Title: Samurai Vampire
Author: Yohanitha RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Misteri(?) angst(?) *author bingung*
Cast : Yuto Nakajima,
Ohgo Suzuka, member HSJ lain sebagai figuran
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : Ohgo Suzuka and HSJ belongs to God, their Family and
agency. Yamada Ryosuke belong to me *dikeroyok fansu ayam*
Summary: ...Seseorang ingin menuntut balas. Tapi orang itu
bukan tandingannya...
A/N: Fic requestan Futagawa Amane nih.., berhubung mintanya
cerita vampire, dan biar gak sama kayak fanfic lain, aku bikinin spesies baru
deh: samurai vampire *dicakar*. Inspirasinya dari perpaduan boku wa vampire dan
Hurry Up! Untuk Seragam para samurai vampire, sama kayak yukata merah-hitam-emas
tanpa lengan sebelah yang JUMP pake buat nyanyi Hurry Up di first asian tour.
Ohohoho~
Gomen kalo ceritanya jadi aneh :3
*dozou~
Samurai Vampire
Gelap. Langit malam itu pekat ditutupi kumpulan awan hitam
yang menghalangi cahaya bulan. Kesunyian ikut merambah seiring waktu yang
bergerak perlahan, detik demi detik. Menyeramkan, memang. Namun inilah saatnya.
Saat yang ditunggu-tunggunya. Saat dimana ia terlahir kembali sebagai pribadi
yang berbeda. Pribadi haus darah yang bisa menebas siapapun dengan katana
panjangnya yang tak terlihat.
“Ck, membosankan...” Decaknya pelan ketika mata elang
beriris merah tuanya mengamati sekitar. Hanya ada beberapa orang di tempat itu,
dan sayangnya, mereka kurang—tidak menarik baginya. Dia butuh mangsa yang tepat
untuk memuaskannya. Dia butuh mangsa yang bisa memacu adrenalinnya, yang
meningkatkan gairahnya, Dia butuh seseorang yang ‘menantang’.
“ck!” ia kembali mendecak.
“Sampai disini saja, terima kasih Sakamoto-kun...”
Satu suara lembut menarik perhatiannya. Seorang gadis manis
berambut lurus panjang baru saja berpisah jalan dangan teman lelakinya. Sosok
itu memperhatikan si gadis lekat-lekat, kemudian menyeringai.
‘gotcha!’
SHATT
Gadis bernama Ohgo Suzuka itu menolahkan kepalanya ke
belakang, merasa tengah diikuti. Tapi, tak ada apapun. Ia kembali bergerak.
Namun, baru beberapa langkah, gadis itu kemudian berhenti karena melihat
sesuatu di depannya.
Seorang pemuda jangkung tengah bersandar di salah satu pohon
lebat tak jauh darinya. Wajahnya tak terlihat karena tertutupi bayangan pohon.
Namun Suzuka bisa melihat jelas yukata perpaduan warna merah-hitam-emas serta
sebuah katanya panjang mengkilat yang digenggamnya.
“Samurai vampire, huh?” gumamnya pelan, namun sukses membuat
sosok tadi menatap tajam ke arahnya. Sosok itu mendekat, dan Suzuka kini bisa
melihat jelas wajah maha tampan dari pemilik tubuh tinggi menjulang itu tadi.
“Kau tahu siapa aku?” tanyanya pelan. Suzuka tidak
mengangguk, malah memperhatikan katana pemuda itu lekat-lekat.
“Sudah berapa orang yang kau bunuh dengan pedangmu?”
tanyanya balik, tidak ambil pusing dengan pertanyaan pemuda itu sebelumnya.
“Sepertinya kau profesiaonal...darah dari orang yang kau bunuh cukup beragam
ya...”
Pemuda itu mengerutkan kening. Gadis ini...bisa melihat
katananya? Bagaimana bisa? Hanya seorang samurai vampire yang bisa melihat
katanya sendiri, serta katana sesamanya—itu yang dia tahu. Tapi gadis ini,
manusia biasa kan?
Bagaimana—
“Aku tidak mengerti kalian deh...” Suzuka mulai melangkah
pelan. Tanpa sadar, pemuda itu mengikutinya. “Kalau kalian ini vampire, kenapa
tidak cukup jadi vampire saja? Kenapa harus pake samurai segala? Toh
ujung-ujungnya kalian juga tetap minum darah..”
Pemuda itu tersentak. Emosinya sedikit melunjak mendengar
protes menusia biasa atas kaumnya barusan. Tanpa sadar, ia menanggapi celotehan
gadis itu. “Hei, dengar ya!”ujarnya setengah kesal. “Alasan kami disebut samurai
vampire itu, karena biarpun kami minum darah, tapi kami tidak pakai mulut atau
taring, tau! Kami minum dengan katana kami! Darah-darah yang tertumpah di
katana kami lah yang jadi makanan kami!”
Suzuka mengangguk. “aku tahu...”
“Lalu kenapa bertanya?!”
“Penasaran saja..” gadis itu menjawab cuek. Matanya lalu
melirik jam tangan biru muda di pergelangan kirinya. “Sudah jam 8, aku harus
pulang. Selamat tinggal Nakajima-kun..”Suzuka mulai berlari kecil. Pemuda yang ditinggal
itu mengangkat alisnya heran.
“Eh?”
“Namamu.” Suzuka berhenti sejenak. “Nakajima Yuto kan?”
“Bagaimana kau—“
“Ohgo Suzuka desu. Jaa ne~” dan gadis itu kembali berlari
hingga sosoknya sempurna hilang di kegelapan malam. Pemuda bernama Nakajima
Yuto itu ditinggal dengan mulut ternganga.
“EH?”
*****
“Kaum kita itu gak ada yang cewek kan?!” Yuto masuk begitu saja setelah membiarkan
pintu rumah megah bergaya vitoriannya terbanting keras di belakang.
“Pintunya bisa rusak, Yuto!” Daiki Arioka, yang sedang
santai membersihkan katananya di ruang tengah berteriak keras pada sahabatnya
yang baru masuk itu. Yuto tidak ambil pusing, dan malah mendekati Yamada dan
Chinen—sahabatnya yang juga seorang samurai vampire yang kini menatapnya heran.
“Apa?” Yamada mengerutkan alisnya, tidak begitu mendengar apa
yang baru saja Yuto tanyakan. Terpaksa, pemuda jangkung tadi harus mengulangi
kalimatnya.
“Anggota kita nggak ada yang cewek kan? Semua samurai vampire cowok kan? Dan di Tokyo cuma
kita bersepuluh kan?
Terus Cuma samurai vampire yang bisa melihat katananya sendiri atau katana
kawannya kan?”
tanyanya bertubi-tubi dan tergesa. Nada tidak tenang kentara jelas dari
suaranya.
“I-iya... kenapa memang?” Yamada makin bingung.
Yuto langsung terduduk di sofa di samping yamada. Pemuda itu
mengelap bulir keringatnya yang besar-besar dengan tangan.
“Terus cewek tadi itu apa?”
“Cewek?” Daiki yang baru selesai membersihkan katananya dan
sudah menyarungkan benda itu dengan rapi kemudian ikut mendekati Yuto. Yuto
memandang mata Daiki, Yamada, dan Chinen bergantian.
“Ada
cewek yang tahu siapa kita, dan... dia bisa melihat katanaku...”
“EEEEHHH??!!” Suasana rumah langsung berubah ramai lewat
pekikan Daiki, Yamada, dan Chinen bersamaan.
“Serius Yuto-kun?” Chinen nampak tak percaya. Namun melihat
begitu antusiasnya Yuto mengangguk dan betapa ketakutannya pemuda itu, Chinen
jadi yakin dengan perkataan Yuto barusan.
‘Lagian Yuto bukan tipe tukang becanda macam
Hikaru-kun’pikirnya.
“Masa sih cewek? Cowok kali? Kan udah malam, siapa tau kau salah lihat...
Dia mungkin saja juga seorang samurai vampire, tapi dari daerah lain... yah
kali aja dia lagi mau tamasya gitu...” Daiki memberikan hipotesa asal. Yuto
buru-buru menggeleng.
“Tidak ada yang punya kemampuan mata melihat dalam gelap melebihiku..”
Yuto menunjuk iris merah terangnya. “Dan lagi tadi, aku tidak melihat
katananya...”
“Berarti dia bukan samurai vampire?” Chinen menyambung.
“Loh, tapi kan
hanya sesama kita yang bisa saling mengenal. Orang lain tidak tahu siapa
kita...”
“Apalagi manusia...” timpal Yamada.
Yuto masih kelihatan gusar. “Dia itu manusia biasa, aku bisa
mengetahuinya. Hanya saja entah kenapa dia bisa mengenalku. Dia bahkan tahu
namaku...”
“Memang ada makhluk lain yang mengenal kita?” Yamada
meletakan tangannya di dagu pose berpikir. Ketiga temannya yang lain ikut
melakukan hal yang sama. Keheningan seketika menyeruak di ruangan itu. Namun
tak berlangsung lama karena akhirnya suara seseorang kembali menggemparkannya.
“TADAIMA!!!” Hikaru Yaotome muncul dengan senyum cerah di
wajahnya. Katananya kelihatan sedikit kotor oleh noda darah, menandakan pemuda
itu baru selesai ‘makan malam’. Disampingnya ada Okamoto Keito dan Inoo Kei
yang tidak seperti Hikaru, telah membersihkan noda darah di katana
masing-masing hingga benda itu bersih dan mengkilap seperti biasanya.
“Hikaru-kun!” Chinen berlari menjangkau seniornya yang lebih
tua 2 tahun itu sambil merengek. “Bahaya! Bahaya!”
“Bahaya apa?” tanya pemuda yang disebut namanya itu santai
sambil bergerak menuju sofa dan kemudian menjatuhkan dirinya di sana. Matanya yang beriris
ungu tua diarahkan kepada Yuto. “Kau kenapa Yuto? Pucat amat?”candanya. Yuto
hanya memasang wajah memelas.
“Yuto ketemu cewek yang bisa lihat katananya. Dan hebatnya
lagi, dia manusia biasa.” Yamada yang menjawab. Seketika, raut wajah Hikaru berubah
mengeras.
“Moonlight shadow...”
bisiknya pelan. “Inoo! Pinjam laptopmu, kita hubungi Yabu-sekarang!”
Tanpa disuruh 2 kali, Inoo segera mengaktifkan laptopnya dan
langsung menghubungi leader Mereka, Yabu Kota yang saat ini ada di Rumania
via skype.
*A/N: hebaat... vampire pake skype~ *ditoyor yabuchan*
“Minaa, doushita?” Dari seberang, Yabu menjawab santai. Di
pipinya terdapat bekas noda darah yang masih baru, sekali lagi menandakan bahwa
pemuda itu juga baru saja bersantap malam.
“Yabu..” Suara Hikaru sedikit tertahan. Bola matanya menatap
tajam ke arah lawan bicaranya. “Moonlight
shadow... mereka kembali.”
Wajah Yabu ikut berubah dingin. Pemuda itu terdiam cukup
lama sambil menatap balik Hikaru. “Siapa yang pertama kali melihat mereka?”
Yamada dan Chinen sontak menarik Yuto ke depan laptop agar
Yabu bisa melihat jelas wajahnya.
“Kau Yuto?”
Yuto mengangguk. “Ke-kenapa emang? Yang tadi itu cuma cewek
biasa kan?”
pemuda itu melirik ke hikaru. “Iya kan
Hikaru-kun?”
“Kau tidak diapa-apakan, iya kan?” Yabu kembali bertanya. Wajahnya masih
serius. Yuto sontak mengerutkan alisnya.
“Kena—maksudku...Nggak kebalik tuh? Bukannya seharusnya aku
yang ngapa-ngapain dia??”
“Dengar Yuto...” Yabu menaikan volume suaranya sedikit.
“Kalian semua juga..”tambahnya lagi, membuat seisi ruangan itu mendekat ke arah
laptop.
“Maaf kalau selama ini aku menyembunyikannya... aku juga
tidak menduga kalau masih ada moonlight shadow yang hidup di jaman sekarang
ini..”pemuda itu berhenti sejenak, mengatur nafas. “Gadis yang Yuto lihat itu, Moonlight
shadow. Mereka pembasmi vampire, samurai vampire khusunya. Mereka terlatih,
mereka bisa melihat katana kita, mereka tahu segalanya tentang kita, dan yang
terpenting... mereka akan membunuh kita. Tugas seorang moonlight shadow adalah
memusnahkan vampire. Dan mereka ada untuk membunuh kita...”
“Lalu kenapa kau tidak pernah memberitahu kami tentang
masalah sepenting ini?” Yamada menyambung. Wajahnya nampak dingin dan
menyeramkan, jelas menunjukan dia tidak suka apa yang didengarnya dari Yabu
barusan.
“Karena moonlight shadow sudah musnah! Mereka sudah
dimusnahkan sejak dulu, jauh-jauh sebelum kita ada! Karena itu kita sebagai
vampire generasi ini tidak punya pengetahuan apapun tentang mereka... informasi
inipun baru kutemukan setahun lalu ketika membaca di perpustakaan tua.. Dan
hanya Hikaru yang berani kuberitahu, karena aku yakin tidak ada lagi moonlight
shadow yang masih hidup...”
“Ini sepertinya menjelaskan kenapa Ryuu menghilang...” Inoo
tiba-tiba bersuara. Matanya yang beriris hitam pekat menatap sekeliling, setiap
bola mata milik teman-temannya. “Ryuu bukannya pergi, dia dibunuh...”
“Oleh gadis yang kulihat tadi... brengsek!” Yuto menyabet
katananya cepat lalu berjalan pergi. Keito sontak menarik bahunya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Membunuhnya tentu saja! Aku harus membalaskan dendam Ryuu!”
“Jangan bodoh Yuto!” Yabu membentak. “Seorang moonlight
shadow bukan tandinganmu. Bahkan kita semua sekaligus!”
“Jadi kau mau aku diam saja mengetahui saudaraku dibunuh
oleh seorang wanita tanpa membalas apa-apa?” Yuto menatap tajam Yabu. “Aku
bukan pengecut! Kita ini bukan hanya vampire, kita juga samurai! Kita
seharusnya punya harga diri!” Yuto berjalan lagi. Kali ini Hikaru yang
menghentikannya dengan menjatuhkan tubuh jangkung pemuda itu di lantai dan
mengunci tangannya.
“Jangan bertindak seenaknya! Pikirkan keselamatan yang lain!
Kita tidak tahu berapa sebenarnya jumlah moonlight shadow yang masih tersisa saat ini. Jangan buat kerajaan kita diserang
lagi! Tidak ada yang mau mati karena kecerobohanmu!”
Yuto meringis. Sekuat mungkin ia berusaha melepaskan diri, namun
tetap saja. Kuncian Hikaru tetap mengagalkannya.
“Dengar Yuto, jangan bertindak gegabah...” Yabu kembali
bicara. “Kau beruntung moonlight shadow tidak menghabisimu saat itu juga.
Jangan coba mengusiknya, atau kita semua bisa habis di bantainya...”
Yuto tidak membalas, hanya mendecak kesal.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan Yabu-kun?” Tanya Yamada.
Yabu terdiam sejenak.
“Berusahalah untuk tidak menarik perhatiannya..”
“Jadi kita tidak boleh makan?”sambung Daiki. Yabu langsung
menggeleng.
“Boleh, hanya saja hati-hati... yang kita ketahui sekarang
hanya ada seorang moonlight shadow, dan daerah operasinya tentu terbatas. Kita
masih bisa makan, asalkan cari di daerah yang agak jauh, dan jangan memangsa
manusia-manusia yang bisa menimbulkan kehebohan atau berita. Itu bisa menarik
mereka. Aku akan pulang besok dan kita diskusikan apa tindakan kita
selanjutnya...”
Seisi ruangan itu mengangguk, terkecuali Yuto. Pemuda itu
hanya menatap marah dalam kuncian Hikaru.
*****
“Yuto! Psst! Yuto!”
Yuto mengangkat kepalanya sedikit mendengar bisikan namanya
tadi. Di tepi pintu kamarnya yang setengah terbuka, terlihat siluet Chinen dan
Yamada yang tengah mengintip sembari memberi sinyal padanya untuk mendekat.
Pemuda itu bangun malas-malasan lalu membuka pintu lebih lebar agar 2 orang
tadi bisa masuk.
“Apa sih?”
“Yama-chan dan aku punya informasi tentang moonlight shadow...”bisik
Chinen. Wajah Yuto langsung berubah serius. Dengan cepat ia menarik 2 pemuda
itu agar masuk ke dalam kamarnya sebelum menguncinya.
“Info apa?” tanyanya antusias. Chinen meletakan buku tebal
ratusan halaman yang sudah nampak tua di atas tempat tidur pemuda jangkung itu.
“Tadi aku sama Yama-chan ke perpustakaan kota, dan kami menemukan ini...” Chinen mulai
membolak balik halaman. “Ini spesifiknya...” pemuda itu menunjuk satu paragraf
“Disini dikatakan kalau moonlight shadow itu manusia biasa, namun pilihan.
Mereka tidak memperoleh kemampuan lewat berlatih atau apa. Mereka hanya
menerima takdirnya. Di umur 14 tahun, seorang moonlight shadow akan dengan
sendirinya menyadari siapa dirinya dan mulai memburu vampire. Mereka akan
meninggalkan keluarga masing-masing, dengan cara apapun dan memulai tugas
mereka, seperti apa yang ditakdirkan...”
“Dengan kata lain,”Yamada menyambung”mereka seperti kita.”
Yuto merenung, dalam hati membenarkan teori Yamada. Moonlight
shadow sama seperti mereka, para samurai vampire. Yuto masih ingat betul saat
usianya yang ke 14, ia tiba-tiba saja menyadari sebuah fakta tentang siapa
dirinya. Bagaimana ia bisa menyadari jati dirinya sebagai samurai vampire dan
dengan sadar menghilang dari kehidupannya. Meninggalkan ayah, ibu, dan adik
lelakinya dan mencari kawanannya, membentuk sebuah perkumpulan seperti ini,
tinggal bersama dan memulai kehidupan baru sebagai samurai vampire. Mereka
sama, berawal dari manusia biasa hingga takdir menunjukan jalan yang berbeda.
Tapi Yuto tetap tidak bisa menerima fakta bahwa kembalinya para—atau dalam
kasus ini salah satu dari moonlight shadow itu telah merenggut sahabat
sekaligus orang yang dianggapnya adik sendiri, Ryutaro.
“Kita tidak sama dengan mereka...” Yuto menggumam. “Mereka
musuh kita! Mereka yang sudah membunuh Ryutaro. Jangan pernah samakan diri kita
dengan mereka!”
“Yuto...”
“Chii, ada cara untuk menghancurkan mereka kan? Ada cara
untuk membunuh moonlight shadow kan?”
tanya Yuto ambisius. Chinen mulai menyibak halaman demi halaman, mencoba
menemukan informasi yang Yuto minta.
“Ada!”
serunya setelah beberapa menit mencari. Tangan dan matanya mulai beroprasi
menerjemahkan kalimat demi kalimat. “Cara membunuh samurai vampire dan moonlight
shadow sama. Tusuk jantungnya. Bedanya, untuk membunuh moonlight shadow, kita
gunakan katana. Untuk samurai vampire, mereka menggunakan anak panah suci..”
“Menusuk jantungnya, huh?” Yuto tersenyum tipis. “Tidak
sulit. Aku sudah berkali-kali mencabut keluar jantung manusia dengan katanaku
ini..”
“Jangan Yuto..” Yamada mencela, sembari menatap temannya itu
dingin. “Kau tidak dengar apa kata Yabu? moonlight shadow bukan tandingan
kita..”
“Tidak.. kita bisa mengalahkannya. Coba kau pikir, bagaimana
leluhur kita dulu berhasil memusnahkan mereka? Mereka mengalahkannya kan? Jadi apa yang
membuatmu berpikir kita tidak bisa mengalahkan mereka?” Yuto mengeluarkan
katananya dari sarungnya. “Aku akan
membunuh gadis itu...” iris matanya yang merah terang nampak berkilauan terpantul
dari ujung katananya yang tajam.. “Ohgo Suzuka...”
*****
“Ohgo Suzuka desu... Yoroshiku...”
Yuto hampir mati kehabisan nafas ketika kalimat tadi tercelat
dari bibir mungil seorang gadis yang kini tengah berdiri manis di depan kelas. Demi
apa gadis moonlight shadow itu bisa tiba-tiba muncul di sekolahnya begini.
‘apa dia memang
mengincarku?’ pikir Yuto. Tepat saat itu juga Suzuka bertemu mata
dengannya. Langsung saja gadis itu memasang seyum tipis.
‘ukh!’
“Nah Ohgo-kun, kau bisa duduk di sebelah Nakajima-kun...”
“Eh, sensei! Kenapa harus duduk di sebelahku?” Yuto protes.
Wali kelasnya, Ohno Satoshi langsung menatapnya heran.
“Memang kenapa Nakajima-kun? Hanya tempat disebelahmu yang
kosong kan?”
“Demo...”
“Aah, aku tidak terima alasan.” Ohno langsung bermuka manis
pada Suzuka. “Silahkan Ohgo-kun..”
“Hai! Arigatou sensei...” tanpa dipersilahkan 2 kali, Suzuka
langsung bergerak menuju tempat barunya. Yuto hanya berwajah masam ketika gadis
itu telah mencapai bangkunya.
“Ketemu lagi vampire..., samurai...” Suzuka tersenyum kecil.
Yuto menatapnya kesal.
“Sampai pindah kemari... Kau memburuku moonlight shadow?”desisnya
tajam. Suzuka pura-pura terkejut.
“Ah, kau mengenalku? Kupikir akan butuh waktu lama bagimu
untuk mengetahui siapa aku..”gadis itu tersenyum lagi. ”Aku tidak niat
membunuhmu. Aku bahkan tidak tahu kalau seorang samurai vampire juga
bersekolah...demo, kalau kita bertemu lagi, anggap saja ini takdir.., ne?”
*****
Yuto mengukur kecepatannya, menyesuaikannya dengan kegesitan
dan ketepatan serangannya. Pas! Iris matanya mulai memerah, menandakan
trasnformasinya telah sempurna. Dan dengan sekali serangan, Yuto yakin sosok di
depannya itu akan meregang nyawa dengan cepat.
SHAT
“Ingin membunuhku vampire?” Suzuka tersenyum mengejek.
Katana Yuto yang nyaris menghujam jantungnya dari belakang tertahan oleh sebuah
busur perak berkilauan, entah dari mana asalnya. Secepat kilat Yuto menarik
katananya tadi menjauhi jantung gadis itu.
“Samurai.” Jawab pemuda itu dingin. Katananya kembali
hunuskan ke arah gadis itu. dan sama seperti sebelumnya Suzuka berhasil
menangkisnya.
“Samurai...” Suzuka mengulangi ucapan Yuto tadi sambil terus
melawan serangan-serangan yang pemuda itu berikan. Sesekali matanya melirik
sekitar. Untunglah sedang tidak ada siswa di gedung olahraga saat ini, sehingga
pertarungannya dengan Yuto tak memancing keributan. Meskipun senjata
masing-masing tak terlihat oleh mata awam, namun tetap saja, dengan menyaksikan
ekspresi serta tingkah keduanya saja, orang sudah bisa menyimpulkan kalau
mereka tengah bertarung.
“Samurai vampire!” Yuto kembali menghunuskan pedangnya ke
jantung Suzuka, dan kali ini, bukan tangkisan biasa yang didapatnya, melainkan
satu dorongan besar yang datangnya entah darimana, membuatnya terlempar beberapa
meter ke belakang. Rasa sakit mulai meliputi tubuhnya. Suzuka lalu mengambil
salah satu anak panah perak berkilauan dari wadahnya yang tergantung di
punggungnya lalu mengarahkannya kepada Yuto, tepat di jantung pemuda itu.
“Ya... samurai vampire.” Ujarnya pelan sambil melepaskan
anak panahnya. Yuto sontak menutup mata, pasrah dengan kematiannya yang
ternyata terjadi begitu cepat. Dalam hati, pemuda itu sedikit menyesali
tindakan gegabahnya. Tidak disangka hidupnya sebagai vampire akan berakhir
secepat ini, di tangan seorang gadis pula.
SHAT
‘Eh?’
Yuto membuka mata sambil tangan kanannya menyentuh dada
kirinya.
Deg deg
Masih ada. Jantungnya masih ada. Sontak matanya terarah pada
Suzuka yang kini tengah berjalan mendatanginya dan dengan cepat mencabut sebuah
anak panah perak yang tertancap di dinding, tepat di sebelah kiri lehernya.
“Kau sudah diberitahu belum? Kau bukan tandinganku...”
Suzuka memasukan anak panah tadi kewadahnya yang sontak menghilang. Begitu pula
dengan busur yang tadi digenggamnya.
“Brengsek! Kenapa tidak bunuh saja aku?!” Umpat Yuto marah.
Suzuka menatap iris merahnya yang tajam.
“Sudah kubilang, aku tidak niat membunuhmu..” Gadis itu
berbalik dan berjalan pergi. Yuto bangkit dan cepat-cepat menahan tangannya.
“Tapi itu tugasmu kan?
Memusnahkan samurai vampire!”
“Aku tahu...” Suzuka berbalik. “Tapi aku tidak suka suara
vampire yang meringis kesakitan ketika panahku menembus jantungnya.”
“Apa maksudmu? Kau mencoba mempermainkanku ya?” Yuto bersiap
menghunus katananya lagi, namun kembali Suzuka menahannya dengan busur perak
yang seketika muncul di tangannya.
“Aku tidak lagi membunuh samurai vampire. Aku hanya
mengawasinya, mengawasi kalian untuk tidak lagi menyantap manusia, terlebih di
teritoriku.”gadis itu tersenyum licik. “Jadi, selama aku disini, jangan mimpi
kau bisa membunuh teman-teman sekolahmu lagi, mengerti Nakajima?”
Yuto mendecak kesal. Suzuka tidak menghiraukannya, dan
berjalan keluar gedung olahraga. Setelah gadis itu menghilang di balik pintu,
Yuto meninju dinding dengan marah. Matanya yang masih beriris merah nampak
bernyala seolah terbakar.
“Aku pasti akan membunuhmu Ohgo Suzuka!” Gumamnya geram.
//TBC//
Fanfic Gagal~ tabokin aku Futagawa amane
#plak
Btw, kalo belum liat, ini nih baju kebangsaannya para
samurai vampire
Tidak ada komentar:
Posting Komentar