Sabtu, 12 November 2011

[fic/On Writting] : The Dream Lovers-Last Chapter


CHAPTER 21

Umika baru tiba di sekolah setelah jam pertama pelajaran berakhir. Terlambat memang, tapi berkat penjelasan salah satu supir keluarga Yamada pada pihak sekolah—bahwa gadis itu terlambat karena masih mengurus seorang Yamada Ryosuke, putra pemilik sekolah yang sedang sakit, Umika pun diijinkan masuk dengan entengnya.

Gadis itu melangkah menuju kelasnya pelan dan hati-hati. Sekarang jam pelajaran matematika, dan yang mengajar adalah sang wali kelas tersayang Yabu Kouta. Gadis itu sudah bersiap dengan seribu macam jawaban pamungkas untuk menangkis pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan senseinya tersebut, mengetahui gadis itu bisa datang seterlambat ini. Setelah beberapa puluh langkah, sampai juga Umika di depan kelasnya. Gadis itu menggumamkan kata ‘yosh!’sebelum menggeser pintu di depannya cepat.

“Ohayo—EHH?!” refleks, Umika memekik kaget ketika mengetahui kenyataan yang ada di dalam kelasnya tidak sama sekali persis dengan yang dibayangkan. Bukannya menemukan Yabu-sensei yang serius menjelaskan rumus-rumus matematika yang sulit dan membingungkan serta 18 murid lain yang juga tidak kalah serius mendengar penjelasan sensei muda itu, Umika malah tidak menemukan siapa-siapa di kelas saat ini. Aah, tidak. Cuma ada 1, dan itu Shida Mirai. Keheranan akut, Umika mendekati Mirai yang kini sedang menatapnya kaget.

“Ne, Mirai-chan…yang lain kemana?” tanya gadis itu sambil melirik sekeliling. Sumpah! Kelas benar-benar kosong ih! Aneh!

Mirai masih ternganga beberapa saat sebelum kemudian tersadar oleh pertanyaan yang Umika ajukan barusan. “Ah..hai! gomen. Yang lainnya ada di gedung olahraga.”

Umika mengerutkan alis. “gedung olahraga?”

“un! Jam pertama hari ini pelajaran olahraga deshou?”

Gantian Umika yang terngaga. “EHH?! Bukannya matematika ya?” tanyanya lagi masih kaget. Mirai balik menatapnya ikut kaget, namun kemudian tertawa lepas.

“ini hari apa, Umichan?” Mirai lalu bertanya, mengecek. Umika terdiam sejenak.

“hari kamis kan?’ jawabnya tidak begitu yakin. Mendengar jawaban tersebut, Mirai seketika tersenyum.

“pantas saja. Kau salah hari.”

“memangnya ini hari apa?” tanya Umika lagi masih keheranan.

“Jumad. tuh..” Mirai menunjuk satu kelender mini yang terparkir rapi di atas meja guru dengan tulisan berwarna merah di atas lembaran pertamanya.
‘Friday, November 4 2011’.

“Friday …ini hari jumad ya?” umika melengos. “haah~ padahal aku sudah takut sekali dimarahi Yabu-sensei karena terlambat.”

Mirai tertawa kecil. “terus, tidak takut dimarahi Yamashita-sensei?”

Umika langsung teringat sensei ganteng, guru olahraganya tersebut. “Ya! Lupa..” gadis itu ikut tersenyum. “Ne, Mirai-chan tidak ikut olahraga?”

Mirai menggeleng. “kedatangan ‘tamu’..”

Umika membuka bibirnya sedikit, menggumamkan kata Ooh.

“Umika-chan sendiri, kenapa terlambat?” Mirai mengganti topic pembicaraan, tepat setelah Umika mengambil tempat disebelahnya. Gadis yang ditanyai itu menarik nafas sebentar.

“Masih menjenguk Ryosuke. Mirai-chan sudah dengar belum? Ryosuke sakit..”

Mirai mengangguk. “u-un! Tadi Yuto ditelpon Tsukasa-ojisan. Demam kan? Gimana? Parah tidak?”

“lumayan. Panasnya 39˚C, sudah begitu mukanya merah dan sulit ngomong juga…”jawab Umika mengingat-ngingat kondisi Ryosuke ketika terkahir kali dilihatnya. Mirai mengangguk mengerti sambil tertawa kecil.

“aku sudah bisa membayangkan bagaimana tampang anak itu. pasti manis sekali…”

“…dan aneh” Umika menyambung sambil ikut tertawa. Mirai terdiam, lalu memandang Umika lekat-lekat.

“ne, Umika…”

“hmm?” umika mengangkat alisnya.

“Kau menyukai Ryosuke?”

Umika seketika mengernyit sebelum kemudian tersipu malu.

“anoo..itu…”

“Suki deshou?” Mirai kembali bertanya. Umika menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk perlahan. Mirai tersenyum lembut.

“Ryosuke mo..”

“EEH?!”

Mirai masih tidak juga melepaskan senyuman lembutnya. “kurasa, Ryosuke juga menyukaimu…”

Umika miris. “Tidak... tidak mungkin. Ryosuke kan menyukaimu, Mirai-chan..”

Mirai kembali tertawa. “kau yakin? Sepertinya Umichan belum benar-benar membaca hati Ryosuke na…”

“ha? Maksudnya?” kedua alis Umika tertaut, menunjukan ekspresi bingung plus penasarannya. Mirai sudah siap membuka bibirnya untuk lanjut berkata-kata ketika tiba-tiba saja satu celotehan bernada kesal terdengar.

“Karena itu, sudah kubilang aku tidak suka bas—Eeh? Umichan?” seseorang tiba-tiba menyerobot masuk sambil berseru kesal, diikuti seorang gadis, seorang pemuda dan sepasang kekasih. Langkah menreka terhenti melihat satu sosok eksistensi yang baru saja bergabung bersama Mirai di dalam kelas.

“yo!” Umika mengangkat tangannya, memberi salam kepada kelompok manusia yang baru masuk itu.

“Umichan baru datang? Darimana saja?” Chinen Yuri—selaku sosok yang tadi pertama kali masuk kelas sambil mengomel segera mendekati gadis itu, diikuti 4 eksistensi lain yang adalah Suzuka, Yuto, dan pasangan Momo-Dai.

“Ah, itu…”

“Umichan menjenguk Ryosuke dulu yo~” Mirai yang menjawab.

“Eeh?!”Seketika manusia-manusia itu mengerubutinya, dan secara tidak langsung mengisyaratkannya untuk bercerita lebih detail. Umika langsung terkesima memandang sekelilingnya. Sejak kapan seorang Chinen Yuri, bahkan Nakajima Yuto, dan Arioka Daiki tertarik dengan cerita bergenre gosip begini? Apakah karena salah satu actor dalam kisah ini sahabat dekat mereka?

“soal itu…anoo, aku diminta Fuma-san. Itu saja..” agak gugup,Umika terpaksa menjawab. Sumpah! Nervous juga gadis itu dikelilingi 3 pemuda maha tampan serta 3 gadis yang juga kawaii yang nampaknya bersemangat sekali mendengar penuturan kisahnya.

“Fuma-san tidak mungkin inisiatif manggil Umichan, kan?” Daiki mengelus-elus dagunya yang bebas jenggot setelah melontarkan asumsinya. Kompak, kelima manusia lain mengangguk.

“kalau begitu yang minta Umichan datang… tentu saja! Ryosuke deshou?!” tanpa diduga-duga—mungkin karena terlalu menggemari serial detective, Suzuka tiba-tiba saja mengangkat telunjuknya lalu menunjuk Umika tepat di depan wajah gadis itu, sambil menyimpulkan hipotesis Daiki sebelumnya. Sontak, pandangan mata Yuto-Chinen-Mirai-Daiki-Momoko dan tentu saja Umika berpindah ke arah gadis itu. Mereka nampak shock.

Suzuka mati kutu. Gadis itu sama sekali tidak menyangka bisa mengeluarkan salah satu kebiasaan tersembunyinya—yang dianggapnya sendiri aneh itu di depan teman-temannya. Bertingkah bagai detective di depan kelima manusia—yang ternyata dibalik ketenarannya juga merupakan tukang gosip itu? Pintar sekali! Mana ada Chinen pula. Pemuda itu pasti akan mencantumkan kebiasaan w.o.w ini kedalam daftar ‘about my lovely Suzuchan’ yang dibuatnya sejak dulu—yang isinya ternyata 1000% akurat—dan baru ditunjukkannya ketika menemani gadis itu ke Shizuoka beberapa hari yang lalu. Padahal kebiasaannya sudah disembunyikannya selama ini. Bertahun-tahun….tapi pada akhirnya terbongkar juga. Terima kasih untuk Ryosuke dan Umika yang  berkat kisah romantis mereka telah sangat membantunya mengekspresikan bakatanya yang seharusnya tetap tersembunyi itu. L

Kerumunan itu masih diam. Masih konsentrasi. Masih sibuk mencerna tindakan pacar dan salah satu sahabat mereka barusan. Nampak…uhm—tidak Suzuka sekali!

