Part 4
Time to say Goodbye
Yamada Ryosuke’s POV
“Terima kasih banyak atas tumpangannya…” aku membungkuk hormat pada ayah dan ibu Ichigo. Keduanya tersenyum lembut.
‘kapan-kapan datang main lagi ya, Yamada Nii-chan” seru Ryutaro yang tiba-tiba saja berlalari ke arahku. Ichigo mengikutinya dari belakang.
“aku telpon taksi ya?” ujarnya juga. Aku menggeleng.
“biar aku tunggu saja di depan…”
“tapi...”
“sudahlah. Lebih baik Ichigo-chan memperbaiki PR kimia tadi, mungkin saja masih ada yang salah…”
Ichigo masih terlihat ragu-ragu. Tapi kemudian dia mengangguk.
“nah…aku pulang dulu ya. sayonara..”
“un. Itarashai…”
Aku berbalik, meninggalkan rumah Ichigo.
*_*_*
“tadaima…” aku membuka pintu perlahan. Dari dalam tidak terdengar suara apapun. mungkinTou-chan belum pulang. Cepat-cepat aku masuk. Aku ngantuk sekali, ingin tidur. Tapi tiba-tiba saja seseorang berlari kencang mendekatiku.
“Ryosuke!!!” serunya lalu tiba-tiba memelukku erat. Ini, Tou-chan? Lalu kenapa dia…menangis?
“Ehh? Tou-chan kenapa?” tanyaku. Tou-chan segera menghapus air matanya kemudian tersenyum lebar. Dia mengacak-ngacak rambutku.
“Tou-chan senang sekali. Sekarang anak kesayangan Tou-chan bisa sembuh. Kau bisa sembuh Ryo-chan!!!”
“Ma-maksud Tou-chan apa? A-aku…” aku bingung. Sungguh. Aku bisa sembuh? Apa Tou-chan sudah menemukan donor jantung yang cocok untukku? Benarkah?
“sini. Duduk dulu. Biar Tou-chan jelaskan semuanya…”
*_*_*
“EHH?? Hontou ni?? Uwaa…arigato Tou-chan” seruku senang. Aku sontak memeluk ayahku. Ia sendiri dengan senang membalas pelukanku. Akhirnya, setelah bertahun-tahun mencari, kami berhasil menemukan donor jantung yang tepat untukku.
Aku sudah lama mengelami kelainan jantung. Dan sulit bagiku untuk menemukan jantung pengganti yang tepat karena struktur tubuhku yang sedikit ‘berbeda’ dibanding yang lain. Tapi kali ini, akhirnya. Ditemukan juga. Ini benar-banar keajaiban. Tuhan pasti terus mendengar doaku.
Tapi… ada satu yang hampir kulupakan. Sesuatu yang penting…
Aku melepaskan pelukanku. Tou-chan sedikit kaget, dan ikut melepaskan linkaran tangannya.
“ne, Tou-chan…bagaimana dengan kemungkinan berhasilnya?”
Kulihat raut wajah Tou-chan berubah. Jadi lebih senduh. Sudah kuduga, meskipun sudah menemukan donor yang tepat, belum tentu penderitaanku akan berakhir begitu saja kan ?
“Ryo-chan, kemungkinan berhasilnya 50 : 50. kecil memang. Tapi Tou-chan yakin, Ryo-chan pasti bisa. Yamada Ryosuke yang tou-chan kenal tidak gampang menyerah ne? jadi meskipun sulit, dia pasti berusaha! Dan Tou-chan juga yakin, Dia akan sembuh. Pasti!”
Pastikah?
“Arigato ne, tou-chan…”Aku tersenyum kecil. Berusaha percaya dengan apa yang Tou-chan katakan. Semoga saja aku bisa sembuh.
Semoga saja…
“terus? Operasinya dimana nanti?’
“ohh. Tou-chan hampir lupa. Operasimu nanti di New York . Tidak apa-apa kan ? “
“EHH???”
Sial! Sekarang bagaimana dengan Ichigo?
*_*_*
Yamada Ichigo’s POV
Aku sudah menyelesaikan setengah bagian dari PR matematika Ryosuke. Masih ada 5 nomor lagi. Yosh! ganbatte Ichigo!
‘Ichigo-chan…” seseorang memanggilku. Ryosuke? Cepat sekali latihan sepak bolanya? Apa, memang dia yang sudah lelah dan ingin beristirahat?
Ryosuke berjalan mendekat. Wajahnya tampak sangat serius. Kenapa? Ada apa sebenarnya?
Ryosuke sudah berdiri tepat di depanku. Wajahnya masih saja serius. Senyum yang biasa dia tunjukan setiap kali aku melihatnya tidak ada. Sama sekali tidak ada.
Aku...takut. apa Ryosuke marah? Tapi apa yang sudah kulakukan?
“Suki desu!”
Aku membeku. Ta-tadi APA?! Ryosuke bilang apa? Su-suki?! Aku?!
Wajahnya tiba-tiba mendekat.Tu-tunggu. I-ini..aku..jangan-jangan….
“……….”
Bibirnya tepat menyentuh bibirku. Menguncinya beberapa lama. Aku hanya bisa memejamkan mata. Pikiranku kosong. Sungguh. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Setelah sepersekian detik, wajah Ryosuke akhirnya menjauh. Aku masih diam. Shock…
“arigatou ne, Ichigo-chan…”
“………”
“Sayonara…”
Ryosuke pergi. Meninggalkanku yang masih saja membeku dan berusaha mencerna apa yang ia lakukan tadi. Membiarkanku terdiam dengan berjuta pertanyaan melintas di kepalaku.
*_*_*
“Ichigo…ayo bangun! Nanti kamu terlambat ke sekolah” kaa-chan menggedor-gedor pintu kamarku. Aku semakin menenggelamkan tubuhku dalam selimut. Aku tidak mau ke sekolah hari ini. sangat. Tentu saja karena kejadian kemarin. Aku tidak mungkin bisa bertemu Ryosuke. Bisa dibilang aku masih shock, dan belum bisa menerimanya secara nyata. Kejadian kemarin itu seperti mimpi. Sungguh!
“Ichigo…!!”
“Aku nggak mau ke sekolah Kaa-chaaaan!! Nggak enak badan!!” aku balas berteriak. Kaa-chan berhenti menggedor-gedor pintu.
“Ehh? Kalau begitu keluar, biar kaa-chan kasih obat….” Suara Kaa-chan melembut. Mungkin khawatir putri satu-satunya ini sakit. Aku tersenyum kecil di balik selimut.
“nanti deh! Aku mau tidur sedikit dulu…”
“kok tidur? Minum obat dulu baru tidur, Ichigo!” kaa-chan kembali berteriak. Aku bangun malas-malasan dan akhirnya membuka pintu. Kaa-chan langsung saja menempelkan punggung tangannya ke keningku. Alisnya bertaut.
“nggak panas kok…kamu beneran sakit, Ichigo?” Kaa-chan melepaskan tangannya. Aku memutar bola mataku. Berpikir Ichigo! Bagaimana cara mengelabui ibumu!!
“Yaah, kalau nggak enak badan tubuhku nggak harus panas laah Kaa-chan…” Aku mengomel. Kalau begini, akan lebih mudah membohongi ibu.
“Iya juga ya…”
Yes! Percaya kan akhirnya?. Ibu hanya tidak melihat, disampingnya aku sedang tertawa kecil.
*_*_*
Akhirnya hari ini tiba. Hari dimana aku harus bertemu Ryosuke setelah insiden ’ciuman’ 2 hari yang lalu. Aku takut. Nanti apa yang harus kulakukan ketika bertemu Ryosuke? Apa sebaiknya aku biasa-biasa saja? Atau terlihat senang mungkin? Sumpah! Aku bingung!
Kakiku akhirnya mencapai pintu kelas. Masih gugup, sekali lagi aku meremas ujung blazerku. Tenangkan dirimu Ichigo! Bersikaplah yang sewajarnya. Dan akhirnya aku masuk!
EHH?? Kenapa kelas sepi sekali? Ini sudah jam tujuh, kok hanya ada beberapa orang saja? Ditambah lagi, kenapa ada yang menangis? Apa aku ketinggalan sesuatu?
Aku mendekati bangkuku. Tas Ryosuke tidak ada. Apa Ryosuke juga tidak datang hari ini? ada apa sih dengan semua orang?
Tidak mau menjadi satu-satunya yang tak tahu apa-apa, aku mendekati beberapa temanku yang sedang menghibur Miya yang menangis. Kenapa lagi Miya menangis?
“Ne, Miya-chan kenapa?” aku menepuk pundak Sayaka teman sebangku Miya. Sayaka langsung bangun.
“Ooh, ini soal Yamada Ryosuke-kun..” jawabnya. Ryosuke?
“Memangnya Yamada-kun kenapa?” tanyaku lagi. Sayaka terlihat sedikit kaget.
Tapi kemudian tersenyum maklum.
“Kemarin Ichigo tidak datang kan ?, pantas saja tidak tahu. Begini, kemarin ada pengumuman dari kepala sekolah, katanya Yamada-kun pindah sekolah”
“EHH?!” teriakku kaget.
“Iya! Tidak ada info juga dia pindah kemana. Teman-teman banyak yang tidak percaya dan hari ini pergi mengecek di rumahnya. Baru saja kami di sms, nih! hasilnya nihil. Rumah Yamada-kun kosong total.”
Aku membeku. Otakku berputar cepat, kembali mengingat kejadian 2 hari lalu.
“Arigatou ne, Ichigo-chan…”
“Sayonara…”
Jadi maksud Ryosuke, ini…?
Aku berlari keluar. Secepatnya. Jujur, aku tidak tahu kemana. Dan memang kenyataannya, kemanapun aku berlari semuanya percuma. Ryosuke belum tentu akan kembali, kan ?
Kakiku terantuk, dan aku jatuh di tengah rerumputan hijau kecil. Aku sudah tak tahan lagi. Aku menangis keras. Aku ingin Ryosuke kembali. Aku ingin bilang aku juga menyukainya. Aku ingin Ryosuke, lagi! Apakah ini hukuman untukku karena selama ini selalu saja diam dan tidak mengatakan apapun tentang perasaanku? Tapi kenapa baru sekarang aku tahu? Kenapa?!
“Arigatou ne, Ichigo-chan…”
“RYOSUKE!!!!!”
“Sayonara…”
Part 4 end
Sosok itu memandang ke depan nanar. Sesekali bahunya terangkat, menarik nafas pelan. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil, disusul tubuhnya yang berputar, meninggalkan ‘sesuatu’ itu.
Dia, Yamada Ichigo. Gadis yang tepat hari ini terbebas dari label ‘siswa SMU’. Wajahnya terlihat mantap meninggalkan gedung yang disebutnya sekolah selama 3 tahun terakhir itu. Ada banyak kenangan di sana . Pelajaran sehari hari, teman sekelas, para sensei yang baik -meskipun banyak juga yang keras- dan, seseorang…
Yamada Ryosuke…
Gadis itu tersenyum kecil. Yamada Ryosuke, pemuda yang sudah menggenggam hatinya selama 2 tahun terakhir. Yang menciumnya dan bilang ‘suki desu’ sehari sebelum dia pergi, yang menghilang tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, juga yang tidak jelas sekarang sudah dimana.
Ichigo menatap ke depan, menyadari sepertinya ada orang yang memperhatikannya dari tadi. Alisnya bertaut, kakinya berjalan cepat. Penasaran siapa sebenarnya orang itu.
Tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya sontak melebar. Sosok itu tersenyum manis. Senyuman yang selalu ia ingat.
“Tadaima, Ichigo chan…”
Tetesan bening mengaliri pipi Ichigo. Dua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman yang tidak kalah manisnya dengan senyuman orang tadi. Kaget, senang, terharu, juga lega. ‘Dia’ akhirnya kembali.
“Okaeri, Ryosuke! “
~ fin ~
Minaaa,, akhirnya abis juga…^^,, maaf kalo ceritanya nggak sesuai deskripsinya..*_*
Soalnya gw sendiri aja bingung,, genrenya pindah…dari angst jadi love kali ya…hehe*hehe jidat lo!*
Gomen ne, buat genrenya yang cap cus gak jelas….>w<
teruss…,,comment please…*sembah sujud readers* ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar