Tittle : Something Behind Us
Cast : Yamada Ryosuke, Yamada Ichigo (OC), beberapa member HSJ jadi figuran
Genre : angst, *mungkin?*
Discl. : Saya memiliki Yamada Ichigo dan alurnya,, kalau Yamada Ryosuke serta para figuran dalam mimpi^^
Discl. : Saya memiliki Yamada Ichigo dan alurnya,, kalau Yamada Ryosuke serta para figuran dalam mimpi^^
SOMETHING BEHIND US
Sosok itu memandang ke depan nanar. Sesekali bahunya terangkat, menarik nafas pelan. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil, disusul tubuhnya yang berputar, meninggalkan ‘sesuatu’ itu.
Part 1
I wish that My name is not Yamada
Yamada Ichigo’s POV
”Ichigo, pr matematika...”
Suara itu. Hufff! Aku tahu dia akan datang. Tentu saja! Siapa lagi orang yang akan disuruh mengerjakan pr seorang Yamada Ryosuke kalau bukan Yamada Ichigo?
Ya! Yamada.Bukan keluarga, hanya Marga yang sama. Tapi merupakan satu alasan canggih yang bisa membuat Yamada Ryosuke memerintah Yamada Ichigo mengerjakan PRnya setiap hari. SETIAP HARI!!, bayangkan! Dan entah kenapa aku mau saja diperintah seperti itu. Maaf ya, semua bukan karena ayah Ryosuke adalah pemilik sekolah serta beberapa perusahaan besar yang tentu saja akan diwariskannya pada putra semata wayangnya itu. Hanya saja, ada hal lain. Entah apa kau menyebutnya. Tapi hal ini…baiklah aku jujur. Aku –uhuk- mm.. menyukai ryosuke. Siapa yang tidak? Maniak strawberry itu, Wajahnya sangat sangat tampan, tubuhnya atletis meskipun tidak begitu tinggi. Kaya Raya, Gaya bicaranya sopan, jagoan sepak bola, jago nyanyi dan dance pula. Apalagi yang kau harapkan?
Sedangkan aku? Haah...siapa yang kenal Yamada Ichigo? Yang diketahui orang-orang tentang Yamada Ichigo hanyalah ‘gadis yang selalu disuruh si tampan Yamada Ryosuke mengerjakan PRnya’. Julukan yang tidak mengenakan memang. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku hanya seorang pelayan yang ternyata diam-diam menyukai sang pangeran. Marga yang sama ini justru membuatku lebih terlihat sebagai pengecut. Aku bukan apa-apa dibanding Ryosuke. Perbedaan antara kami terlalu besar. Ayahnya punya perusahaan, ayahku hanya pegawai biasa di perusahaannya. Hidup memang sulit bukan?
Aku menarik pelan buku pr yang diletakannya di mejaku. Dia tersenyum. Tapi aku terus mencoba statis. Aku tidak mau, sangat tidak mau ryosuke tahu perasaanku. Apalagi memikirkan dia memiliki perasaan yang sama? Dalam mimpi pun tidak pernah.
“Ichigo kenapa diam saja?” Tanya Ryosuke yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingku. Memang itu tempat duduknya*tempat duduk kami diatur menurut absent*, tapi biasanya dia bertamasya entah ke pojokan kelas bersama teman-teman cowok juga fans cewek tentunya, atau ke ruang kesehatan untuk sekedar tidur.
“lalu Yamada-kun mau aku bicara apa?” jawabku tetap statis sambil mulai membuka buku tulisnya dan menyalin pr yang sudah kukerjakan dari kemarin.
“tidak juga siih,, hanya saja, setiap kali aku minta kau mengerjakan pr ku, kau tidak pernah bicara. Menolak pun tidak…”
“jadi Yamada-kun mau aku menolak?” tidak! Kata-kataku barusan apa terlalu dingin ya?? jangan-jangan besok Ryosuke tidak akan memintaku membuatkan pr untuknya lagi. Hebat, Ichigo! Kau baru saja membuka gerbang kehancuranmu.
“hahaha….Ichigo-chan lucu sekali yoo…” haah? Lucu? Ada apa dengan anak ini? Memangnya apa yang ku katakan? Lalu kenapa juga dia menambah embel-embel chan pada namaku? Untuk memanggilku hanya ’ichigo’ saja bisa ku mengerti karena dengan marga yang sama, tentu sulit baginya memanggil orang lain dengan namanya.
Tapi ini, embel-embel chan ini???
“yamada, latihan…” oke, pengganggu! Ini pasti Hukuman buatku karena sudah bicara dingin tadi. Nakajima Yuto, kapten team sepak bola yang juga salah satu sahabat akrab ryosuke. Ku maafkan karena memang Ryosuke sangat menyukai sepak bola. Tapi, sedih juga harus berpisah dengannya beberapa saat ini.
“aku pergi dulu ya Ichigo-chan… kalau sudah selesai, letakan saja bukunya di mejaku, dan.. jangan lupa isi jurnalnya …”
Aku mengangguk pelan, dan sekali lagi tetap membiarkan wajahku statis. Aku tidak ingin Ryosuke menangkap aura kesedihanku karena harus ditinggal. Meski aku sendiri tetap tidak bisa menahan diri untuk sesekali mencuri pandang mengikuti sosoknya yang bergerak meninggalkan kelas.
*_*_*
“huff..”
Sudah kedua kalinya untuk hari ini aku menghela nafas seperti ini. aku berhenti menyalin, kemudian membereskan buku-buku di mejaku. Ryosuke belum kembali. Latihannya pasti keras sekali, karena kudengar akan ada pertandingan sepak bola antar sekolah dalam bulan ini, entah tanggal berapa.
Pelan-pelan kumasukan buku PR Ryosuke ke dalam tasnya, lalu mengisi jurnal pribadinya. Entah apa yang dipikirkan anak itu, sampai membuat jurnal pribadi dan mengharuskanku untuk mengisinya setiap kali aku mengerjakan PRnya.
Sudah hampir sore. Aku harus segera pulang kalau tidak ingin dibunuh ibuku.
Tapi, Jantungku tiba-tiba berhenti berdetak. Begitu pula kakiku yang dari tadi berjalan. Pupil mataku melebar, mencoba menangkap dengan baik apa yang kini ada di depanku.
Itu… yang berciuman itu,,,
“Sugaya-senpai, hentikan! Apa yang kau lakukan?” suara itu! benar! Ryosuke!
Aku buru-buru bersembunyi. Jangan sampai dia tahu aku melihat kejadian tadi. Tapi lebih dari itu, hatiku terasa sangat sakit. Ryosuke berciuman,,
“Yamada-kun,, aku sudah bilang berkali-kali kan ? Aku menginginkanmu.. aku mohon,, terima aku…” terdengar suara Sugaya senpai yang hampir menangis. Jadi tadi, ciuman itu bukan keinginan Ryosuke? Oh..untunglah. aku pikir…
“Maaf senpai, tapi aku menyukai orang lain…”
Duniaku runtuh! Ryosuke ternyata..menyukai orang lain. Haha..aku memang bodoh. Baru sedetik aku bahagia karena Ryosuke menolak Sugaya senpai. Tapi sekarang, rasanya bahkan lebih perih. Ryosuke ternyata menyukai seseorang, dan aku tak tahu siapa.
“siapa Yamada? Katakan padaku… aku akan berusaha jadi lebih baik darinya…! Atau, aku mau kok meskipun hanya jadi yang kedua. Yamada-kun..aku mohon..aku sangat sangat menyukaimu…”
“sekali lagi maaf senpai… aku hanya menyukai gadis itu…” cukup! hatiku sudah ditusuk seribu jarum. Bukan, sejuta. Tidak ada harapan lagi Ichigo… tidak pernah dan tidak akan pernah ada.
*_*_*
Hari ini, entah kenapa aku berangkat sekolah terlalu pagi. Apa mungkin karena menangis semalaman? Huff.. ayolah Ichigo, dari awal kau memang tidak punya harapan. Ryosuke bukan untukmu, dan kau tahu jelas itu.
Perlahan aku memasuki kelas. Kosong pasti. Tidak mungkin ada anak yang sudah datang sepagi ini.
Tapi, perkiraanku salah. Seseorang sudah di sana . Tertidur di tempat duduku. Ehh? Itu, Ryosuke kan ?
Aku berjalan pelan mendekatinya. Demi Tuhan! Aku gadis paling beruntung di dunia. Melihat wajah tertidur Ryosuke yang seperti ini, sungguh….haaah! mimpi apa aku semalam?
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. segera kuambil keitai dari sakuku, mengaktifkan kamera dan mengarahkannya ke wajah Ryosuke.
“Clik” Kau pintar Ichigo!
“hmm…” Tidak! Jangan bilang Ryosuke sudah bangun. Tunggu, tunggu aku masukan keitai ini ke sakuku dulu. Tunggu…
“suki……………ichigo…”
………………………………….
APA? Apa yang tadi dia katakan? Suki? Dan…Ichigo? Apa mungkin….oke! kau bermimpi Ichigo. Suki*suka* dan Ichigo yang Ryosuke maksud adalah strawberry*ichigo*. Maniak Strawberry itu mungkin saja memimpikan sebuah strawberry extra besar dan kemudian menyatakan cinta padanya.
Tidak sengaja kakiku menabrak kursi yang didudukinya. Dan…
“mmm…?? Ehh,, Ichigo-chan…gomen aku..HOAAH..duduk di tempatmu..” Ryosuke bangun. Aku tersenyum kecil melihat wajah baru bangun tidurnya itu.
“Yamada-kun datang dari tadi?”
“aah tidak..baru sekitar 10 menit yang lalu. Aku pakai sepeda motor, jadi cepat. Tidak disangka, aku bisa ngebut sekali di jalanan…” aku mengangguk paham sambil sesekali memandang wajah tampannya. Dia mengucek-ngucek matanya lalu kemudian bangkit berdiri.
“aku mau cuci muka dulu. Ichigo-chan tidak apa-apa kan kalau ku tinggal?”
“tentu..”
Ryosuke lalu tersenyum dan berjalan keluar kelas. Aku sedikit menyesal. Kenapa juga tadi aku tidak menjawab aku akan sangat kesepian jika dia pergi. Tapi tentu, Yamada Ichigo pasti sudah gila jika ia berani mengatakan hal itu pada Yamada Ryosuke.
Continue to part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar