengan tangan.

“Terus cewek tadi itu apa?”

“Cewek?” Daiki yang baru selesai membersihkan katananya dan sudah menyarungkan benda itu dengan rapi kemudian ikut mendekati Yuto. Yuto memandang mata Daiki, Yamada, dan Chinen bergantian.

“Ada cewek yang tahu siapa kita, dan... dia bisa melihat katanaku...”

“EEEEHHH??!!” Suasana rumah langsung berubah ramai lewat pekikan Daiki, Yamada, dan Chinen bersamaan.  

“Serius Yuto-kun?” Chinen nampak tak percaya. Namun melihat begitu antusiasnya Yuto mengangguk dan betapa ketakutannya pemuda itu, Chinen jadi yakin dengan perkataan Yuto barusan.
‘Lagian Yuto bukan tipe tukang becanda macam Hikaru-kun’pikirnya.

“Masa sih cewek? Cowok kali? Kan udah malam, siapa tau kau salah lihat... Dia mungkin saja juga seorang samurai vampire, tapi dari daerah lain... yah kali aja dia lagi mau tamasya gitu...” Daiki memberikan hipotesa asal. Yuto buru-buru menggeleng.

“Tidak ada yang punya kemampuan mata melihat dalam gelap melebihiku..” Yuto menunjuk iris merah terangnya. “Dan lagi tadi, aku tidak melihat katananya...”

“Berarti dia bukan samurai vampire?” Chinen menyambung. “Loh, tapi kan hanya sesama kita yang bisa saling mengenal. Orang lain tidak tahu siapa kita...”

“Apalagi manusia...” timpal Yamada.

Yuto masih kelihatan gusar. “Dia itu manusia biasa, aku bisa mengetahuinya. Hanya saja entah kenapa dia bisa mengenalku. Dia bahkan tahu namaku...”

“Memang ada makhluk lain yang mengenal kita?” Yamada meletakan tangannya di dagu pose berpikir. Ketiga temannya yang lain ikut melakukan hal yang sama. Keheningan seketika menyeruak di ruangan itu. Namun tak berlangsung lama karena akhirnya suara seseorang kembali menggemparkannya.

“TADAIMA!!!” Hikaru Yaotome muncul dengan senyum cerah di wajahnya. Katananya kelihatan sedikit kotor oleh noda darah, menandakan pemuda itu baru selesai ‘makan malam’. Disampingnya ada Okamoto Keito dan Inoo Kei yang tidak seperti Hikaru, telah membersihkan noda darah di katana masing-masing hingga benda itu bersih dan mengkilap seperti biasanya.

“Hikaru-kun!” Chinen berlari menjangkau seniornya yang lebih tua 2 tahun itu sambil merengek. “Bahaya! Bahaya!”

“Bahaya apa?” tanya pemuda yang disebut namanya itu santai sambil bergerak menuju sofa dan kemudian menjatuhkan dirinya di sana. Matanya yang beriris ungu tua diarahkan kepada Yuto. “Kau kenapa Yuto? Pucat amat?”candanya. Yuto hanya memasang wajah memelas.

“Yuto ketemu cewek yang bisa lihat katananya. Dan hebatnya lagi, dia manusia biasa.” Yamada yang menjawab. Seketika, raut wajah Hikaru berubah mengeras.

Moonlight shadow...” bisiknya pelan. “Inoo! Pinjam laptopmu, kita hubungi Yabu-sekarang!”

Tanpa disuruh 2 kali, Inoo segera mengaktifkan laptopnya dan langsung menghubungi leader Mereka, Yabu Kota yang saat ini ada di Rumania via skype.
*A/N: hebaat... vampire pake skype~ *ditoyor yabuchan*

“Minaa, doushita?” Dari seberang, Yabu menjawab santai. Di pipinya terdapat bekas noda darah yang masih baru, sekali lagi menandakan bahwa pemuda itu juga baru saja bersantap malam.

“Yabu..” Suara Hikaru sedikit tertahan. Bola matanya menatap tajam ke arah lawan bicaranya. “Moonlight shadow... mereka kembali.”

Wajah Yabu ikut berubah dingin. Pemuda itu terdiam cukup lama sambil menatap balik Hikaru. “Siapa yang pertama kali melihat mereka?”

Yamada dan Chinen sontak menarik Yuto ke depan laptop agar Yabu bisa melihat jelas wajahnya.

“Kau Yuto?”

Yuto mengangguk. “Ke-kenapa emang? Yang tadi itu cuma cewek biasa kan?” pemuda itu melirik ke hikaru. “Iya kan Hikaru-kun?”

“Kau tidak diapa-apakan, iya kan?” Yabu kembali bertanya. Wajahnya masih serius. Yuto sontak mengerutkan alisnya.

“Kena—maksudku...Nggak kebalik tuh? Bukannya seharusnya aku yang ngapa-ngapain dia??”

“Dengar Yuto...” Yabu menaikan volume suaranya sedikit. “Kalian semua juga..”tambahnya lagi, membuat seisi ruangan itu mendekat ke arah laptop.

“Maaf kalau selama ini aku menyembunyikannya... aku juga tidak menduga kalau masih ada moonlight shadow yang hidup di jaman sekarang ini..”pemuda itu berhenti sejenak, mengatur nafas. “Gadis yang Yuto lihat itu, Moonlight shadow. Mereka pembasmi vampire, samurai vampire khusunya. Mereka terlatih, mereka bisa melihat katana kita, mereka tahu segalanya tentang kita, dan yang terpenting... mereka akan membunuh kita. Tugas seorang moonlight shadow adalah memusnahkan vampire. Dan mereka ada untuk membunuh kita...”

“Lalu kenapa kau tidak pernah memberitahu kami tentang masalah sepenting ini?” Yamada menyambung. Wajahnya nampak dingin dan menyeramkan, jelas menunjukan dia tidak suka apa yang didengarnya dari Yabu barusan.

“Karena moonlight shadow sudah musnah! Mereka sudah dimusnahkan sejak dulu, jauh-jauh sebelum kita ada! Karena itu kita sebagai vampire generasi ini tidak punya pengetahuan apapun tentang mereka... informasi inipun baru kutemukan setahun lalu ketika membaca di perpustakaan tua.. Dan hanya Hikaru yang berani kuberitahu, karena aku yakin tidak ada lagi moonlight shadow yang masih hidup...”

“Ini sepertinya menjelaskan kenapa Ryuu menghilang...” Inoo tiba-tiba bersuara. Matanya yang beriris hitam pekat menatap sekeliling, setiap bola mata milik teman-temannya. “Ryuu bukannya pergi, dia dibunuh...”

“Oleh gadis yang kulihat tadi... brengsek!” Yuto menyabet katananya cepat lalu berjalan pergi. Keito sontak menarik bahunya.

“Apa yang kau lakukan?”

“Membunuhnya tentu saja! Aku harus membalaskan dendam Ryuu!”

“Jangan bodoh Yuto!” Yabu membentak. “Seorang moonlight shadow bukan tandinganmu. Bahkan kita semua sekaligus!”

“Jadi kau mau aku diam saja mengetahui saudaraku dibunuh oleh seorang wanita tanpa membalas apa-apa?” Yuto menatap tajam Yabu. “Aku bukan pengecut! Kita ini bukan hanya vampire, kita juga samurai! Kita seharusnya punya harga diri!” Yuto berjalan lagi. Kali ini Hikaru yang menghentikannya dengan menjatuhkan tubuh jangkung pemuda itu di lantai dan mengunci tangannya.

“Jangan bertindak seenaknya! Pikirkan keselamatan yang lain! Kita tidak tahu berapa sebenarnya jumlah moonlight shadow yang masih tersisa saat ini. Jangan buat kerajaan kita diserang lagi! Tidak ada yang mau mati karena kecerobohanmu!”

Yuto meringis. Sekuat mungkin ia berusaha melepaskan diri, namun tetap saja. Kuncian Hikaru tetap mengagalkannya.

“Dengar Yuto, jangan bertindak gegabah...” Yabu kembali bicara. “Kau beruntung moonlight shadow tidak menghabisimu saat itu juga. Jangan coba mengusiknya, atau kita semua bisa habis di bantainya...”

Yuto tidak membalas, hanya mendecak kesal.

“Jadi, apa yang harus kita lakukan Yabu-kun?” Tanya Yamada. Yabu terdiam sejenak.

“Berusahalah untuk tidak menarik perhatiannya..”

“Jadi kita tidak boleh makan?”sambung Daiki. Yabu langsung menggeleng.

“Boleh, hanya saja hati-hati... yang kita ketahui sekarang hanya ada seorang moonlight shadow, dan daerah operasinya tentu terbatas. Kita masih bisa makan, asalkan cari di daerah yang agak jauh, dan jangan memangsa manusia-manusia yang bisa menimbulkan kehebohan atau berita. Itu bisa menarik mereka. Aku akan pulang besok dan kita diskusikan apa tindakan kita selanjutnya...”

Seisi ruangan itu mengangguk, terkecuali Yuto. Pemuda itu hanya menatap marah dalam kuncian Hikaru.

*****

“Yuto! Psst! Yuto!”

Yuto mengangkat kepalanya sedikit mendengar bisikan namanya tadi. Di tepi pintu kamarnya yang setengah terbuka, terlihat siluet Chinen dan Yamada yang tengah mengintip sembari memberi sinyal padanya untuk mendekat. Pemuda itu bangun malas-malasan lalu membuka pintu lebih lebar agar 2 orang tadi bisa masuk.

“Apa sih?”

“Yama-chan dan aku punya informasi tentang moonlight shadow...”bisik Chinen. Wajah Yuto langsung berubah serius. Dengan cepat ia menarik 2 pemuda itu agar masuk ke dalam kamarnya sebelum menguncinya.

“Info apa?” tanyanya antusias. Chinen meletakan buku tebal ratusan halaman yang sudah nampak tua di atas tempat tidur pemuda jangkung itu.

“Tadi aku sama Yama-chan ke perpustakaan kota, dan kami menemukan ini...” Chinen mulai membolak balik halaman. “Ini spesifiknya...” pemuda itu menunjuk satu paragraf “Disini dikatakan kalau moonlight shadow itu manusia biasa, namun pilihan. Mereka tidak memperoleh kemampuan lewat berlatih atau apa. Mereka hanya menerima takdirnya. Di umur 14 tahun, seorang moonlight shadow akan dengan sendirinya menyadari siapa dirinya dan mulai memburu vampire. Mereka akan meninggalkan keluarga masing-masing, dengan cara apapun dan memulai tugas mereka, seperti apa yang ditakdirkan...”

“Dengan kata lain,”Yamada menyambung”mereka seperti kita.”

Yuto merenung, dalam hati membenarkan teori Yamada. Moonlight shadow sama seperti mereka, para samurai vampire. Yuto masih ingat betul saat usianya yang ke 14, ia tiba-tiba saja menyadari sebuah fakta tentang siapa dirinya. Bagaimana ia bisa menyadari jati dirinya sebagai samurai vampire dan dengan sadar menghilang dari kehidupannya. Meninggalkan ayah, ibu, dan adik lelakinya dan mencari kawanannya, membentuk sebuah perkumpulan seperti ini, tinggal bersama dan memulai kehidupan baru sebagai samurai vampire. Mereka sama, berawal dari manusia biasa hingga takdir menunjukan jalan yang berbeda. Tapi Yuto tetap tidak bisa menerima fakta bahwa kembalinya para—atau dalam kasus ini salah satu dari moonlight shadow itu telah merenggut sahabat sekaligus orang yang dianggapnya adik sendiri, Ryutaro.

“Kita tidak sama dengan mereka...” Yuto menggumam. “Mereka musuh kita! Mereka yang sudah membunuh Ryutaro. Jangan pernah samakan diri kita dengan mereka!”

“Yuto...”

“Chii, ada cara untuk menghancurkan mereka kan? Ada cara untuk membunuh moonlight shadow kan?” tanya Yuto ambisius. Chinen mulai menyibak halaman demi halaman, mencoba menemukan informasi yang Yuto minta.

“Ada!” serunya setelah beberapa menit mencari. Tangan dan matanya mulai beroprasi menerjemahkan kalimat demi kalimat. “Cara membunuh samurai vampire dan moonlight shadow sama. Tusuk jantungnya. Bedanya, untuk membunuh moonlight shadow, kita gunakan katana. Untuk samurai vampire, mereka menggunakan anak panah suci..”

“Menusuk jantungnya, huh?” Yuto tersenyum tipis. “Tidak sulit. Aku sudah berkali-kali mencabut keluar jantung manusia dengan katanaku ini..”

“Jangan Yuto..” Yamada mencela, sembari menatap temannya itu dingin. “Kau tidak dengar apa kata Yabu? moonlight shadow bukan tandingan kita..”

“Tidak.. kita bisa mengalahkannya. Coba kau pikir, bagaimana leluhur kita dulu berhasil memusnahkan mereka? Mereka mengalahkannya kan? Jadi apa yang membuatmu berpikir kita tidak bisa mengalahkan mereka?” Yuto mengeluarkan katananya  dari sarungnya. “Aku akan membunuh gadis itu...” iris matanya yang merah terang nampak berkilauan terpantul dari ujung katananya yang tajam.. “Ohgo Suzuka...”

*****

“Ohgo Suzuka desu... Yoroshiku...”

Yuto hampir mati kehabisan nafas ketika kalimat tadi tercelat dari bibir mungil seorang gadis yang kini tengah berdiri manis di depan kelas. Demi apa gadis moonlight shadow itu bisa tiba-tiba muncul di sekolahnya begini.

‘apa dia memang mengincarku?’ pikir Yuto. Tepat saat itu juga Suzuka bertemu mata dengannya. Langsung saja gadis itu memasang seyum tipis.

‘ukh!’

“Nah Ohgo-kun, kau bisa duduk di sebelah Nakajima-kun...”

“Eh, sensei! Kenapa harus duduk di sebelahku?” Yuto protes. Wali kelasnya, Ohno Satoshi langsung menatapnya heran.

“Memang kenapa Nakajima-kun? Hanya tempat disebelahmu yang kosong kan?”

“Demo...”

“Aah, aku tidak terima alasan.” Ohno langsung bermuka manis pada Suzuka. “Silahkan Ohgo-kun..”

“Hai! Arigatou sensei...” tanpa dipersilahkan 2 kali, Suzuka langsung bergerak menuju tempat barunya. Yuto hanya berwajah masam ketika gadis itu telah mencapai bangkunya.

“Ketemu lagi vampire..., samurai...” Suzuka tersenyum kecil. Yuto menatapnya kesal.

“Sampai pindah kemari... Kau memburuku moonlight shadow?”desisnya tajam. Suzuka pura-pura terkejut.

“Ah, kau mengenalku? Kupikir akan butuh waktu lama bagimu untuk mengetahui siapa aku..”gadis itu tersenyum lagi. ”Aku tidak niat membunuhmu. Aku bahkan tidak tahu kalau seorang samurai vampire juga bersekolah...demo, kalau kita bertemu lagi, anggap saja ini takdir.., ne?”

*****

Yuto mengukur kecepatannya, menyesuaikannya dengan kegesitan dan ketepatan serangannya. Pas! Iris matanya mulai memerah, menandakan trasnformasinya telah sempurna. Dan dengan sekali serangan, Yuto yakin sosok di depannya itu akan meregang nyawa dengan cepat.

SHAT

“Ingin membunuhku vampire?” Suzuka tersenyum mengejek. Katana Yuto yang nyaris menghujam jantungnya dari belakang tertahan oleh sebuah busur perak berkilauan, entah dari mana asalnya. Secepat kilat Yuto menarik katananya tadi menjauhi jantung gadis itu.

“Samurai.” Jawab pemuda itu dingin. Katananya kembali hunuskan ke arah gadis itu. dan sama seperti sebelumnya Suzuka berhasil menangkisnya.

“Samurai...” Suzuka mengulangi ucapan Yuto tadi sambil terus melawan serangan-serangan yang pemuda itu berikan. Sesekali matanya melirik sekitar. Untunglah sedang tidak ada siswa di gedung olahraga saat ini, sehingga pertarungannya dengan Yuto tak memancing keributan. Meskipun senjata masing-masing tak terlihat oleh mata awam, namun tetap saja, dengan menyaksikan ekspresi serta tingkah keduanya saja, orang sudah bisa menyimpulkan kalau mereka tengah bertarung.

“Samurai vampire!” Yuto kembali menghunuskan pedangnya ke jantung Suzuka, dan kali ini, bukan tangkisan biasa yang didapatnya, melainkan satu dorongan besar yang datangnya entah darimana, membuatnya terlempar beberapa meter ke belakang. Rasa sakit mulai meliputi tubuhnya. Suzuka lalu mengambil salah satu anak panah perak berkilauan dari wadahnya yang tergantung di punggungnya lalu mengarahkannya kepada Yuto, tepat di jantung pemuda itu.

“Ya... samurai vampire.” Ujarnya pelan sambil melepaskan anak panahnya. Yuto sontak menutup mata, pasrah dengan kematiannya yang ternyata terjadi begitu cepat. Dalam hati, pemuda itu sedikit menyesali tindakan gegabahnya. Tidak disangka hidupnya sebagai vampire akan berakhir secepat ini, di tangan seorang gadis pula.

SHAT

‘Eh?’

Yuto membuka mata sambil tangan kanannya menyentuh dada kirinya.

Deg  deg 

Masih ada. Jantungnya masih ada. Sontak matanya terarah pada Suzuka yang kini tengah berjalan mendatanginya dan dengan cepat mencabut sebuah anak panah perak yang tertancap di dinding, tepat di sebelah kiri lehernya.

“Kau sudah diberitahu belum? Kau bukan tandinganku...” Suzuka memasukan anak panah tadi kewadahnya yang sontak menghilang. Begitu pula dengan busur yang tadi digenggamnya.

“Brengsek! Kenapa tidak bunuh saja aku?!” Umpat Yuto marah. Suzuka menatap iris merahnya yang tajam.

“Sudah kubilang, aku tidak niat membunuhmu..” Gadis itu berbalik dan berjalan pergi. Yuto bangkit dan cepat-cepat menahan tangannya.

“Tapi itu tugasmu kan? Memusnahkan samurai vampire!”

“Aku tahu...” Suzuka berbalik. “Tapi aku tidak suka suara vampire yang meringis kesakitan ketika panahku menembus jantungnya.”

“Apa maksudmu? Kau mencoba mempermainkanku ya?” Yuto bersiap menghunus katananya lagi, namun kembali Suzuka menahannya dengan busur perak yang seketika muncul di tangannya.

“Aku tidak lagi membunuh samurai vampire. Aku hanya mengawasinya, mengawasi kalian untuk tidak lagi menyantap manusia, terlebih di teritoriku.”gadis itu tersenyum licik. “Jadi, selama aku disini, jangan mimpi kau bisa membunuh teman-teman sekolahmu lagi, mengerti Nakajima?”

Yuto mendecak kesal. Suzuka tidak menghiraukannya, dan berjalan keluar gedung olahraga. Setelah gadis itu menghilang di balik pintu, Yuto meninju dinding dengan marah. Matanya yang masih beriris merah nampak bernyala seolah terbakar.

“Aku pasti akan membunuhmu Ohgo Suzuka!” Gumamnya geram.

//TBC//

Fanfic Gagal~ tabokin aku Futagawa amane
#plak
Btw, kalo belum liat, ini nih baju kebangsaannya para samurai vampire 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar