Senin, 20 Agustus 2012

[fic] Suddenly Married - chapter 8

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 




 

Chapter 8

“Mirai...”

Ryosuke berlari kecil mendekati adik kembarnya yang kini tengah sibuk membereskan tas. Di tempat yang sama, sang istri yang juga melakukan hal yang sama sontak mendongak.

“Nani?” jawab Mirai setelah memasukan pencil berdesain Mickey Mouse yang dipakainya sepanjang 3 jam pelajaran matematika tadi.

“Kamu dan Umika cari makan di luar ya.. hari ini aku pulang telat. Lagi ada kegiatan klub...”

“Hmm.. ok.” Mirai mengangguk. Ryosuke tersenyum sepintas kepada istrinya yang menatap bingung di samping Mirai. 

“Kenapa?”

“Tidak...” Umika cepat-cepat memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Ryosuke hanya tertawa kecil melihatnya.

“Yamada-kun...”

Telinga Umika spontan terangsang oleh panggilan sok manis tadi. Aura panas membara kembali meliputi eksistensinya.

“Ah, Mariya-chan...” Ryosuke tersenyum kepada manusia yang memanggil tadi, yang secara tidak langsung mengakibatkan aura panas sang istri makin meluber. Di samping gadis itu, Mirai hanya bisa menatap ngeri, kepanasan, sekaligus tertarik.

“Iku yo...” Mariya memiringkan kepalanya sedikit, sehingga helaian-helaian rambutnya yang indah ikut bergerak seirama goyangan kepalanya. “Ne, Mirai-chan.. kakakmu titipkan padaku saja. Akan kujaga baik-baik...” lengkungan bulan sabit bibir gadis itu terulas. Matanya perlahan berpindah pada Umika. “Ah, Kawashima-san. Kita belum benar-benar berkenalan ya? Nishiuchi Mariya-desu...” Mariya menyorongkan tangannya. Dengan gerakan sekaku es dan wajah dingin luar biasa, Umika membalas jabatan tangannya.

“Kawashima Umika...”

“Saa, Nii-can, Mariya-chan, kami berangkat sekarang ya...” Takut terjadi perang dunia ke tiga, Mirai buru-buru menutup percakapan singkat Umika-Mariya tadi. Soalnya kalau dilihat dari cara Umika menatap Mariya, gadis mungil itu bisa saja tiba-tiba menyerang dan menghancurkan Mariya saat itu juga. Kekuatan cemburu, siapa yang  bisa menandingi?

Selepas Mirai dan Umika pergi, Ryosuke dan Mariya kembali asyik mendiskusikan sesuatu. Lewat ujung matanya, Umika melihat adegan tadi sambil berwajah masam

“Ryosuke ikutan klub apa sih? Kenapa harus sama cewek itu?!” Umika mulai mengintrogasi Mirai.

“Soccer..” jawab yang ditanya simple. “Mariya itu managernya...”

Umika mengangguk. Langkahnya terhenti sebentar. Mirai ikut berhenti, merasa ada yang aneh dengan perhentian tiba-tiba Umika.

“Mirai...”panggil gadis itu. “Ada klub soccer cewek nggak?”

*****

Umika mengamati jajaran bahan makanan yang ditata rapi dalam rak-rak agak lama. Di samping, ada Mirai yang ikut melakukan hal yang sama. Keduanya serius menatap berbagai merk bahan makanan yang terpajang, sesekali mereka mengangguk-angguk sambil membaca beberapa keterangan. Puas dengan apa yang diamatinya, gadis itu lalu menoleh ke Mirai yang belum juga pecah konsentrasinya.

“Jadi... beli apa kita sekarang?”

Mirai spontan menatap gadis itu dengan alis terangkat.“Eh? Bukannya kau mau bikin kue?”

“Iyaa..” Umika mengangguk. “Kalau mau bikin kue, kita harus beli apaan?”

Mirai makin heran. “Mana kutahu. Yang mau bikin kue kan kamu?”

“Mana kutahu.. Aku kan nggak pernah bikin kue sebelumnya..”

“HEE? Terus ngapain kamu mau bikin kue segala?”

“Aku...mau menunjukan ke Ryosuke kalau aku ini istri yang baik! Masa aku kalah dari si Nishiuchi itu!”

Mirai terdiam lalu tersenyum misterius.

“Kau... cemburu kan?”

“Tentu saja! Dia kan suamiku! Masa aku harus setuju dia memuji perempuan lain...” jawab Umika to the point.

Mirai mengangguk sambil tertawa kecil. “so..so... apalagi Mariya-chan itu rival ya~”

“Iya. Karena itu, bantu aku. Lewat cake buatanku nanti, aku jamin, Ryosuke tidak akan pernah memuji masakan perempuan lain lagi. kue buatanku pasti yang paling top!” jawab Umika bangga.

“Hai..hai.. tapi, gimana kita bisa sukses kalau bahan-bahan untuk bikin kuenya aja kita nggak tahu...”

“Benar juga... harus tanya siapa nih?” Umika menelungkupkan dagunya dengan tangan. Tak berapa lama kemudian, bola mata gadis itu mulai berbinar, menandakan ia sudah memiliki ide pengentas masalahnya kini. Cepat-cepat, diambilnya keitai dari tasnya.

“Moshi-moshi..Saaya? ah, aku mau nanya. Bahan-bahan bikin strawberry cake itu apa-apa saja? Hm... tentu saja untuk suamiku lah. Kau tahu kan...? Siip. Tunggu aku ambil notes dulu...” Umika sedikit menggeser keitainya dari telinga,. “Mirai, tolong ambil notes, catat bahan-bahannya...” perintahnya. Tanpa bertanya lagi, Mirai langsung mengikuti.
“Ok...apa saja tadi? Tepung terigu, telur, mentega, susu, krim, baking powder, bubuk vanila.. oke, terus strawberry, ah... oke. Itu saja? Baiklah. Arigatou nee...ah, hai! Sampai ketemu nanti sore..” senyuman Umika terulas, menutup pembicaraan via keitainya dengan sang menejer. “Gimana? Sudah di catat?” tanyanya pada Mirai yang kini tengah memegang pulpen hitam beserta notes mini di tangannya. Yang ditanyai mengangguk.

“Yosha! Ayo kita bikin strawberry cake!!” teriak Umika semangat.

“Loh, cewek-cewek? Kalian belanja ya?”

Kepala milik Umika dan Mirai sontak tertuju kepada satu pemuda tinggi menjulang dengan tas belanja ukuran semi-jumbo yang kini berdiri bingung beberapa meter di samping mereka. Kedua gadis itu menatap sang pemuda beserta barang-barang belanjaannya—yang mayoritasnya adalah bahan makanan—lama lalu saling pandang.

“Nakajima Yuto-kun...” Umika mendekati Yuto lalu bercakak pinggang didepannya. “Kau bisa masak?”

“Ah...sedikit. Ada apa memangnya?”Yuto makin bingung. Umika dan Mirai kembali saling pandang, kali ini dibumbui senyum licik.

“Culik dia!!!”

*****

Ryosuke banyak melakukan kesalahan.  Permainannya nampak tidak terkontrol. Berkali-kali ia mencoba mencetak gol, mengingat posisinya sebagai penyerang mengharuskannya untuk melakukan tugas itu. Namun tetap saja, meskipun berkali-kali pelatih memperingatkan oemuda itu untuk dapat mengontrol pemainannya, performa Ryosuke di latihan siang ini tetap tidak begitu maksimal.

“Ne, Ryosuke, doushita? jarang-jarang kamu mainnya jelek begini...” Chinen mendekati pemuda tu sambil meneguk sebotol pocary sweat. Ryosuke tersenyum miris sembari mengelap keringatnya.

“Entahlah... cuma... perasaanku kok nggak enak ya?”

....sementara itu di kediaman Yamada.

“Yes! Jadi! Jadi!” Umika berteriak heboh lalu ber-high five dengan Mirai dan Yuto di sampingnya. Ketiga manusia itu nampak puas menyaksikan strawberry cake maha karya mereka yang tepampang cantik di atas meja. Tidak dipedulikan tumpahan krim, terigu, dan berbagai bahan pembuat kue yang mengotori seragam mereka. Yang ada hanyalah senyuman puas nan bahagia karena berhasil menyelesaikan sesuatu dengan sempurna.

“Cake ini pasti bakal menang dari punyanya si Nishiuchi itu!” Umika tersenyum bangga. Yuto menatapnya keget.

“Nishiuchi? Mariya? Kamu mau saingan bikin kue sama Mariya-chan? Waah! Susah tuh. Mariya kan ‘istri idaman’. Masakannya selalu enak...” pemuda itu jeda sebentar. “Ada kontes bikin kue ya, emangnya?”

“Nggak, baka! Umi-chan mau nunjukin ke Ryosuke-nii kalau dia juga bisa masak...”Mirai menoleh ke Umika. “Kan?”

Umika mengangguk. “Dakara, dengan kue menakjubkan seperti ini, aku pasti bisa mengalahkan nenek sishir penggoda itu dan jadi ‘istri idaman’ sekaligus ‘istri yang baik’ dan ‘istri nomor satu’ untuk Ryosuke” jelasnya dengan mata bling-bling. Yuto dan Mirai bertepuk tangan sambil menatap gadis yang lebih pendek dari mereka itu kagum.

‘Kimi ni shika miserarenai kao.., ga aru...’

Satu benda kotak bergetar heboh dalam saku celana Yuto. Sadar, ringtone lagu tadi disetingnya khusus hanya untuk seseorang, pemuda itu cepat-cepat mengangkatnya sambil sumringah.

“Hai, darling? Ah, imakara? Ok desu~ jaa, mate ne...”flip keitai ditutup. Yuto yang masih sumringah segera mengambil tas beserta kantong belanjaan ukuran semi-jumbonya yang terlempar di sofa. “Aku berangkat ya, mau jemput Suzuhime my darling di sekolah..”

“Suzuka ngapain di sekolah jam segini? Ah, klub soccer ya?” Umika nyeletuk. Yuto nyengir kuda sambil menggeleng.

“Suzuhime my baby ikut klub eigo. Kebetulan jadwalnya sama kayak klub soccer..”

“souka na..”

“Saa, ladies.. aku berangkat sekarang ya. Aku nggak mau membuat Suzuhime my angel-ku nunggu lama.. Jaa ne...” brutal, Yuto beranjak keluar dari rumah Yamada bersaudara. Umika melirik Mirai sambil mengerutkan kening.

“Panggilannya Yuto-kun untuk Suzuka itu ada berapa banyak sih? Kok kayaknya semua embel di pake deh...”

Mirai mendengus. “Banyak banget. Suzuhime my darling lah, my angel, my love, my beautiful, my sweet dreams, my venus, my shinning star, my moonlight, my sun, my star, my everything, my camera, my sweet horse meat sahsimi, my little insect—“

“Tunggu-tunggu! Apa tadi? My camera? Horse meat sashimi? Insect?! Apa-apaan itu?! Siapa yang bakal senang dipanggil kayak gitu?”

“Suzuka. Soalnya, panggilan-panggilan aneh itu datangnya dari 3 hal yang disukai Yuto dari daftar 10 hal yang paling disukai Yuto. Dan tentu saja, Suzuka ada di urutan 1..” Mirai menggulirkan bola matanya malas. “Aku, Chii dan Nii-chan udah dikuliahin materi ini sama dia dari jaman neneknya dinosaurus. Kami hafal semuanya!”

Umika mengangguk sambil tetap mengerutkan kening. “Yuto-kun pencinta banget ya...”

Gantian mirai yang mengangguk.

“Eh Umika... seragammu...” Mirai menunjuk berbagai macam noda dan sisa bahan pembuat kue yang menempel di seragam gadis itu. Umika melirik seragamnya, terkejut, lalu ikut menunjuk seragam Mirai.

“Seragammu juga...”

“Tadi kita bertiga lupa pake celemek ya?”

Anggukan. Keduanya saling pandang lagi, kali ini dengan bola mata yang melebar.

“YUTO!”

*****

“Ok, aku berangkat sekarang. Sebentar kalau dia datang, nggak usah cerita apa-apa. Cukup todongin pake ini saja, ngerti?” Umika memberi intruksi kepada Mirai samentara tangannya menunjuk-nunjuk strawberry cake haris kerja kelompok tadi. mirai mengangguk paham sebelum membiarkan sang kakak ipar pergi dengan damai.

“Sukses ya shooting iklannya...” ujarnya yang dibalas oleh senyuman manis Umika sebelum gadis itu cepat-cepat keluar rumah karena Saaya sang menejer sudah menunggunya di luar.

Mirai baru mau masuk kamar ketika terdengar bunyi lain dari ruang depan. Mengira Umika melupakan sesuatu, gadis itu lalu mendatangi ruang tamunya, mengecek.

“Mirai tadaima..” Ryosuke menubrukan dirinya ke lantai akibat kelelahan. Usut punya usut, Ternyata, akibat kesalahannya yang berulang-ulang kali di pertandingan tadi, Ryosuke disetrap push up 50 kali tambah lari keliling lapangan sekolah 5 kali oleh pelatihnya yang maha kejam namun juga sarap, Yaotome Hikaru. Mirai yang melihat kakaknya terkulai tak berdaya itu tersenyum prihatin, lalu duduk disampingnya. Kedua tangannya bergerak untuk membuka sepatu Ryosuke.

“Arigatou...”ujar Ryosuke pelan. Mirai hanya balas tersenyum.

“Nii-chan lapar? Ada yang spesial di dalam...”

Ryosuke mengambil posisi duduk. “Spesial?”

“Un. Nii-chan pasti suka..” selesai menaruh sepatu sang kakak di rak, Mirai lalu menarik tangan pemuda itu. “Iku yo...”

Ryosuke menuruti. Dan setelah ‘sesuatu yang spesial’ yang dikatakan sang adik mulai terlihat jelas bentuknya, wajah Ryosuke sontak berubah cerah.

“Sugee! Strawberry cakenya gede banget! Hari ini kok banyak yang yang ngasih aku strawberry cake ya? Ulang tahunku kan udah lewat! Hahaha! Kamu yang buat nih?”

Mirai menggeleng. “Umika..”

“Eh? Umika? hontou ni?”

Mirai ganti mengangguk. “Seharusnya aku nggak bilang sih, tapi...ah sudahlah.” Gadis itu menatap Ryosuke sambil tersenyum nakal. “Begini, Umika bikin cake ini khusus untuk Nii-chan karena dia cemburu Nii-chan memuji kue buatan Mariya-chan. Apalagi sampai mengatainya istri yang baik.. Dakara, Umika punya ide bikin ginian untuk menunjukan ke Nii-chan kalo dia juga istri yang baik. Lebih baik malah, soalnya cakenya lebih besar...”

“Eh hontou?” Ryosuke masih nampak tidak percaya. Namun sepintas, Mirai bisa melihat senyuman bahagia di wajah kakaknya yang tampan.

“Nih, dicoba...” Mirai memotong satu bagian besar dan menyerahkannya pada pemuda itu. Ryosuke mengambil sesendok, menatap potongan kecil kue bermuatan strawberry itu sambil tersenyum cerah, lalu melahapnya.
.
.
.
“Uhuk! Uhuk! Uhuuk!” Ryosuke mencengkam lehernya sambil menutup mata layaknya orang keracunan. Panik, Mirai menggoncang tubuh sang kakak brutal.

“Nii-chan kenapa? Keselek ya? Keselek? Tunggu aku ambilkan a—“belum sempat Mirai mengambil segelas air untuk sang kakak, Ryosuke sudah keburu menahan tangannya demi mencegahnya pergi.

“Ku-kuenya...” suara pemuda itu parau dan tersendat.

“Hai? Kuenya?”

“Kue..nyah...”

“Kuenyaaa???”

“...asin.”

*****
“Hai, selesai! Kerja bagus Kawashima-chan...” kalimat seorang pria berusia nyaris 40an mengakhiri akting Umika di depan kamera. Segera gadis itu tersenyum lalu membungkuk hormat kepada para kru di set.

“Arigatou...”

“Hai, Arigatou...” balas mereka serempak. Umika tersenyum lagi, kemudian duduk di kursinya.

“Demo ne, akhir-akhir ini ekspresi Kawashima-chan tambah bagus deh... sedang jatuh cinta ya?” seru seorang fotografer majalah yang kini mendekati gadis itu sambil mengambil foto close-upnya. Wajah Umika sontak memerah.

“Me-memangnya kelihatan seperti itu ya?” tanyanya gugup.

“Oh..jadi benar ya? Waah, siapa pemuda beruntung yang kau sukai itu?” sang fotografer makin antusias, mengakibatkan rona merah di wajah Umika semakain bertambah. Gadis itu menggeleng.

“Ti-tidak kok... aku hanya sedang senang saja...”

“Masa? Tapi kok wajahmu memerah?”

“Aku...”

“Umika-chan, waktunya pulang...” Muncul sebagai penyelamat, Saaya berhasil mengaktifkan sakelar gerakan gesit Umika. Setelah bersay goodbye singkat dengan fotografer tadi, Umika langsung melesat kilat ke ruang ganti. Bukan apa, dia takut wajahnya bisa semakin memerah karena pertanyaan-pertanyaan fotografer tadi.

Nah, kenapa wajahnya memerah memang?

*****
“Stop! Stop! Itu dia..” perintah bersuara sopran barusan berhasil menghetinkan pergerakan mobil minibus hitam yang ditumpanginya. Sorot mata dan lensa kameranya wanita yang berseru tadi itu terfokus lurus kearah seorang gadis remaja yang baru saja turun dari mobil memasuki sebuah rumah. Jemarinya memencet tombol pengambil gambar beberapa kali. Dan tepat setelah gadis tadi masuk ke kediaman tersebut, sang wanita keluar dari mini busnya, memotret sebuah papan nama keluarga yang terpampang di depan pagar.

“Yamada huh?” senyum tipisnya terulas. “Ada hubungan apa Kawashima Umika dengan rumah ini?”

//TBC//

Rabu, 08 Agustus 2012

[fic] Suddenly Married - chapter 7

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi                                
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*

Chapter 7

Kedua manusia berstatus suami istri itu terpana. 2 bola mata milik masing-masing bergerak, menyapu seluruh pelosok rumah sederhana berlabel keluarga ‘Yamada’ yang kini telah dipenuhi puluhan benda-benda baru nan asing bagi seseorang diantara mereka.
Ryosuke memutar tubuhnya ke samping, agar bisa leluasa menancapkan tatapan mengintimidasi kepada sang istri.

“Setelah menikah, kita ‘selesai’ kan? Kok jadi begini?”

Umika meringis sepersekian detik sebelum belas menatap Ryosuke takut-takut. “Gomen na... demo, aku nggak tahu apa-apa soal ini. Kaa-chan dan Tou-chan tidak pernah bilang mau menjual rumah kami dan menyuruhku tinggal disini...hontou ni gomen...”

“Ssh..”Ryosuke mengacak-acak rambut belakangnya. “Itulah kenapa sejak awal aku tidak mau membantumu... aku memang sudah dapat feeling buruk soal rencana ini..”

“Aku kan nggak tahu bakal jadi runyam kayak gini..”

“Seharusnya kamu pikirin dulu konsekuensinya...”

“Ngapain?! Pernikahan kita kan cuma pura-pura!”

“Biar pura-pura tapi kan—“

“..apanya yang pura-pura?”

Umika dan Ryosuke sontak menoleh ke samping kiri dan kanan masing-masing. Bola mata keduanya langsung melebar saat menemukan Mirai berdiri bingung tak jauh dari mereka.

“Mirai...kau dengar?” tanya Ryosuke sambil menatap adik perempuannya itu khawatir.

“Iya, aku dengar. Apa maksudnya pernikahan kalian cuma pura-pura?”

“I-itu...”

“Ne, Mirai-chan...” Umika menarik tangan adik ipar palsunya itu sambil tersenyum. “Duduk dulu sini, biar aku jelaskan semuanya...”

Mirai menurut saja dan mengikuti gadis manis tadi duduk di atas sofa. Merasa penasaran dengan ide Umika sekaligus tak mau ditinggal berdiri sendirian, Ryosuke mengikuti.

“Pernikahan kami cuma pura-pura...” Umika tersenyum kecil. “Itulah yang akan kami sampaikan ke media...yah, untuk melindungi karirku, aku harus menyembunyikan pernikahanku dengan Ryosuke...”

“EH?”

Umika dan Mirai menoleh ke sumber teriakan bernada kaget tadi. Nyatanya, bukan Mirai yang  menjerit kaget mendengar penuturan Umika barusan, melainkan sang saudara kembar.

jago bohong banget dia’ pikir Ryosuke sambil memberi tatapan -Bukankah-sekarang-saatnya-kau-harus-jujur-nya yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Umika.

“Nii-chan kumat ya? Mengganggu!” Omel Mirai kejam lalu kembali kepada kisah Umika tadi. “Sou kah? Ne, terus kehamilanmu?”

“Sudah kubilang—“

“Aku sudah tidak hamil lagi...”

“Eh?” kali ini gantian mirai yang menjerit. Ryosuke ikut mengerutkan kening mendengar jawaban barusan. Apanya yang sudah tidak hamil lagi? Memangnya dia pernah hamil?

Umika mulai menitikan air mata.

“Beberapa hari yang lalu..hiks...aku...hiks... aku terjatuh dari tangga di rumahku dan...keguguran...” gadis itu secepat kilat memeluk Ryosuke yang duduk tak jauh disampingnya. “Gomen ne Ryosuke...aku tidak memberitahumu sebelumnya... aku tidak bisa menjaga anak kita...”

Jantung Ryosuke nyaris meloncat keluar saking kagetnya mendengar kalimat Umika tadi. Apa-apaan itu? Hamil? Keguguran? Kenapa bisa jadi begini?!

“Umi...” Ryosuke berdesis. Dalam pelukan pemuda itu, Umika ikut melakukan hal yang sama.

“Untuk saat ini imbangi saja aktingku. Saaya-san sudah mulai mencarikan apartement yang aman untuk kutinggali, dan setelah menemukannya, aku berjanji akan pergi dari sini...”

Ryosuke tak bisa berkata-kata. Pikirannya seolah dibimbangi sesuatu yang dirinya sendiripun tak tahu itu apa. Secara mengejutkan, ada semacam bagian dari dirinya yang tidak mengiginkan Umika jauh darinya di kala apartement idamannya itu telah ditemukan nanti.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, Mirai dengan berlinang air mata ikut memeluk pasangan palsu tadi. “Daijoubu Umi-chan...hiks. Jangan merasa bersalah, kehamilan pertama memang rawan. Nii-chan tidak akan marah ne? Kalian pasti bisa punya anak lagi...”

Ryosuke mangap.
*****

“Kalian berdua, Oyasumi...”

“E—Mi-Mirai..choto...!”

Langkah Mirai memasuki kamarnya terhenti ketika mendengar namanya dipanggil 2 orang sekaligus.

“Nani?” tanyanya heran. Terlebih setelah melihat Umika yang telah berpiyama lengkap membawa sebuah bantal bersamanya. Umika menarik lengan gadis itu agar sedikit mendekat padanya.

“Berhubung aku bilang mau menyembunyikan pernikahanku dari masyarakat luas, sebaiknya aku juga tidak menimbulkan kecurigaan pada mereka...”

“Huh?”

“Kau tahu kan... aku khawatir kalau misalnya sekamar sama Ryosuke, aku bisa... uhm... hamil lagi mungkin? Nanti, media pasti akan mulai curiga...”

Mirai memiringkan kepalanya sedikit lalu melirik kakanya yang berdiri hanya berjarak beberapa puluh sentimeter dari keduanya.

“Benar juga. Nii-chan tipe penyerang gitu...” gadis itu lalu tersenyum cerah. “Kalau begitu kau tidur bareng aku saja. Tempat tidurku lumayan luas loh, gak sekecil punya Nii-chan..”

“Hontou? Uwaa... arigatou na...” jawab Umika sambil mengikuti Mirai bergerak ke kamarnya. Sekali, gadis itu berbalik dan mengedipkan sebelah matanya kepada pemuda di belakang.

Ryosuke tersenyum kecil.

*****
“Kita pulang saja …” Umika memutar tubuhnya, siap kembali ke belakang. Ryosuke mengerutkan keningnya kaget, dan seketika menarik tangan gadis itu.

“Tidak apa-apa kok... ayo..”

“Demo...” Umika menahan Ryosuke agar tak kembali melangkah. Gadis itu melepaskan tatapan mautnya yang berhasil membuat Ryosuke doki-doki tomaranai akut melihatnya. Gadis itu tersenyum miris. “Kita pulang saja, ne?”

Ryosuke batal ber-doki-doki tomaranai. Sebelah alisnya terangkat. “Emang kenapa sih? Di dalam kamu nggak bakal dimakan kok!”

Umika manyun. Bola matanya digulir perlahan menatap sebuah pintu geser dengan label 3-D bertengger di atasnya. Gadis itu merinding disko lalu menatap Ryosuke dengan wajah memelas.

“Ryo-chan...”

“Ne, DOUSHITE Umika?! Apa sih yang bikin kamu takut masuk kelas? Didalam itu manusia semua, bukan setan. Nggak ada yang bakal ngapa-ngapain kamu.., lagian. Ada aku ini..”

Umika menunduk. Bibirnya maju beberapa senti saat menggumam kecil. “Tapi...Aku... malu...”

“Huh?”

“aku malu...”

“Hah?”

“AKU MALU, Ryosuke baka!” Umika menggeplak kepala Ryosuke dengan tas biru tuanya. “Huh hah huh hah! Sensitif dikit kek!”omelnya. Ryosuke—sebagai pihak yang teraniaya hanya bisa meringis kesakitan.

“Malu apanya sih? Kau artis kan? Sejak kapan ada artis yang malu ketemu orang baru?” tanyanya polos. Umika cemberut berat.

“Kalau di tempat kerja beda...”

“Terus kenapa kalau di kelas? Sama-sama ketemu orang baru juga...”

“aku... nggak pernah ada di kelas sebelumnya.”

“Hah?” kedua alis Ryosuke terangkat tinggi. Pemuda itu makin tidak mengerti.

“Sejak tk aku homeschooling. Ini pertama kalinya  aku punya teman sekelas...” jawabnya sembari menunduk dalam. Ryosuke membuka mulutnya sedikit tanda mengerti sebelum kemudian menyunggingkan senyum lembut. Tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala Umika perlahan.

“daijoubu... ada aku...”

Umika balas tesenyum. Miris.

*****

“Ka-Kawashima Umika desu, yoroshiku onegaishimasu!” Umika menunduk nyaris 90 derajat sebelum kembali mengangkat kepalanya dan menatap puluhan manusia sebayanya sambil tersenyum takut. Beberapa anak mulai berbisik-bisik melihatnya. Maklum, gadis yang sehari-harinya mereka lihat di TV itu kini hadir secara nyata di depan mereka.

“Kawashima-san, kau duduk di sebelahYamada-san ya…” seru wali kelas yang dari tadi berdiri di samping Umika. Gadis itu menoleh dengan wajah menampakan tanda tanya.

“Ryosuke?” ujarnya spontan setelah sebelumnya mengetahui kalau Ryosuke ternyata sekelas dengan adik kembarnya.

“Yamada Mirai...” Sang sensei tersenyum lembut, menyadari keteledoran kecilnya melupakan ada 2 manusia bermarga sama di kelasnya. Meskipun ia sendiri merasa aneh, sebab, jelas-jelas Ryosuke sudah memiliki teman duduk sementara Mirai yang tidak. Kenapa masih saja menayakan Ryosuke?

“Ah, hai..”angguk Umika cepat lalu berjalan menuju tempat duduk kosong disamping Mirai.

“Yo, Mi-chan!”

Mirai hanya tertawa kecil sebelum balas menyapa sang kakak ipar. “ Yo, Umi-chan~”

“Ryosuke duduk sama siapa tuh?” tanya Umika tanpa basa-basi sambil menunjuk gadis cantik berambut panjang sepunggung yang nampak asyik tertawa bersama suaminya.

“Itu Nishiuchi Mariya...” jawab Mirai santai. Namun tak berapa lama, wajahnya tiba-tiba berubah panik. “Yabai!”

“Doushita?” Umika ikut panik.

“Aku lupa memberitahumu...” dengan dagunya, Mirai mengarahkan pandangan Umika menuju gadis di samping Ryosuke tadi. “Mariya itu menyukai Nii-chan...kau harus hati-hati...”

“Heh?”

*****

“Mirai-chan... aku lapar...”

Mirai baru saja memasukan buku terakhir di tangannya ke dalam tas ketika suara kakak iparnya tadi terdengar. Gadis itu nyengir sedikit saat menutup resleting tasnya.

“Ayo ke kantin...” ajaknya. Umika sudah siap bangkit dari tempat duduknya kalau saja satu jeritan bernada manis tidak membuat telinganya panas.

“Eh? Yamada-kun tidak bawa bentou?”

Gadis itu menggulirkan bola matanya cepat ke sumber suara. Kedua alisnya sontak terangkat tinggi-tinggi. Bagaiman tidak? Disana duduk suaminya dengan muka lesu khas orang kelaparan. Namun, yang membuatnya panas dingin bukan itu, melainkan karena seorang gadis berpostur tinggi langsing bak model yang kini tengah mengapeli sang suami sambil membawa bentou di tangannya.

Ryosuke tersenyum tipis pada gadis itu. “Aku tidak sempat menyiapkannya. Umi—ah, maksudku Mirai tadi pagi dibangunin susah banget sih...aku sibuk bangunin dia, makanya nggak punya waktu untuk menyapkan bekal...”

“Kok aku? Kan kamu yang nggak bisa bangun tadi pagi...” Mirai berbisik di sebelah Umika. Ternyata, setelah melihat fokus Umika terpaku pada pemandangan kakaknya yang bersama Mariya, gadis itu ikut-ikutan mengamati sang kakak.

Umika melirik Mirai sedikit sambil memamerkan deretan gigi-giginya. “Ryosuke kan menjaga privasiku..” jawabnya asal. Mirai hanya bisa mengerutkan kening sebelum kembali berkonsentrasi pada drama Ryosuke-Mariya.

“Kalau begitu...” Mariya duduk di samping Ryosuke lalu membuka kotak bekalnya. “Makan bareng aku saja...” ujarnya manis. Ryosuke spontan menggeleng.

“Tidak ah, itu kan bekalmu... aku makan di kantin saja...”

“Tapi Yamada-kun nggak suka makan makanan kantin kan? Nanti kalau nggak mau makan, Yamada-kun bisa sakit lagi...kebetulan nih, aku bawa banyak...”

“Tidak usah... hontou ni. Aku—“

“Desertnya strawberry cake loh~”

“Eh?”

Mariya membuka kotak bekal lain yang lebih kecil dan menunjukkan 2 potong kue berbentuk hati dengan taburan strawberry di atasnya. Seyumannya terulas. “Aku bikin desert ini spesial untuk Yamada-kun loh...dan karena Yamada-kun nggak bawa bekal, kita makan bareng bekalku yah? Setelah itu, desertnya untuk Yamada-kun deh...”

“Hontou ni?” Yamada menatap Mariya dan strawberry cake nan manis itu bergantian. Taburan buah strawberry segar di atas kue itu seolah memanggilnya. Sambil melengkungkan senyum imutnya, pemuda itu mengangguk. “Uhm! Saa, boleh kucoba dessertnya duluan?”

“Dozou~” Mariya bersuara manis sambil menyerahkan kotak kue tadi beserta satu sendok kecil berwarna keperakan. Ryosuke memotong sedikit lalu mencicipinya.

“Uwaa~ Oishii! Sugee na, Mariya-chan... Kue buatanmu enak sekali! Kalau menikah nanti, kau pasti jadi istri yang baik...” puji Ryosuke panjang lebar. Mariya tertawa malu-malu.

 “Sou ka na? Semoga nanti aku juga punya suami yang memuji masakanku seperti Yamada-kun...”

“un...’ Ryosuke hanya mengangguk sambil tetap menyantap strawberry cake bentuk hatinya.

Selang beberapa meter dari mereka, aura panas membara bisa dirasakan keluar dari seorang Kawashima Umika.

“Mirai,”

Mirai merinding mendengar namanya di panggil dengan nada seperti tadi. Sambil mengelap keringat karena takut juga kepanasan akibat aura membara Umika, gadis itu menjawab perlahan. “H-hai?”

“Pulang sekolah, kita bikin strawberry cake...” mata Umika menatap tajam kepada Ryosuke yang lagi asyik makan dan Mariya yang tengah tersipu malu. “Kita tunjukan, siapa istri yang baik...”

//TBC//

[fic] suddenly merried - chapter 6

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi                                
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*
CHAPTER 6

Pemuda itu menghela nafas panjang. Sesekali ia bangkit berdiri, berjalan mondar mandir hanya beberapa meter dari kursinya, dan kembali duduk. Rambut belakangnya sedikit diacak-acaknya, menunjukan salah satu kebiasaanya setiap kali merasa stres ataupun gugup. Dan hari ini, 2 perasaan itu memang tengah meliputinya.

“Gugup Yama-chan?” Yuto Nakajima nyengir kuda melihat sahabtanya tak tenang begitu. Sudah berteman nyaris 7 Tahun membuat pemuda jangkung itu mengenal betul tabiat seorang Yamada Ryosuke. Dan lewat tindakan macam ‘menghela nafas panjang-duduk-bangun-mondar-mandir-mengacak-acak rambut’ sudah dapat disimpulkan bahwa pemuda di depannya itu tengah gugup—sangat. Wajar saja, karena hari ini adalah saat dimana ia akan mengikat janji suci pernikahan dengan wanita yang dicintainya.
Yuto tersenyum bahagia, nyaris berderai air mata karena terharu. Sayangnya, yang tidak pemuda itu ketahui bukan hanya rasa gugup yang menjadi penyebab tindakan-tindakan Ryosuke tadi, namun juga stres, karena yang dikira orang-orang adalah hari bahagianya justru merupakan hari terberat dalam 18 tahun hidupnya selama ini. pura-pura menikah—berbohong, mana pernah dia melakukan kejahatan besar macam itu?

“Kau tahu...” Ryosuke melempar senyum miris kearah Yuto. Pemuda itu lalu kembali menghela nafas panjang. Yuto bangun dari tempat duduknya dan menepuk pundak Ryosuke perlahan.

“Tenanglah... ini hari keberuntunganmu... kau akan menikahi gadis secantik Kawashima-san loh, berbahagialah! Sudah begitu, kau tidak perlu menunggu sampai 9 bulan untuk punya anak...hebat kan?” Yuto lagi-lagi nyengir kuda. Ryosuke mengangkat kepalanya lalu menatap pemuda itu kesal.

“Sudah kubilang, Umika itu tidak hamil...”

“Yama-chan...Yama-chan...ckck!”Yuto geleng-geleng. “Menyangkal wanita hamil itu tidak baik loh, apalgi dia calon istrimu...”

“Tapi dia memang tidak hamil Yuto! Aku menyangkal apanya?!”Ryosuke berdesis, namun dengan intonasi tinggi. Yuto hanya tersenyum manis.

“Aku mengerti, kau sedang gugup sekarang. Seharusnya aku tidak membicarakan ini, ne?” pemuda itu memamerkan deretan giginya. “Hai..hai..”

Ryosuke mendidih. Namun mengingat posisi mereka saat ini adalah didalam ruang ganti yang tidak kedap suara dan ada banyak orang diluar yang bisa mendengar teriakan kesakitan Yuto ketika ia menggeplak kepala pemuda itu, Ryosuke memutuskan untuk tetap tenang dan tak lagi mengacuhkannya. Lagian, ini kan Yuto. Tidak akan ada bedanya jika mengatakan kebohongan atau kejadian sebenarnya padanya. Pemuda itu akan selalu lebih mempercayai cerita yang tidak waras dibandingkan yang normal. Beda kalau yang mengiranya benar-benar menghamili anak orang adalah orang tuanya.

BRAKKK

“Aku tidak terima!”

Bunyi debaman pintu dan kalimat protes menjadi pengantar kemunculan Chinen Yuri dalam ruangan kecil berpenghuni 2 manusia itu. Ryosuke dan Yuto hanya memandang pemuda di depannya dengan alis terangkat.

“Ha?”

“Aku tidak terima dia jadi pendamping priamu..” Chinen menunjuk Yuto dengan telunjuk kanannya sementara matanya menatap Ryosuke. “Seharusnya aku! Pendamping wanita kan Mirai-chan..”

“Ha?” kali ini Yuto yang berekspresi kaget.

“Tunggu-tunggu Chii, aku nggak ngerti...” kening Ryosuke sedikit berkerut. “Jadi kau mau jadi pendamping pria karena pendamping wanitanya Mirai?”

“Tentu saja! Banyak romansa yang terjalin antara pendaping pria dan wanita. Kalau di film-film, biasanya setelah pengantin, pasangan pendamping pria dan wanita yang akan mengikuti pernikahan mereka..”

“Film? Apa coba?” tanya Yuto, mengetes. Chinen berpikir sejenak.

“Uhm..Made of Honour misalnya...”

“Made Of Honour?” Ryosuke memiringkan kepalanya. “Bukannya di film itu pendampingnya malah menikah sama pengantin wanitanya ya?”

“Masaka! Chinen mau merebut kawashima Umika dari yama-chan!”

Kepala Yuto sukses tergeplak tangan Chinen.

“Hanya Mirai-chan pemilik hatiku..” Ujarnya dingin. “Tadi itu kebetulan saja aku lupa judul filmnya... tapi emang benar ada kok. Ceritanya—“

“Sudah-sudah! Ngapain sih kita ngomongin film? Nggak guna banget!” Ryosuke berdiri lalu merapikan jas hitamnya. “Terus Chii, kamu kok bisa kesini. Bukannya kamu koodinator untuk persiapan altar ya ?”

“Iya juga ya...”Chinen mengangguk. Namun sedetik kemudian pemuda itu memukul jidatnya. “Aku lupa! Aku disuruh datang untuk manggil kalian. Uapacara pernikahannya akan dimulai...”

“EHH?” Yuto dan Ryosuke kompak menggeplak kepala pemuda mini tadi, balas dendam. “Baka!”

Chinen nyengir lebar sebelum ikut lari bersama kedua temannya.

*****

Alunan musik mulai terdengar, secara tidak langsung memberikan kode nonverbal bagi Ryosuke untuk berbalik dan menyambut sang pengantin wanita. Samar, sudut mata pemuda itu bisa melihat Yuto tengah nyengir heboh menatapnya. Namun perhatian singkatnya pada Yuto kemudian teralih sempurna ketika sosok gadis berwajah malaikat itu muncul di beberapa meter depannya.
Umika melangkah anggun bersama sang ayah yang berdiri disamping dan merangkulnya. Wajah gadis itu tertutup cadar, namun transparan. Cukup bagi kedua mata Ryosuke untuk bisa melihatnya. Ia cantik. Sangat cantik. Lebih cantik dari apapun yang pernah tertangkap matanya di dunia ini. Dan sontak, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Kawashima Yuya melepaskan tangan putri semata wayangnya dan memberinya kepada Ryosuke. Pria itu lalu bergerak ke tempat duduknya di barisan depan kanan, sementara Umika dan Ryosuke sudah berbalik dan bertatap muka dengan pemimpin upacara pernikahan mereka, imam—yang adalah aktor sewaan Umika.

Selama upacara berlangsung, Umika dan Ryosuke hanya saling melirik. Sedetik, Umika dengan sudut matanya mengamati pemuda itu dan sedetik kemudian gantian Ryosuke yang melakukannya. Jujur, hari ini keduanya memang merasakan ada sesuatu yang berbeda dari pasangan masing-masing. Dan sesuatu itu entah kenapa menarik mereka, membuat mereka merasa nyaman satu sama lain, serta menciptakan kebahagiaan tentu saja.

“Yamada Ryosuke...” Sang imam mengagetkan keduanya dengan panggilan tadi. Ryosuke langsung fokus sepenuhnya pada imam palsu itu, menyadari ini adalah puncak aktingnya selama ini. Sebab, setelah pernikahan ini selesai, ia akan kembali kepada kehidupannya yang aman dan tentram.
“Bersediakah kau menerima Kawashima Umika sebagai istrimu, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan kalian?”

“Aku bersedia...” Ryosuke menjawab mantap. Ada sedikit keyakinan yang bisa dirasakan pemuda itu saat 2 kata tadi terlontar, yang sekaligus mempercepat kerja jantungnya lagi, entah karena apa.

Pandangan imam itu lalu berpindah kepada Umika. “Kawashima Umika... Bersediakah kau menerima Yamada Ryosuke sebagai suamimu, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, hingga maut yang memisahkan kalian?”

“Aku bersedia...” gadis itu tersenyum.

Sang imam palsu membalas senyumannya “Kunyatakan kalian berdua sebagai suami istri..”dan kemudian melemprakan pandangannya kepada Ryosuke. “Kau boleh mencium pengantinmu...”

Bola mata Ryosuke membulat sempurna mendengar kalimat tadi. Perasaan di skenario mereka tidak ada adegan ciuman deh. Dengan wajah kaget tentu saja, pemuda itu memutar tubuhnya menghadap Umika yang ternyata sudah terlebih dahulu melakukan hal yang sama. Gadis yang ditatap tersenyum kecil.

“Kau tidak bilang aku harus menciummu kan?!” pemuda itu mendesis dengan suara super pelan. Senyum palsunya ikut terulas.

“Aku baru kepikiran tadi pagi... sudah, lakukan saja! Kita harus membuat pernikahan ini terlihat se-real mungkin...”balas Umika tak kalah pelan. Ryosuke meringis.

“Kau yakin?”

“Iyaa! Lakukan saja. Aku sudah sering akting begini di dorama, jangan pedulikan aku...”Umika makin kukuh.

Yuto dan Mirai yang kini berdiri masing-masing di belakang Ryosuke dan Umika sudah saling melempar senyum, menantikan bagaimana sang kakak dan sahabat itu akan memberikan ciuman mautnya pada sang istri. Karena keduanya tahu, Umika adalah gadis pertama yang dicium pemuda itu dan yang ternyata bisa menghasilkan hubungan yang bertahan selama ini.

Yang tidak mereka tahu, ciuman Ryosuke kali ini adalah ciuman pertamanya.

Masih berwajah susah, Ryosuk lalu mengangguk kecil. Tanpa menunggu perintah kedua, pemuda itu perlahan mengangkat cadar Umika, mencondongkan tubuhnya, menyentuh pipi kiri Umika dengan tangannya dan pelan-pelan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Diperlakukan seperti itu, Umika tiba-tiba jadi salah tingkah. Tak disangkanya, akting pemuda itu terasa begitu nyata. Jantungnya terus berdegub kencang seiring wajah Ryosuke mendekat padanya. Tak mampu berbuat apa-apa karena debaran jantungnya yang tak lagi terkendali, Umika hanya bisa memejamkan mata. Nafas hangat pemuda itu mulai dirasakannya ketika jarak mereka nyaris tak terpisah apapun. Hingga sepersekian detik kemudian, bibir keduanya bertemu. Umika ikut membalas ciuman Ryosuke yang lembut dan lama. Dan setelah 10 detik nafas keduanya bertemu, Ryosuke menarik wajahnya. Matanya yang coklat cemerlang menatap gadis beriris hitam didepannya sambil tersenyum. Agak miris memang, tapi tetap tak bisa menutupi kebahagiaan hatinya yang meluap-luap—entah kenapa. Umika ikut tersenyum, merasakan hal yang sama. Jantungnya bahkan nyaris pecah saking aktifnya bekerja.
Pasangan itu lalu bergandengan tangah dan siap bergerak meninggalkan altar. Namun pemandangan didepan sedikit menghentikan keduanya.

Tidak ada satupun dari barisan di depan mereka yang berdiri untuk menyirami mereka dengan kelopak bunga dan serpihan kertas berwarna saat mereka berarak keluar nanti. Semua undangan—yang adalah kedua orang tua Umika, Chinen, Suzuka, dan manager Umika serta beberapa orang yang tak Ryosuke kenal masih terpesona akut setelah menyaksikan adegan ciuman dua orang tadi. Tak pernah terbersit dalam pikiran masing-masing kalau ciuman pernikahan Ryosuke-Umika bisa sebegitu epiknya.

“Ryosuke hebat...” Suzuka menggumam pelan hingga hanya Chinen disampingnya yang bisa mendengar. Chinen mengangguk sistematis.

“Wajar saja kalau Umika hamil ya..”

Gantian Suzuka yang mengangguk.

Jeda keterpesoanaan beberapa manusia tadi itu terhenti setelah beberapa detik. Chinen dan Yuya yang sama-sama duduk di ujung bangku masing-masing segera mengangkat keranjang kecil berisi kelopak bunga dan menaburkannya keatas, memberi isyarat bagi pasangan pengantin baru tadi Untuk melangkah. Sambil menggenggam tangan istrinya, Ryosuke kemudian mengajak gadis itu untuk berlari kecil. Sesuai skenario, semua yang hadir  langsung melakukan hal yang sama seperti Chinen dan Yuya tadi sehingga kelopak-kelopak bunga yang berjatuhan menghujani keduanya.
Umika dan Ryosuke terus berlari. Hingga ketika tiba di pintu buatan dari bunga dan dedaunan pohon, Umika berhenti. Sesuai tradisi, gadis itu lalu melemparkan bunga mawar putih yang dipegangnya ke belakang. Targetnya, tentu saja 3 gadis di belakangnya yang nampak bersemangat, Mirai, Suzuka, dan managernya Irie Saaya. Namun harapan ketiganya harus buyar ketika rangkaian bunga itu jatuh ke tangan orang lain. Orang berpostur paling tinggi diantara semua manusia di tempat itu.

Yuto Nakajima menatap kekasihnya sambil nyengir lebar. “Sepertinya yang akan menikah selanjutnya kita deh Suzu-hime...”

BUK!

*****

“Mirai dimana?”

Umika berbalik, menyadari pertanyaan tadi ditujukan padanya. Di belakang, tengah berdiri Ryosuke, suami resmi-bohongannya masih dengan setelan jas lengkap. Gadis itu sendiri juga belum menanggalkan gaun pengantinnya.

“Tadi duluan ke kamarnya...” jawab Umika sambil menjatuhkan dirinya di sofa. Ryosuke ikut melakukan hal yang sama.

“Sou kah? Sa, kalau begitu malam ini kau tidur di kamarku saja. Biar aku di kamar orang tuaku...” ujarnya. Memang, hari ini sesuai wasiat kedua orang tuanya serta sebagai cara melindungi kepalsuan hubungan mereka untuk tidak terbongkar, Umika diharuskan untuk menginap di rumah Ryosuke. Ceritanya ya malam pertama gitu. Namun, sayangnya, meskipun Umika harus bermalam di rumah Ryosuke hari ini, tidak akan ada malam pertama bagi keduanya.

Umika mengangguk. Meskipun begitu, ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya. Soalnya, hari ini seharusnya menjadi malam pertamanya kan? *A/N: gampar Umika!! XD*

Ryosuke tersenyum kecil walau dalam hati merasakan hal yang sama. Tapi, pemuda itu kan sudah berjanji untuk cukup memberikan bantuan semaksimal yang dia bisa, bukannya mengambil keuntungan dari jenis bantuannya itu. Jadi secara tidak langsung, meskipun kini keduanya berstatus suami-istri ia tetap tidak punya hak untuk menyentuh Umika. Kecewa memang, tapi mau bagaimana lagi.

“Aku bereskan kamar dulu, sekalian ngambil piyama untukmu...” Ryosuke bangun dan bergerak menuju kamarnya. Umika mengikutinya dari belakang. Tujuannya tak lain adalah untuk obeservasi, kira-kira seperti apa kamar Ryosuke sebenarnya.

“Kamarmu rapi... mau beresin apanya?” celetuk gadis itu setelah memasuki kamar Ryosuke. Pemuda yang ditanyai hanya tersenyum kecil sambil mengambil sebuah piyama kotak-kotak berwarna merah-putih dan menyerahkannya pada Umika.

“Yaah... apa saja yang bisa diberesin..”jawabnya sambil juga mengambil sepasang piyama warna abu-abu untuknya. “Kau istirahatlah. Besok kita harus mengantar orang tuamu ke bandara kan?”

Umika mengangguk sambil ikut tersenyum. Tangan Ryosuke tiba-tiba saja bergerak untuk mengelus lembut puncak kepalanya. Sedetik berlalu dan pemuda itu baru menyadari kelakuan refleksnya. Entah apa yang bersarang dalam kepalanya yang memerintahkannya melakukan hal tadi. Sementara wajah Umika sudah memerah akibat tindakan manis Ryosuke.

Mulai gugup, pemuda itu segera menurunkan tangannya. “Aku..keluar sekarang. Oyasumi...”ia lalu memutar kenop pintu kamarnya, berharap bisa cepat-cepat keluar dari tempat itu.

Cklek

Tidak bisa.

“Eh?”

Ryosuke mencoba lagi, namun pintu kamarnya tetap tak bisa terbuka. Ditambah, kunci kamarnya pun telah raib entah kemana.

“EH??”

 “Nii-chan!! Nikmati malam pertamanya yo~” Dari luar terdengar seruan Mirai. Ryosuke sontak menyadari rencana gila dalam benak adiknya kini.

“Oi, Mirai! Jangan becanda ah, buka!” perintahnya. Yang terdengar hanya tawa cekikikan.

“Nggak usah malu-malu. Aku nggak bakal nguping kok.. Malam ini aku nginap di rumah Suzuka. Kalian bersenang-senang ya... Jaa ne..” terdengar langkah kaki menjauh. Dari dalam kamar Ryosuke dan Umika mulai panik.

“O-Oi! Mirai matte! Keluarkan aku! Mirai! Miraii!!”

Kembali terdengar bunyi langkah kaki mendekat. Ryosuke siap bernapas lega, mengira sang adik kembar telah berubah pikiran. Nyatanya, boro-boro! Yang ada malah Mirai kembali dengan ide gila baru.

“Rumah kukunci dari luar. Besok aku datang menjemput jam 7 yaa, jadi kuharap kalian sudah selesai dengan urusan kalian jam segitu. Ok? Jaa ne Nii-chan, Umika Nee-chan~” langkah kakinya kembali terdengar menjauh. Ryosuke dan Umika hanya bisa mangap.

“Ja-jadi...kita terkunci disini nih?” ujar Umika setengah ngeri. Sambil tersenyum miris, Ryosuke mengangguk. Keduanya spontan menatap tempat tidur Ryosuke. Ukurannya tak begitu besar karena memang didesain untuk memuat hanya satu orang.  Tapi herannya, ada 2 bantal dan taburan kelopak mawar disana.

‘Mirai...’pikir Ryosuke, baru menyadari bahwa adik kembarnya sudah merencanakan hal macam ini sejak lama. Pemuda itu lalu menatap Umika yang nampak tak tenang. “Kau tidur disini saja. Biar aku di lantai...”

“Demo.. ini kan..tempat tidurmu..”

“Daijoubu..” Ryosuke tersenyum kecil. “Aku nggak mungkin membiarkan cewek tidur di lantai kan?”kalimatnya terhenti sejenak. “Dan...tidak mungkin kita sekasur berdua..”

Gantian Umika yang tersenyum.

“Ma... kalau begini, terpaksa kita harus tidur dengan pakaian seperti ini ne..”Pemuda itu melirik setelan jasnya sambil tertawa kecil. “Nggak ada kamar mandi di kamarku soalnya...”

*****
BRUGH

 “Ittee!!” Ryosuke dan Umika berseru hampir bersamaan setelah tanpa sengaja tubuh Umika jatuh dari tempat tidur Ryosuke dan menimpa tubuh pemuda itu. Ditambah kondisi keduanya yang sebelumnya masing sangat amat terlelap tidak memungkinkan bagi mereka untuk mengambil tindakan antisipasi. Umika mengucek-ngucek matanya sebelum bisa melihat jelas siapa yang ditindihnya barusan. Dan ketika yang pertama kali ditangkap matanya adalah 2 bola mata coklat kembar bening milik Ryosuke serta wajah kaget sang pemuda, gadis itu buru-buru bangun dari posisi tengkurapnya tadi.

“Go-gomen...” ujarnya cepat. “Aku nggak sadar tadi. Habis tempat tidurmu kecil sekali sih, aku jadi nggak bebas bergerak..” jelasnya membela diri. Ryosuke manyun sedikit. Aura kaget yang tadi dibawanya seketika terganti rasa kesal.

“Tau deh tempat tidurmu luas...”ujarnya sakratis. Umika nyengir kuda sebelum mencubit kedua pipi pemuda itu, gemas dengan wajah kesalnya yang imut abis.

“Gomen..”

Dibegitukan, Ryosuke langsung mengangguk. Cowok mana coba yang tak luluh kalau pipinya di unyel-unyel gadis cantik macam Umika.

“Saa, sekarang—“

“Nii-chan, Nee—Ops!” Mirai yang membuka pintu kamar tadi secara tiba-tiba sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyaksikan adengan cubit-cubitan kakanya dan kakak iparnya tadi. “Wah... aku mengganggu yah?”

*****

“Aku tidak percaya harus meninggalkan putriku secepat ini...hiks!” Kawashima Yuya mengelap ujung matanya yang sedikit dibasahi tetesan air mata. Maklum, ayah satu anak ini memang sedikit merasa berat meninggalkan putri kesayangannya untuk pergi ke negeri sebrang. Namun kini, ia tetap bisa bernapas lega karena paling tidak sudah ada seseorang yang bisa menjaga putrinya tetap aman di Jepang.

“Tou-chaan…”Gadis itu memeluk Yuya lembut. “Jangan menangis ne? Aku akan baik-baik saja disini... kan ada Ryosuke...”

Pemuda yang disebutkan namanya hanya tersenyum. Yuya mengelus puncak kepala putrinya sebelum bergerak mendekati Ryosuke.

“Jaga putiku baik-baik ya... dan kalau bisa..” Pria itu nyengir kuda.”Segera berikan kami cucu...”

Ryosuke mangap beberapa detik, dilanjutkan anggukan ragu dan tawa mentah, mengingat tidak mungkin bagi pemuda itu untuk memenuhi apa yang diminta father in law-nya barusan.

“Umi-chan jaga diri ya...” Rubi mengecup kening putrinya lembut. “Kalau ada waktu, kunjungi Kaa-chan dan tou-chan di italy ne? Kami juga pasti akan sering menjengukmu dan Ryosuke-kun...”

“Hai, Kaa-chan... Kalian juga jaga diri loh...” Umika tertawa kecil. “Dan kalau kalian sudah siap punya cucu, hubungi aku ya. Akan kusiapkan..” gadis itu mengedipkan sebelah matanya. Rubi ikut tertawa dan melakukan hal yang sama.

‘penerbangan tujuan roma, Italia dengan nomor 223 akan segera berangkat. Para penumpang diminta—“

“Pesawatnya mau berangkat...” Yuya nyeletuk. Segera sang istri menyelesaikan pelukan perpisahannya bersama Umika lalu pindah ke Ryosuke. Setelah menyampaikan beberapa pesan, kedua suami istri itu lalu pamit kepada putri dan menantu mereka.

“Ah, Umichan...” Yuya berbalik setelah melangkah beberapa meter. “Kami lupa memberi tahu... Rumah kita sudah kaa-chan dan Tou-chan serahkan ke agen real estate untuk dijual. Jadi mulai sekarang, Umi-chan bisa tinggal bareng suamimu. Tenang saja, barang-barangmu sudah kami kirim ke rumah Ryosuke-kun tadi.” pria itu tersenyum, memamerkan deretan gigi-giginya. “Dan kami sudah mendaftarkanmu ke Horikoshi gakuen, tempat Ryosuke-kun bersekolah. Jadi kalian bisa selalu dekat setiap saat deh... dan Cepat berikan kami cucu yaa.. Jaa ne~”

Umika dan Ryosuke hanya bisa memandang pasangan suami istri yang kini telah melenggang pergi itu dengan mulut terbuka lebar.

“EHH?!”

//TBC//

Sabtu, 28 Juli 2012

[fic/on writting] Suddenly Merried - chapter 5

Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*



Chapter 5

“Kawashima Umika kenapa?” Chinen berdiri di depan keduanya dengan alis bertaut. Suzuka dan Yuto saling menatap lama sebelum buru-buru menggeleng.

“Tidaak~ siapa yang ngomongin Kawashima Umika...hehehe, iya kan Yuto?” Suzuka tertawa kikuk lalu buru-buru melemparkan pandangannya kepada sang kekasih, minta bantuan. Yuto sontak mengangguk mantap.

“I-iya... kami kan lagi ngomongin Ryosuke yang mau nikah..” setengah pede setengah ragu pemuda itu menjawab. Seketika tatapan membunuh Suzuka telak diarahkan padanya. Ekspresi wajah gadis itu seolah berkata ‘dasar bodoh! Apa yang baru saja kau katakan?!’.  

Tanpa menyadari perubahan ekspresi Suzuka, Chinen terbelalak. “Menikah? Ah, masa! Sama siapa?”tanyanya antusias. Suzuka memijat dahinya, frustrasi sekaligus kesulitan mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan manusia didepannya. Terima kasih untuk Yuto, kekasihnya tersayang yang sukses menghancurkan rencana menutupi berita Ryosuke-Umika ini. Sementara, sang kekasih yang butuh nyaris 5 detik untuk menyadari kata-kata apa saja yang baru saja dilontarkannya, hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangan sambil menatap Suzuka takut-takut.

“Ne, ayo katakan.. Kalian curang ah! Ne, Yuto.. Suzu..” Chinen melepaskan serangan puppy eyes-nya yang terkenal bisa meluluhkan hati siapapun yang melihat. Sesuai kepopulerannya tentu saja, Yuto dan Suzuka langsung luluh. Meskipun begitu, ada sedikit tembok keras dalam hati masing-masing—terlebih Suzuka yang masih berdiri untuk melindungi informasi seputar pernikahan Ryosuke. Karena jauh didalam lubuk hati, mereka yakin, jika sampai Chinen mendengarnya, bumi mungkin saja akan berhenti berputar. 

“Itu...Ryosuke...” Suzuka duluan bicara. Antisipasi, agar Yuto tak lagi membuka suara. Berdasarkan sejarah kejadian barusan, bocornya masalah pernikahan Ryosuke inipun adalah akibat ketidakmampuan kekasihnya tersayang untuk menjaga bicaranya. “Ryosuke emang mau nikah sih, cuma...”

“Cuma..?” Chinen membeo ucapan Suzuka.

“Cuma..”

“Cuma drama!” Yuto spontan menyabotase jawaban Suzuka. Pemuda itu nyengir miring.”iya..Gini loh, Ryosuke baru-baru ini terpilih untuk jadi pemeran utama dalam sebuah dorama terbaru... nah, ceritanya, dia harus menikah karena udah hamilin anak orang..,mirip-mirip 14 sai no haha gitu. Iya kan Suzu-hime?”

Suzuka menatap kekasihnya itu lama sekaligus terkesima dengan jawabannya yang briliant. “Hai! Hai! Itu cuma drama, iya!” gadis itu tersenyum cerah, lalu berbisik super pelan hingga Chinen sama sekali tidak bisa mendengar mereka. ‘kerja bagus Yuto! I love you!’. Yuto hanya kesemsem.

“Sugee!” Chinen kagum. Ekspresi wajahnya tak kalah cerah dibanding senyum Suzuka. “Aku nggak tahu Ryosuke minat akting juga. Terus, lawan mainnya siapa nih?”

Pasangan OhgoJima terdiam. Kali ini lebih lama dari sebelumnya. Keduanya baru sadar, ‘sebuah drama’ bukanlah alasan bagus untuk mengatakan pada Chinen bahwa Ryosuke dan Umika akan menikah. Ini Chinen Yuri loh. Dan bagi seorang Chinen Yuri, tidak akan ada alasan yang tepat untuk membuatnya menerima berita penuh marabahaya tadi.

Terdiamnya Yuto dan Suzuka dalam jangka waktu yang relatif lebih lama ternyata menimbulkan kecurigaan. Dengan salah satu alis terangkat, Chinen menatap sepasang manusia itu lekat-lekat. Sorot matanya mengandung ketidakpercayaan sekaligus rasa nyaris meledak yang merayap pelan-pelan.

“Jangan bilang kalau lawan main Ryosuke adalah Kawashima Umika.”

*****

“HACHII! HACHII!! HACH..HACH..HACHUII!!” setengah cemberut, Ryosuke menggosok-gosok hidungnya. Capek juga sih, bersin-bersin mulu. Sementara tak jauh dari tempatnya berdiri, Kawashima Umika yang sejak tadi tengah melihat-lihat beberapa jenis gaun pengantin dalam majalah sontak mengalihkan perhatiannya kepada pemuda tersebut.

“Daijoubu ka?” tanyanya sedikit khawatir. Maklum, berhubung 2 hari lagi mereka akan mengikat janji sebagai sepasang suami-istri—bohongan, Umika merasa sudah sepantasnya melakukan tugas dasar seorang calon pengantin wanita yakni menjaga kesehatan pasangannya, atau dalam hal ini memastikan calon suami bohongannya tidak menderita penyakit apapun yang bisa mengagalkan rencana pernikahan mereka.

Ryosuke menoleh ke arah gadis itu. “Daijoubu..”senyum tipisnya terulas, kali ini mengakibatkan munculnya rona kemerahan di kedua pipi Umika.

“So-sou kah...” balasnya setengah gugup. Entah kenapa setelah mendengar pernyataan tegas Ryosuke yang bersedia dengan sepenuh hati menuruti kemauannya, saat ini nyaris selalu muncul getaran-getaran aneh dalam diri Umika setiap kali pemuda itu tersenyum ataupun bersikap manis padanya. Bahkan terkadang, suara hatinya bisa jejeritan heboh ketika tahu perlakuan Ryosuke yang lembut hanya ditujukan padanya.

“Ne, Kawashima-san...” sang pemuda berpindah dari tempatnya lalu mengambil tepat di samping gadisnya itu. “Ngapain?”

“Nyari gaun pengantin..”jawab Umika tanpa melihat kesampingnya. Ryosuke sontak mengerutkan alis.

“Gaun? Kita mau menikah resmi ya? Di gereja?”

Umika memutar bola matanya sehingga bisa melihat Ryosuke dengan jelas. “Tentu saja. Pertanyaanmu aneh ah!” gadis itu kembali sibuk dengan majalahnya sementara Ryosuke makin ternganga.

 “Bukannya kita cuma ke catatan sipil ya?!” pemuda itu makin gusar. “Kalau acaranya sampai se-spesial itu, aku tidak mau ah!”protesnya. Umika sontak menatapnya kaget.

“Kau gila! Tinggal 2 hari lagi kita menikah, dan kau mau membatalkannya?” Umika ngamuk, seolah pernikahan yang rencananya akan berlangsung dalam 2 hari lagi itu benar-benar merupakan sebuah pernikahan yang sah. Ryosuke saja kaget dengan reaksi super serius gadis itu. “Kau tidak memikirkan bagaimana nasib jabang bayi kita, hah?!” gadis itu menambahkan lagi. Kali ini, Ryosuke mangap makin lebar.

“Jabang bayi apaan?! Sejak kapan kita punya anak?!” Ryosuke balas ngamuk, jelas tidak setuju dengan alasan asalnya barusan. Umika cemberut sebentar, namun tiba-tiba saja sudah merangkul lengan kanan Ryosuke dan menariknya kedalam pelukannya. Kepalanya bersandar manja di bahu pemuda itu.

“Gomen ne, Ryosuke... aku kan kaget saja kau tiba-tiba menolak untuk menikah denganku... padahal orang tuaku sudah merestuimu...”jelasnya dengan suara pelan dan lembut. Namun sedetik setelahnya, gadis itu baru menyadari tindakan mesra yang dilakukannya pada Ryosuke tadi. “Go-gomen...”

Wajah Ryosuke memerah, ikut terpengaruh. Jarang-jarang Umika bersikap manja padanya. Meskipun begitu, ketika saatnya tiba, Ryosuke tidak dapat menyangkal, ia merasa senang. Ada semacam getaran-getaran asing yang menjalari tubuhnya, membuatnya gemetar bimbang sekaligus bahagia di saat yang bersamaan. Kok rasanya ‘surga’ banget gitu. Well, siapa juga pria yang tidak senang dipeluk dan dijadikan sandaran gadis super unyu macam Umika. Ribuan pria diluar sana mengantri hanya untuk memperoleh foto ataupun tanda tangannya. Nah, Ryosuke ini berhasil dipeluknya loh! Kan berkah!

“Demo, Kawashima-san...” Ryosuke menghela nafas. “Kan dosa kalau kita sampai pura-pura menggelar Upacara pernikahan yang sakral begitu. Aku nggak enak banget kalau harus mengikat janji palsu depan altar...”

“Ck, Ryo-chan...” Umika geleng-geleng. “Aku juga gak mungkin melibatkan Tuhan dalam kepura-puraanku. Entar aku kena karma lagi...”

“Terus?” wajah polos nan imut Ryosuke kemudian terpampang. Umika sudah jejeritan heboh dalam hati menerikan nama pemuda itu.

“U-untuk tempat acara, kupilih di taman biar gak sakral-sakral amat..” Mata Umika terus memperhatikan wajah maha imut pemuda didepannya sementara otaknya mentransisikan pikirannya menjadi sebuah jawaban dan hatinya terus menyoraki Ryosuke. “terus imamnya juga, aku tidak minta imam beneran. Menejerku menyewa aktor untuk pura-pura jadi pemimpin upacara pernikahannya nanti...”

“Demo...”

“Sudahlah Ryosuke, terima saja. Gak dosa kok!” Lama-lama, Umika jadi panas juga. Butuh waktu sekitar 5 menit bagi pemuda itu sebelum akhirnya ia mengangguk. Umika tersenyum.

“Kalau begitu sekarang temani aku nyari baju ya?” gadis itu menarik lengan Ryosuke untuk bergerak bersamanya keluar rumah. Ryosuke hanya berwajah bingung.

“Eh?”

*****
“Oni-chan?” Mirai memiringkan kepalanya ketika tak sengaja melihat satu-satunya saudara yang dimilikinya bersama satu-satunya perempuan yang sempat menjadi orang paling dibencinya tengah bergerak memasuki sebuah butik khusus gaun pernikahan mewah tak jauh di depan. Cepat-cepat gadis itu mengekori.

Umika mulai memilih beberapa gaun dan menunjukannya kepada Ryosuke. Keduanya nampak bercakap-cakap, mendiskusikan setiap gaun yang dipilih Umika apakah akan cocok dengan gadis itu atau tidak, meskipun jawaban yang Ryosuke berikan mayoritas adalah gelengan kepala dan kata ‘tidak’.

“Mau fitting gaun pengantin ya?? Ciee... yang mau nikah bentar lagi...” Sosok Mirai tiba-tiba saja muncul tepat di belakang kedua manusia tadi. Umika dan Ryosuke tersentak kaget dan langsung menoleh ke sumber suara barusan.

“Mirai-chan?!” Ryosuke nampak shock melihat adik kembarnya sudah senyum-senyum tak jelas kepadanya dan juga pada...Umika? kok bisa? Bukannya dia membenci gadis itu?

“Gaunya bagus, cuma sepertinya belahan dadanya terlalu rendah... kurasa tidak cocok untukmu nee-chan...:” Mirai mengabaikan ucapan bernada tanda tanya kakaknya barusan dan malah ikut memperhatikan gaun yang dipegang Umika. Pasangan Umika-Ryosuke hanya bisa mangap.

“Nee-chan?”

Mirai tersenyum manis kepada gadis itu. “Un! Berhubung 2 hari lagi margamu sudah berganti menjadi Yamada, kurasa aku harus mulai memanggilmu nee-chan, deshou?”

“Jadi kau menyetujui pernikahan kami?” setengah tidak percaya setengah ngeri Ryosuke bertanya. Mirai serketika mengangguk sambil memasang cengiran lebarnya.

“Yatta!!” Umika yang tadi bersorak heboh langsung menggenggam kedua tangan Mirai sambil tersenyum senang. “Sudah kuduga kau akan menyetujuinya, Mirai! Ne, berhubung kau sudah ada disini, ayo kita sekalian pilihkan gaun untukmu. Tentu kau akan jadi pendamping pengantinku kan?”

“WOAA... mochiron! Aku juga akan membantu memilihkan gaun pengantin yang bisa membuat penampilanmu secantik malaikat...” Mirai bersemangat. Keduanya lalu mulai memilah-milah baju mana yang cocok sambil berdiskusi heboh. Aura kegembiraan dan semangat membara terpancar dari keduanya, berbeda dengan aura suram nan redup yang meliputi manusia di samping mereka.

Ryosuke hanya bisa mangap, entah untuk kali yang keberapa.

*****

“Ryosuke...”
Satu panggilan lembut mengagetkan Ryosuke yang kini tengah setengah tertidur menunggu di sofa putih sebuah butik terkenal. Mengingat sudah hampir 2 jam pemuda itu menunggu sang ‘kekasih’ dan sang adik kembar memilih-milih gaun pernikahan mereka, wajar saja kalau detik ini Ryosuke ditemukan sudah menutup penuh kelopak matanya dan siap mengembara ke alam mimpi kalau saja suara manis seorang Kawashima Umika tidak mengagetkannya.

“Apa?!” pemuda itu menoleh ke belakang, setengah penasaran setengah kesal karena tidurnya diganggu. Namun, pemandangan di belakang sukses membuatnya terpana.

Kawashima Umika—calon istri palsunya tampil sangat cantik dengan sebuah gaun putih polos panjang tanpa lengan membalut tubuhnya. Modelnya yang jatuh mengembang memang sangat cocok dengan bentuk tubuh Umika yang rada mungil. Rambutnya diangkat dan dipakaikan mahkota keperakan dengan selubung putih transparan menutupi dari setengah bagian rambutnya hingga jatuh menjulur bersama gaunnya. Wajahnya dipoles make up, minimals namun benar-benar menunjukan kecantikannya yang nautral. Sosok pengantin wanita yang diidampkan pria manapun di seluruh dunia. Sesaat, Ryosuke berpikir ialah pria paling beruntung didunia karena berhasil ‘menikahi’ gadis bewajah malaikat tersebut.

“Gimana Nii-chan? Kirei deshou?” Yamada Mirai muncul dari balik punggung Umika sambil tersenyum lebar. Gadis itu nampak tak kalah menawan dengan balutan gaun kuning muda 5 senti diatas lutut yang nampak indah, cocok dengan auranya yang yang juga cerah. Sebelah matanya dikedipkan, memberi isyarat pada sang kakak untuk bereaksi. Wajah Ryosuke memerah.

“U-Un...” pemuda itu mengangguk, seketika membuat Umika ikut memerah. Malahan sekarang gadis itu jadi tak berani memandang pemuda didepannya. Mirai tertawa licik.

“Nii-chan memerah! Ah, Umika mo!!” goda gadis itu. Sontak kedua manusia yang namanya tersebut tadi menunduk malu-malu menyembunyikan rona kemerahan wajah masing-masing.

“Ka-kalau bagus, kuambil yang ini saja...” Umika sontak kembali berlari masuk ke dalam ruang ganti. Mirai tertawa lagi, lalu mengikuti gadis itu, meninggalkan Ryosuke yang masih terpana di luar. Pemuda itu menyentuh dada kirinya yang bergetar hebat oleh deguban jantungnya.

‘apa lagi ini?’

*****

“Bagus ya...”

Chinen melipat tangannya di dada dan menancapkan tatapan membunuh kepada eksistensi beriris coklat yang baru memasuki kediamannya 10 detik lalu. Yamada Ryosuke sontak mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kaget melihat sahabatnya yang mini itu bisa ada dirumahnya.

“Chii?! Loh, masuk lewat mana kamu?”tanyanya heran. Chinen masih menatapnya tajam. Apalagi setelah satu eksistensi lain berjenis kelamin berbeda namun berwajah nyaris sama dengan Ryosuke tadi ikut memasuki rumah.

“Mirai juga! Kalian sepakat menyembunyikan hal ini dariku yah?” seru pemuda iti kesal. Mirai ikut mengangkat alis.

“Menyembunyikan apa?” tanyanya tak kalah bernada kesal. Chinen manyun.

“Nggak usah pura-pura...”

“Pura-pura apa sih?! Kau aneh!” nada suara Mirai makin tinggi. Gadis itu cepat-cepat berjalan melewati Chinen memasuki kamarnya. Tatapan membunuh Chinen lalu pindah ke Ryosuke.

“Semua gara-gara kamu!” Chinen menunjuk Ryosuke dengan dagunya. Pemuda itu mengerutkan kening.

“Apanya sih?! Kau yang aneh, tiba-tiba muncul di rumahku dan marah-marah. Lihat, Mirai jadi ngambek kan?! Gara-gara siapa coba?!” Ryosuke balas mengomel.

“Ya gara-gara kamu!”

“Kok aku?”

“Kau ingin menikah dengan Kawashima Umika kan?!” Chinen menyipitkan matanya. Ryosuke sontak menahan nafas.

“Ta-tau darimana?” bisiknya super pelan, namun sayang berhasil terdengar oleh Chinen. Pemuda itu tersenyum sakratis.

“Mereka!” Chinen menunjuk ke dapur. “Oi kalian berdua keluar!”perintahnya. Dalam hitungan detik, pasangan Ohgo Suzuka-Yuto Nakajima sudah keluar dari dapur keluarga Yamada dengan cengiran tertempel di bibir masing-masing.

“Okaeri Ryosuke...”Ucap keduanya bersamaan. Tatapan membunuh kini berpindah dari Chinen ke Ryosuke menjadi Ryosuke ke Yuto dan Suzuka. Suzuka secepat mungkin geleng-geleng.

“Bukan aku!” telunjuknya diarahkan ke kiri, posisi kekasihnya berada. “Dia!”

Yuto cengengesan, tidak berani mengumbar alasan bagi Yamada—mengingat setiap kata yang keluar dari bibirnya hari ini berimbas bencana. Sumpah, Yuto tobat di-death glare Suzuka tercintanya. .   

Ryosuke menghela nafas. Tatapannya kembali pada Chinen.

“Chii, dengar dulu... aku...”

“Katanya kamu udah bikin Umika hamil ya?” Chinen memotong, kali ini nadanya tajam. Ryosuke menggeleng cepat.

“Tidak! Itu cuma kesalahpahaman Suzuka saja!”

“Kok aku sih?” Suzuka menyambung.

“Kamu kan yang bilang Umika hamil?”

“Habis ngapain kamu mau cepat-cepat menikah kalau pacarmu tidak kenapa-kenapa?”

“Itu karena...” kalimat Ryosuke tersendat sejenak. Pemuda itu ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau semua heboh pernikahan ini hanya pura-pura belaka. Kesannya, ia jadi tak setia dengan perjanjiannya dengan Umika. “Karena...aku...”

“Kau menghamili Umika!”

“Tidak! dengar dulu! Sebenarnya pernikahan kami ini cuma...”

“Ryo-chan konbanwa!!” satu sosok baru tiba-tiba memasuki rumah. Empat eksistensi yang baru saja perang heboh langsusng menghentikan kegiatan mereka dan menatap sang gadis. Umika nampak kebingungan melihat 3 manusia yang sama sekali tak dikenalanya tengah ribut-ribut dengan calon suaminya. “Eh? Aku...mengganggu ya?”tanyanya pelan.

“Umika kawashima-chan...” Chinen menggumam terpesona. Semburat merah muda muncul di kedua pipinya, membuat wajahnya yang sudah super imut naik pangkat jadi super duper imut. Namun, pemandangan ‘blushing Chinen’ tak berlangsung lama, sebab 2 sekon setelahnya, pemuda itu sudah mendaratkan tatapan tajam menusuk ke arah Ryosuke. Satu tangannya yang terkepal diangkat, siap meninju sementara kakinya sudah bergerak mendekati sang pemuda yang disebutkan namanya tadi. “Ryosuke!! Beraninya kau menghamili Kawashima Umika-chan yang seperti malaikat ini!!!” serunya sambari menerjang Ryosuke dengan pukulan mautnya. Tak tahu harus bereaksi apa, Ryosuke hanya bisa menutup mata sementara pasangan Ohgojima telah berpelukan heboh saking ngerinya.

BUKK!

“Eh?” sebelah alis Ryosuke terangkat ketika menyadari tinjuan Chinen tidak mendarat di wajahnya, melainkan di tembok tepat di sebelahnya.

“Rasakan! Kau mau lagi huh?!” Chinen kembali meninju tempat yang sama. Bunyi pukulan maha dashyat tadi kembali menggema, membuat telinga mana saja yang mendengarnya jadi ngeri. Chinen berhenti sejenak, wajahnya diam-diam ditolehkan ke pintu kamar Mirai.

Siiiiing...........................

Tidak ada reaksi. Pemuda itu kembali mendaratkan tinjuan yang berbeda, sementara lewat gerakan bibirnya, ia memberi isyarat pada Ryosuke untuk pura-pura berteriak kesakitan. Heran dan tentu karena takut ditinju betulan karena tidak mau mengikuti perintahnya, Ryosuke sontak menurut.

“AAh! Sakit! Chinen hentikan!”

Chinen melayangkan tatapannya ke pasangan Ohgojima. Mengerti, kedua manusia itu ikut melengkingkan teriakan.

“Chii! Sudah hentikan! Ryosuke bisa mati!!”

“Chii! Kau membuat wajah Ryosuke jadi jelek kalau babak belur seperti itu!”

Tinjuan Chinen terhenti, begitu pula teriakan Ryosuke dan Suzuka. Semua mata menatap aneh pada Yuto yang baru saja melontarkan kata-kata tadi. Takut, Pemuda itu langsung berwajah anak anjing yang minta makan. Cengiran mentahnya sedikit terulas.

“...Nanti kawashima-san tidak mau menikah dengannya...”

BRAKK!!

Pintu kamar Mirai dibanting keras. Gadis itu keluar dari kamarnya dengan wajah marah yang kentara jelas. Semburan api yang menyala-nyala seolah dapat terlihat keluar dari belakangnya. Matanya menatap tajam. Selidik punya selidik, ternyata kalimat terakhir yang dilontarkan Yuto tadi berandil besar dalam keluarnya gadis manis itu dari kamarnya.

“Tidak ada yang boleh menggagalkan pernikahan Nii-chan ku!” Mirai melangkah pelan mendekati 4 manusia tadi. Tatapan tajamnya yang siap membunuh membuat Chinen, Ryosuke, pasangan Ohgojima dan Umika bergetar ketakutan. Meskipun begitu, tatapan tadi ternyata hanya ditujukan kepada sang kekasih yang memiliki postur terkecil diantara semua pria yang ada.
Mirai berhenti tepat di depan Chinen. “Kau pikir siapa dirimu sampai berani-beraninya menghajar Nii-chanku dan membuat wajahnya jadi jelek sehingga Kawashima Umika tidak ingin menikah lagi dengannya?! Huh?!” Mirai mengancungkan telunjuknya di depan wajah Chinen. “Dengar ya! Meski kau membuatnya babak belur sekalipun, ketampanan Nii-chanku tetap tak akan pudar! Dia itu ketampanan abadi, tau kau! Iya kan Ryosuke-nii?” gadis itu menoleh ke arah kakaknya di samping. Matanya sontak membulat sempurna ketika mendapati wajah sang kakak masih aman tanpa ada bekas-bekas hantaman seperti yang dibayangkannya.. “EH?! Nii-chan wajahmu...” pandangan Mirai lalu berlih ke tembok di samping sang kakak yang terdapat sedikit bekas noda darah lalu ke punggung tangan Chinen yang memerah dan juga sedikit berdarah.  “Chii..”

Tubuh pemuda yang dipanggil tadi langsung merosot ke tanah. Dalam keadaan duduk, Chinen meratap. “Ternyata Mirai-chan memang jauh lebih mencintai Ryosuke dibandingkan aku. Padahal kukira, kalau kupukul Ryosuke, kau akan cemburu karena mengira alasanku menghajar Ryosuke karena aku tidak ingin dia menikah dengan Kawashima-san... ternyata aku salah. Pantas saja kau tidak pernah cemburu kalau aku membicarakan Kawashima-san. Selama ini kau memang tidak mempunyai perasaan apa-apa padaku...”

“EEH?” Kening Mirai berkerut. “Tunggu! Tunggu! Ada apa ini sebenarnya? Apa maksudmu aku tidak pernah cemburu pada Umika?”

“Habis... tiap kali aku fanboying-an Kawashima-san, Kau selalu tidak peduli. Kadang-kadang malah pergi. Padahal kukira, kalau aku terus-terusan membicarakan Kawashima-san, kau akan memarahiku dan menyuruhku berhenti. Gitu kan reaksi orang yang lagi cemburu? Dan kalau kau cemburu, berarti kau memang menyukaiku kan...”Chinen menjelaskan sambil manyun. Mirai menekan-nekan pelipisnya dengan 2 telapak tangannya yang terangkat.

“Kamu mikir apa sih?!” bentaknya kesal. “Siapa bilang aku tidak menyukaimu! Aku itu sangat menyayangimu bodoh! Kau pikir aku juga tidak cemburu apa, kalau setiap kali kencan kau selalu membicarakan Umika. Aku tuh hampir mendidih! Aku bahkan hampir menolak Umika untuk menjadi kakak iparku karena takut kau akan semakin tergila-gila padanya setelah tahu dia sedekat ini! AAh! Bodoh sekali! Dapat ide dari mana kau untuk membuatku cemburu?!”

Tanpa ba-bi-bu, Chinen langsung menunjuk Yuto dengan telunjuknya.

“Eh?”

“Yuto yang bilang cara cepat untuk tahu seorang gadis menyukai kita adalah dengan melihatnya cemburu...”

“Eh?”

“Baka!” Suzuka menggeplak kepala Yuto dengan tangannya. Yuto hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus bagian tubuh yang terpukul tadi.

“Gomen... aku sendiri nggak menyangka Chinen bakal mengikuti saranku... mana kutahu obsesinya dengan Kawashima Umika hanya alasan untuk membuat Mirai cemburu...”

“Chii juga bodoh!” Mirai ikut-ikutan menggeplak kepala Chinen. Sama seperti Yuto, Chinen hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus-elus bagian tubuh yang terpukul tadi.

Terpisah beberapa puluh sentimeter dari mereka, Ryosuke dan Umika nyaris tak bisa mengedipkan mata karena heran plus kaget akut dengan rentetan adegan-adegan tadi.

“Cinta itu rumit ya...” Umika berbisik. Ryosuke hanya bisa mengangguk.
Bola matanya sedikit bergulir untuk melihat gadis disampingnya.   

//TBC//