Namun, keheningan tersebut tidak bertahan lama. Sedetik kemudian keheningan tersebut pecah oleh satu suara yang terdengar.

“Renjou Kyuu—tantei gakuen Q…” Pemilik suara itu menyipitkan matanya sambari tersenyum lebar pada Suzuka. “deshou, Suzuchan…?”

Suzuka mengangkat alisnya tinggi-tinggi. “Kau.., dari mana kau tahu?”

Pemilik suara itu tertawa kecil. “Apa sih yang tidak kutahu soal Suzuchan…”. Dari jawaban itu, sudah bisa ditebak kan ini siapa?

Yup! Chinen Yuri. Dan setelah tebakan tiba-tiba itu, Chinen kembali melanjutkan “Suzuchan suka tantei gakuen Q sejak kelas 2 SMP. Meskipun tokoh utamanya Renjou Kyuu, kau lebih menggemari karakter Amakusa Ryuu karena sikapnya yang cool dan misterius. Selain itu kau juga lebih suka Plato, kakek Ryuu yang jahat dari pada kepala sekolah Dan Morihiko. Menurutmu rencana-rencana Plato selalu brilian dan lebih cerdas dibandingkan keahlian Dan-sensei menyelesaikan masalah. Episode favoritmu adalah episode 9 ketika ada adegan romantis antara Ryuu dan Megumi Minami dan yang paling tidak kau sukai adalah episode terakhirnya karena Plato ternyata kalah oleh Dan-sensei.” Chinen menyeringai. “bagaimana? lengkap tidak? Ini baru summarynya loh.. aku bahkan belum ngomong soal Detective Conan dan Q.E.D..” Pemuda itu mengedipkan sebelah matanya nakal. Suzuka terbelalak, tidak bisa berkata-kata.

“Sugoii!!” Yuto nyeletuk, masih setengah terperangah. “ne, hontou ni sugoii, Chi!”

“hu-un!” Umika mengangguk antusias juga terperangah. Pujian barusan membuat Chinen tersenyum makin lebar.

“Suzuchan is everything for me, na…and don’t be surprised ‘cause I know more than that.., ne Suzuchan?”

Suzuka nampak masih shock dan entah setan apa yang memainkan matra padanya, gadis itu langsung saja mengangguk.

“Hai!” jawabnya tanpa berpikir sebelumnya. Chinen bengong sebentar melihat Suzuka scepat itu bereaksi atas rayuannya, namun kemudian ia kembali tersenyum.

“See, guys..? I told you~”

Kelompok itu tertawa kecil menikmati aksi romantis Chinen dan ekspresi kaget luar biasa Suzuka. Namun, ada satu orang yang sepertinya agak kebingungan dengan kondisi tersebut.

“Ne, ne, Momo…Chinen bilang apa tadi?”

Momoko berbalik, menatap Umika prihatin sekaligus mengejek.

“makanya, belajar bahasa inggris!” ujarnya sambil menjitak pelan puncak kepala Umika. Gadis itu meringis.

“Sudah, kasih tahu aja. Susah bener!”

“Hai! Hai!” Momoko mengangguk. “Chinen bilang, Suzuchan itu segalanya untuk dia. Dan jangan kaget, karena ternyata Chinen tahu lebih banyak tentang Suzuchan. Lebih dari yang tadi…”

“ooh..”Umika mengangguk. Namun sepersekian detik kemudian, anggukannya itu bertransformasi menjadi sebuah tawa kencang.

“KYAHAHAHAHA…Chinen-kun! Hontou ni, sugoi na!!”

Keenam eksistensi yang sudah berhenti tertawa girang sejak tadi kembali menatap Umika prihatin.

“Telat banget ketawanya…” pikir mereka.


~ 0 ~ 0 ~ 0 ~

“Bagaimana?” Chinen berdiri tidak sabar menghadap laptop putih merek Apple di datas meja yang kini sedang dioperasikan oleh Yuto. Disampingnya juga ada Daiki yang nampak ikut memperhatikan dengan cermat.

“sudah. Katanya ok! Kita bisa mewawancarainya sepulang sekolah ini..” Jawab yuto sambil memutuskan koneksi internetnya kemudian mematikan laptop. Daiki dan Chinen berpikir sejenak.

“Terus, kita tidak jadi menjenguk Ryosuke?” timpal Daiki yang lalu diikuti anggukan setuju dari Chinen. Yuto terdiam sebentar untuk berpikir, kira-kira bagaimana caranya mereka bisa membagi waktu antara tugas sekolah dan waktu menjenguk sahabat terbaik mereka.

“begini saja..” satu ide muncul dalam kepala Yuto. “aku telepon Fuma-san sekarang. Kalau kondisi Ryosuke masih parah, sehabis wawancara, kita nginap di rumahnya. Biar dia ada yang menemani. Tsukasa-ojisan hari ini berangkat ke New York kan?” sarannya. Chinen dan Daiki sontak mengangguk. Yuto lalu mengeluarkan keitai flip hitam dari sakunya dan mulai menghubungi kediaman Yamada.

“Hai.., kediaman Yamada disini..”  terdengar jawaban dari seberang. Yuto merapatkan keitainya ke telinga.

“moshi-moshi, Fuma-san? Yuto desu..”

“aah..nakajima-kun.. doushita?” tanya Fuma-san ramah.

“Ini, Ryosuke bagaimana kondisinya? Dia sudah baikan?” Yuto to the point.

ooh…tuan muda sudah mendingan kondisinya. Tapi sedang tidur sekarang, soalnya tadi tuan muda rewel sekali waktu mau disuntik Inoo-sensei. Mungkin capek berteriak terus..” jawab Fuma-san sambil tersenyum dari seberang mengingat tingkah putra mahkota keluarga Yamada yang kekanakan sekali tadi. Mati-matian tidak mau diberi suntikan pereda demamnya oleh Inoo-sensei, bahkan sampai ngamuk dan berteriak kesal.

“Hontou ni? Ck!dasar anak itu..” Yuto tertawa kecil membayangkan tingkah Ryosuke menurut cerita Fuma-san. Sedetik kemudian, pemuda itu sudah melanjutkan kata-katanya. “kalau begitu tolong bilang padanya ya, Aku, Chii, Daichan, Miraichan, Suzuka dan Momoko minta maaf karena tidak bisa menjenguknya hari ini. Kami ada tugas mewawancarai Hanamichi Sakuragi, dan orang itu hanya punya waktu sore ini. Bilang kami minta maaf sekali. Kalau dia ngamuk, minta Inoo-sensei suntikan obat penenang saja…” Yuto sedikit bercanda. Chinen dan Daiki yang berdiri di sampingnya nyengir.

Hai..hai.., Nakajima-kun. Akan kusampaikan. Ada lagi?

“Oh, iya. Dan bilang juga padanya Umika kami sita, soalnya tugas ini perkelompok dan harus dikerjakan berdua teman sebangku. Lalu, karena dia tidak bisa ikut, Umika harus mengerjakan untuknya juga..”jelas Yuto lagi panjang lebar.

Dari seberang, fuma mengangguk. “Hai! Wakarimashita..

“Itu saja kalau begitu. Arigatou, Fuma-san..”

Hai. Douitashimashita…

Yuto menutup flip keitainya, lalu melemparkan pandangan ke arah Chinen dan Daiki yang kini menatapnya ingin tahu.

“Jadi, Ryosuke bagaimana?”

“sedang tidur sekarang. Katanya tadi dia ngamuk mau disuntik Inoo-sensei. Habis ngamuk, capek, tidur dah..” Yuto tersenyum kecil menceritakan info yang didapatnya. Mau tidak mau Chinen dan Daiki tertawa.

“senewen!” ujar Daiki masih juga tertawa. Chinen menambahkan.

“bukan senewen saja. Sarap! “

Ketiga manusia berjenis kelamin laki-laki itu kembali tertawa.

~ 0 ~ 0 ~ 0 ~

Ryosuke menatap layar keitainya serius. Tangannya digerakan, memencet tombol-tombol huruf dan angka keitai flip hitam itu. Pikirannya berkecamuk, menyusun kata demi kata untuk kemudian dituangkannya dalam benda elektronik didepannya kini. 5 menit kemudian selesailah naskah e-mail yang telah disusunnya sesempurna mungkin itu.

Friday, November 4, 2011
From: Yamada Ryosuke (Ryosuke_Yamada@yahoo.co.jp)
To: Kawashima Umika (Umika_chan@yahoo.co.jp)
Subject: Oi!

Kutunggu jam 5 di tempat favoritku.
datang sendiri.
Awas kalau tidak datang X(

Ryosuke memperhatikan email yang siap dikirimkannya tersebut. Alisnya sedikit terangkat setelah membacanya untuk yang ke tiga kalinya.

kata-kataku mengintimidasi sekali…’ pikirnya. Namun tak ayal, meskipun sudah berpikir demikian, pemuda itu tetap menekan tombol send keitainya.

“Haah…” Ryosuke bernapas lega kemudian melemparkan tubuhnya di tempat tidur.

~ 0 ~ 0 ~ 0 ~

Umika baru saja mendengarkan penjelasan singkat tugas penjaskes yang diberikan Yamashita-sensei tadi pagi lewat Momoko. Matanya nampak berbinar-binar.

“Hontou ni?! Kita mau mewawancarai Hanamichi Sakuragi-san? Pemain basket TOP itu?!” tanya gadis itu nampak gembira. Momoko mengangguk bangga.

“Tentu saja! Ini berkat koneksi Yuto-kun..”

“Sou kah?” Umika masih terkesima. Namun sepersekian detik kemudian, binar wajahnya seketika memudar. “..lalu Ryosuke bagaimana? kita tidak menjenguknya? Dia kan sedang sakit..”

“Daijoubu.” Seseorang tiba-tiba saja datang dan menggeplak kepala Umika dengan buku tulis. Itu Yuto Nakajima. Dibelakangnya ada Mirai dan Daiki.

“eeh? Yuto-kun?” Umika merapikan rambutnya yang jadi agak berantakan akibat ulah Yuto. “daijoubu bagaimana?”

Yuto tersenyum tipis. “Kami sudah mengabari Ryosuke, sekaligus minta maaf karena tidak bisa menjenguknya hari ini. Dan tenang saja, kami sudah minta ijin untukmu juga..”

Umika mencerna sejenak penjelasan Yuto kemudian mengangguk. “Kalau begitu, kutelpon orang tuaku dulu biar mereka tidak khawatir..” Umika membuka tasnya, berniat mengambil keitainya di dalam.

“HEH?!”

“Doushita, Umika?” tanya Mirai

“keitaiku…tidak ada” jawab gadis itu setelah berhenti bergerak. Mirai segera mendekatinya.

“biar kubantu carikan…” Mirai ikut mengacak-acak seisi tas Umika. Tapi tetap saja, benda bertitle keitai itu tidak pernah ditemukan.

“tidak ada…” gumam Mirai dan Umika bersamaan.

“sepertinya aku meninggalkannya di rumah..” lanjut Umika lagi.

“pakai punyaku saja. Kau ingat nomor telepon orang tuamu kan?” Daiki mengeluarkan keitainya. Umika mengambil benda flip persegi panjang itu hati-hati.

“hai! Arigatou, Daiki-kun…” ucapnya sebelum kemudian mulai memencet nomor hanphone sang ibu.

~ 0 ~ 0 ~ 0 ~

Umika memandang jam tangannya. Jam setengah 9 malam, cukup telat bila dibandingkan dengan waktu kepulangannya sehari-hari. Pasti karena mereka terlalu lama mengobrol dengan Hanamichi Sakuragi. Tak disangka, pebasket hebat itu ternyata kocak juga. Umika saja sampai sakit perut karena tertawa melihat tingkah manusia yang satu itu. Selain itu karena mereka masih pakai acara makan malam di salah satu restoran milik Daiki, sehingga tanpa sadar, waktu sudah berjalan selarut ini.

Sudah sejak 2 menit lalu Yuto menurunkan gadis itu di depan rumahnya, namun karena masih sedikit bernostalgia dengan pengalaman pertamanya bertemu seorang atlet, Umika baru memasuki rumahnya beberapa saat kemudian.

“tadaima…” sapa gadis itu sambil membuka sepatunya dan meninggalkannya di rak sepatu. Pelan-pelan ia melangkah ke ruang makan.

“Okaeri, Umichan…ayo makan dulu.” Jawab Rubi yang sedang merapikan piring bekas makan Yuya dan Ryuu.

Umika menggeleng. “sudah. Tadi dipaksa Momoko diner di restorannya Daiki Arioka…” jawab Umika jujur sambil mengingat bagaimana Momoko begitu antusias membujuknya untuk ikut makan malam di retoran Daiki.

Rubi mengangguk. Melihat hal itu, Umika pamit ke kamarnya.

“Kaa-chan, aku ke kamar ya…Oh iya. Touchan dan Ryuu mana?”

“Mereka lagi main game di kamar. Ryuu bawa game baru dan menantang ayahmu main. Ck! Ayahmu juga semangat sekali melawan Ryuu…” Rubi geleng-geleng kepala memikirkan tingkah suaminya yang sama sekali tidak ingat umur. Umika tertawa kecil.

“Lucu juga..” Gumam gadis itu lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya dikamar, segera dilihatnya satu benda persegi 4 berwarna pink di atas meja belajar. Umika langsung mengenali benda itu sebagai keitainya.

“Disitu kau rupanya!” serunya senang sambil menyambar keitai tersebut. Tanganya cekatan membuka flip dan mulai mengecek e-mail yang masuk. Ada beberapa, namun satu seketika menarik perhatiannya.

“Ryosuke?” tanyanya heran melihat dari siapa mail tersebut dikirim kemudian cepat-cepat dibacanya.

Friday, November 4, 2011 10.12
From: Yamada Ryosuke (Ryosuke_Yamada@yahoo.co.jp)
To: Kawashima Umika (Umika_chan@yahoo.co.jp)
Subject: Oi!

Kutunggu jam 5 di tempat favoritku.
datang sendiri.
Awas kalau tidak datang X(

“HAH?!” Umika sontak berteriak, lalu mengecek jam tangannya. “YABAI! Ini sudah jam setengah sembilan lebih!” desisnya cemas lalu buru-buru meyambar salah satu mantelnya di balik pintu dan berlari keluar.

“Umichan, mau kemana?” tanya Rubi heran melihat putrinya sudah garasa-grusu mengenakan sepatunya lagi. Umika menoleh ke arah ibunya sekilas.

“Aku harus pergi. Ryosuke menungguku.”jawabnya cepat sebelum berlari keluar sekilat mungkin. Rubi hanya melongo sebentar, kemudian kembali mengurusi pekerjaannya di dalam.

Umika berlari secepat yang ia bisa. Suhu diluar dingin sekali dan Ryosuke sedang sakit. Gadis itu takut Ryosuke kenapa-kenapa kalau masih menunggunya.

Langkahnya terhenti. Berpikir.
Kutunggu jam 5 di tempat favoritku.

“tempat favorit?” Umika menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Namun disaat itu juga ia teringat sesuatu.

“Laut?”       

“Ini tempat favoritku.”

“Laut!” Seolah menemukan sebuah harta karun besar, Umika tiba-tiba saja berseru senang. Gadis itu lalu kembali melanjutkan kegiatan larinya menuju halte bus terdekat.

‘apa Ryosuke masih menungguku?’ tanyanya dalam hati, namun berlalu begitu saja ketika melihat halte bus yang ditujunya mulai terlihat.

~ 0 ~ 0 ~ 0 ~

“HACHII!!” Ryosuke bersin. “HACHI! HACHI! HACHUUI!!”

Pemuda itu menggosok-gosok hidungnya sebentar lalu melirik jam tangannya.

“CK! Lama sekali sih!” Ryosuke mendecak kesal. Sudah nyaris 4 jam ia menunggu dan Umika belum juga tampak batang hidungnya. Pemuda itu lalu meraba-raba saku celananya, mencari keitai.

Gerakannya terhenti. Keitainya ketinggalan di rumah.

“kuso!” umpatnya lagi. Tidak tahu harus melakukan apa berikutnya, pemuda itu lalu bangkit dari posisi duduknya di bangku dan kembali menatap langit malam bertabur bintang seperti yang dilakukannya sejak tadi. Pikirannya melayang, kembali memasuki laci-laci memorinya ketika bersama Umika beberapa saat lalu di tempat itu.

kau tidak keberatan kan kalau kuajak ke sini?”

“Tentu saja! Aku malah senang sudah mengetahui satu hal baru tentangmu.”

Ryosuke tersenyum mengingat saat itu. Saat dimana Umika hanyalah ‘sahabat’ baginya. Tapi ternyata sekarang…semua bisa berubah kan?

Pemuda itu terlalu larut dalam kenangannya tanpa menyadari seseorang sudah berdiri di belakangnya. Napas orang itu ngosh-ngosan.

“Ryosuke..” panggilnya. Ryosuke secepat kilat menoleh, mendapati sosok yang sejak tadi ditunggunya sudah hadir dengan sempurna didepannya.

“Umika..? kau, datang…”

Umika tidak segera menjawab. Gadis itu maju, lalu menyentuh kedua pipi Ryosuke lembut.

“Ya Tuhan, pipimu dingin sekali..!” Umika segera melepaskan mantel yang dikenakannya lalu mengenakannya ke bahu Ryosuke. “Kau menungguku dari tadi ya? Gomen ne…”

Ryosuke tidak menjawab, masih serius memperhatikan Umika yang nampak agak kesusahan menutupi kedua bahunya dengan mantel. Melihat Ryosuke tidak memberikan reaksi apa-apa, Umika kembali meminta maaf, takut kalau pemuda itu marah.

“Ryosuke, hontou ni gomenasai..aku—“

Kata-katanya sontak terhenti ketika merasakan seuatu sudah mendekapnya kuat. Ryosuke memeluk gadis mungil di depannya itu seerat mungkin.

“R-Ryo-su—“

“Daisuki dayo..”bisiknya pelan. Umika terperangah.

“e-eh?”

“Daisuki dayo, Umika..” bisik Ryosuke lagi sambil terus mempererat pelukannya. Umika membeku. Jantungnya berdebar ekstra cepat.

Satu tangan gadis itu terangkat lalu menyentuh kening Ryosuke.

“Pantas saja. Kau masih demam...” Nampaknya Umika tidak begitu menangkap keseriusan Ryosuke barusan. Melihat reaksi lambat Umika, Ryosuke melepaskan pelukannya lalu mendengus.

“Aku serius Umika!”

Umika kembali dibuat ternganga.

“HAH?!”

“Omae ga Daisuki dayooo..!” Ryosuke hilang kesabaran. Umika menatapnya kaget dan seketika terdiam.

Ryosuke menunggu.

Keduanya terdiam dengan posisi seperti itu agak lama, sampai ketika Ryosuke memecahkan keheningan tersebut dengan satu kata yang keluar dari bibirnya.

“Umika..”

“hn..?”

“jadi..?”

“jadi apa?”

Ryosuke mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi, siap mengamuk. “KAN TADI AKU SUDAH BILANG UMIKAAAA!! JAWABANNYA APAA???”

Umika membuka mulutnya membentuk huruf O, kemudian buru-buru mengangguk. Takut manusia didepannya itu bertambah amukannya.

“Hai! Hai! A-atashi—“

Ryosuke melirik gadis itu agak cemas sekaligus deg-degan. Kira-kira apa jawaban Umika kali ini. Apakah dia masih menyukainya sampai saat ini?

“Atashi mo…”

Jantung Ryosuke serasa mau loncat dari perutnya mendengar jawaban gadis itu. perasaan senang luar biasa saat itu juga melingkupi seluruh ruang hatinya, tidak memberi sedikitpun tempat bagi perasaan lain untuk masuk. Dipeluknya gadis itu lagi lalu mencium keningnya lembut.

“arigatou na, Umika…”

Umika mengangguk dalam lingkar tangan Ryosuke. Meskipun masih kaget, dalam hatinya, gadis itu juga merasakan perasaan yang sama seperti yang dirasakan Ryosuke. Kebahagiaan tak terkira yang mengalir begitu saja dalam hatinya membuatnya merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya cintanya terbalas juga.

Beberapa detik berlalu sampai Ryosuke melepaskan pelukannya, lalu mengambil sesuatu dari dalam saku celana jeans hitam panjangnya.

“Kalung itu!” pekik Umika kaget melihat sepasang kalung bintang buatan paris yang kini tergulai indah di telapak tangan Ryosuke. Pemuda itu tersenyum lembut, lalu membuka liontin kedua kalung tersebut.

“foto ini… “tanya Umika lebih kaget lagi melihat apa yang tercetak di liontin kalung itu. fotonya bersama Ryosuke ketika akan berangkat ke pesta ulang tahun Yuto. Tapi foto itu, kan ada pada ayahnya?. “kau minta dari ayahku?” lanjutnya. Ryosuke mengangguk.

“teknisnya, ayahku yang memintanya..”

Umika kembali mengingat peristiwa kedatangan Yamada Tsukasa ke rumahnya 2 hari yang lalu. Ternyata ini salah satu alasannya. Tapi kenapa sang ayah tidak memberitahunya?

Ryosuke mulai memilah kalung tersebut. “ini untukmu..” pemuda itu meletakan satu kalung di tangan Umika. Di dalam liontin kalung itu ada foto keduanya dan ukiran klasik bertuliskan ‘Ryosuke’. Sementara yang dipegang pemuda itu bertuliskan ‘Umika’. cepat-cepat, Ryosuke mengalungkan kedua kalung itu masing masing di leher Umika dan lehernya sendiri.

“tidak terbalik nih? Bukannya yang tulisan Umika itu yang seharusnya untukku..” Umika protes setelah memperhatikan baik-baik tulisan yang tertera pada kalung Ryosuke. Ryosuke langsung menjitak kepalanya gemas.

“Baka. Yang ini memang untukku. Aku sudah merancangnya begitu, kita harus saling bertukar..”

“Supaya?” refleks, gadis itu bertanya polos. Ryosuke mendecak.

“Ck! Supaya lebih mesra lah, Umi-baka!!”

Umika melirik pemuda didepannya itu cemberut. “Umi apa katamu?”

“Umi-baka~”Ryosuke mengulangi ejekannya. Gemas, Umika berniat membalas ejekan pemuda itu dengan menggeplak bahunya. Tapi belum juga tangannya terangkat, Ryosuke sudah menggenggam kedua tangannya erat.

“Umika..,”

Umika hanya membeku, mendongak, dan menunggu lanjutan kata-kata pemuda itu berikutnya. Namun bukannya kembali bicara, pemuda itu malah bergerak, pelan-pelan mendekatkan wajahnya ke wajah Umika. Gadis itu sontak menutup mata, menunggu aksi apa yang akan diberikan Ryosuke selanjutnya.

Jarak yang memisahkan keduanya hanya tinggal beberapa millimeter lagi sampai—

光る空へ Shining, Shining Star~
願いをこめて Wow Wow…~

—sampai bunyi tadi terdengar dari keitai berwarna pink di dalam saku rok Umika. terpaksa, Ryosuke menghentikan gerakannya sambil mendengus kesal. Catat! Ini sudah kedua kalinya seorang Yamada Ryosuke mendengus.

Umika juga menyadari betapa keitainya begitu ribut minta diangkat, sehingga ketika tidak dirasakannya lagi nafas Ryosuke di wajahnya, buru-buru gadis itu mengeluarkan benda eleketronik segi empat tersebut.

“Hai, moshi-moshi?...aaa Yuto-kun? Hai! Ryosuke bersamaku sekarang. Hai.., Kabur?”Umika mengalihkan pandangannya menatap Ryosuke. “ Aah, Hai! Hai! .., kami pulang sekarang. Hai.., doitashimashita..”

Umika menutup flip handphonenya dengan sekali katupan lalu gantian memandang Ryosuke sekarang.

“katanya kau kabur dari rumah ya?”tanyanya mengintimidasi. Ryosuke menggeleng.

“tidak. Hanya pergi tanpa ijin saja..”

Umika memijat-mijat keningnya frustrasi. “sama saja kan, Ryosuke..!”

Ryosuke hanya mengangkat bahu sambil melepaskan mantelnya dan kembali memakaikannya pada Umika. gadis itu menatapnya dengan tanda tanya.

“nanti kau kedinginan..”ujarnya lembut. Umika tersenyum tipis.

“kita pulang sekarang ya, Ryosuke…kasihan Yuto dan yang lainnya mengkhawatirkanmu..”

Ryosuke sebenarnya mau menolak tawaran gadis di depannya itu. Namun mengingat Yuto dan yang lainnya mungkin saja menunggunya saat ini, pemuda itu lalu mengangguk. Apalagi, berhubung mereka ada di rumahnya, dia bisa langsung merayakan hari jadinya yang pertama dengan Umika.

Pemuda itu lalu mengangguk sambil nyengir lebar.

Keduanya melangkah melewati pasir putih pantai dengan tangan saling bergenggaman erat.

“Umika..,” Ryosuke kembali memanggil. Umika meliriknya sekilas.

“hmm?”

“daisuki dayo..”

Gadis itu tersenyum.

“daisuki mo…”

CHAPTER 21 END

----------------------------------------------------------------------------------------


VERY SHORT EPILOGUE

Kedua eksistensi itu memandang kedepan, mengagumi keindahan permainan warna orange kemerahan yang dipantulkan jernihnya bentangan lautan di depan mereka. Keduanya tersenyum, tangan mereka saling menggenggam erat.

“Kirei..” salah satu dari mereka berbisik, membuat pemuda di sampingnya tersenyum hangat.

“Umi ga suki na…” sambung pemuda itu. Gadis di sampingnya tertawa kecil.

“..demo..” pemuda itu kembali melanjutkan. Gadis tadi menanti lanjutan kalimatnya dengan serius.

“Umika ga, ichiban daisuki…” sang pemuda menoleh sambil melemparkan senyumannya yang sehangat matahari senja itu. “Ai shiteru Umika…”

Gadis yang dipanggil Umika itu terharu. Senyum manisnya terulas, lalu diikuti anggukan pelan.

“Ai shiteru mo, Ryosuke…”

Ryosuke kembali tersenyum. Perlahan, wajahnya dimajukan mendekati gadis itu hingga sedetik kemudian nafas keduanya bertemu.

“jangan pernah tinggalkan aku, mengerti?”

“Hai! Aku tidak mungkin meninggalkanmu.”

……

Tidak mungkin kah?

THE DREAM LOVERS—end

--------------------------------------------------------------------------------------------

Yeiiy! Minaa~ akhirnya selesai juga na~
Cuma mau kasih info niih, The Dream Lovers bakal dibikin seson 2nya^^

Matte ne……..? >,<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar