Senin, 27 Desember 2010

yamada Ryosuke-Ichigo ffic part 3

Part 3
The Truth
Yamada Ichigo’s POV
“huffh…” helaan nafas. Entah sudah keberapa kalinya hari ini. Ryosuke benar-benar membuatku shock. SANGAT!
Petama tugas dari Takaki sensei yang membuatku harus bersamanya sampai malam, lalu dia mengantarku pulang, terus motornya mogok, kemudian dia mampir ke rumahku, lalu orang tuaku mengajaknya makan malam, dan sekarang dia disini, MENGINAP SEMALAM DI RUMAHKU!. Bahkan dewi Fortuna bisa jadi sangat jahat, deshou?
Aku memang beruntung, terhitung sejak pulang sekolah sampai besok Ryosuke bangun, aku akan bersamanya kira-kira 14 jam lebih. Tapi, err… itu terlalu lama mungkin. Meskipun dia nyata disini, dirumahku, tapi tetap saja aku tidak punya keberanian untuk sedikit mengajaknya ngobrol. Aku malu, dan takut. Sungguh, lebih baik aku menantinya untuk bicara di sekolah, dari pada ini, dengan jarak sedekat ini, aku sama sekali tidak bisa bicara apa-apa. Ayolah Ichigo…

“Nee-chan…” suara Ryutaro. Kulihat dia mengintip dari pintu kamarku. Aku tersenyum kecil, lalu menyuruhnya masuk.

“doushita no?” tanyaku. Ryutaro agak ragu-ragu bicara. Apa ini menyangkut Ryosuke? Apa ada yang mungkin ingin dia tanyakan?

“Yamada-kun wa…”

“hn? Yamada-kun kenapa?”

“tadi aku lihat… dia meringis memegang dadanya. Seperti… kesakitan….”

Tidak mungkin! Aku segera berlari keluar, menuju kamar Nii-chan. Ryosuke kenapa? Apa ada yang salah? Mungkin perutnya tidak bisa menerima makanan rumahku? HUH! Seharusnya aku sudah menyadari hal itu. Tou-chan sih, gara-gara menyuruh Ryosuke makan malam disini, jadi begini kan?, tapi apa benar karena itu? atau…
Aku sudah didepan kamar Nii-chan dan sudah membuka pintu,

“Ya-”
Pintu kembali kututup.
Ya Tuhan! Apa yang tadi kulihat? Ryosuke, di-dia berdiri ta-tanpa kemeja piyama, hanya dengan celananya, telanjang dada, dan.. HAAA!!
Bisa kurasakan wajahku memerah. Aku masih mengingat jelas dadanya yang bidang, lengan-lengannya yang berotot, dan kulitnya yang putih mulus seperti vanila,,
KYAAA!!!
Pikir apa aku tadi. Aku bahkan belum minta maaf sudah sembarangan membuka pintu kamarnya.

“Ya-Yamada-kun, gomenasai..” teriakku. Dari dalam terdengar tawa kecil Ryosuke.
Pintu tiba-tiba saja terbuka. Ryosuke keluar dengan senyuman manisnya yang-tentu saja-bisa membuatku meleleh. Untunglah, dia sudah memakai kemeja piyamanya, kalau tidak, mungkin aku akan benar-benar meleleh.

“daijobu…! tapi, Ichigo-chan agresif sekali ne.. aku tidak menyangka Ichigo-chan akan langsung menyerangku di kamar…” Ryosuke kembali terenyum. Tapi senyuman kali ini, nakal.

“Ti-Tidak kok..hontou ni…aku Cuma datang mengecek Yamada-kun..itu saja!!” Jawabku buru-buru. Takut, gugup, ma-malu…

“mengecekku?” tanyanya. Wajahnya sedikit serius.

“Err..Iya. so-soalnya tadi Ryuu bilang, dia lihat Yamada-kun seperti sedang kesakitan. Aku kira Yamada-kun salah makan atau …mm… tidak cocok dengan makanan rumahku…”
Ryosuke terdiam cukup lama, kemudian tersenyum lembut.

“Jadi Ichigo-chan khawatir padaku ya? …daijobu desu…” Ryosuke mengacak puncak kepalaku gemas. Demi Tuhan, aku merasa benar-benar diberkati.

“Tadi aku hanya digigit semut, dan rasanya lumayan sakit sih…tapi benar, perutku tidak kenapa-napa kok…aku tidak keracunan makanan rumahmu… jangan cemas…” Kali ini gantian aku yang tersenyum. Tetapi, sungguh, aku tidak begitu yakin dengan ucapan Ryosuke. Sepertinya, ada yang ia sembunyikan. Tapi apa?

“Ne Ichigo-chan, bisa tunjukin aku terasnya dimana?” suara Ryosuke menyadarkanku dari lamunan.

“Oh iya! Tentu!” Aku buru-buru berjalan ke teras. Ryosuke mengikutiku dari belakang.

*_*_*

“aah…kimochi…” Ryosuke duduk di lantai teras rumah kami. Kakinya digoyang-goyang sambil memainkan air hujan, seperti anak kecil. Tampaknya, dia sangat menikmati suasana di sini.

“ne, Ichigo-chan…aku boleh tanya sesuatu?” gumamnya tiba-tiba. Aku mengangguk. Jantungku berdetak cepat. Apa, dia mau…AHH! Jangan mimpi Ichigo. Tidak mungkin Ryosuke mau menyatakan perasaan padamu. Sangat sangat sangat tidak mungkin.

“Kalau aku mati, Ichigo-chan akan bagaimana??”

“…Maksud Yamada-kun apa? Aku… tidak mengerti…”
Ryosuke tertawa kecil, membuatku lebih bingung. Apa maksudnya? Kenapa dia sampai bicara seperti tadi? Apa, dia hanya bercanda?

“Yamada-kun..”

“sudahlah…aku hanya bercanda tadi…” serunya, masih tertawa kecil. Tapi apa benar hanya bercanda?
Suasana kembali tenang. Tawa Ryosuke tidak terdengar lagi. Aku memandangnya takut-takut.

“Ichigo, aku…”

“hn…?”
Wajah Ryosuke tiba-tiba mendekat. Di-dia mau apa? Tangannya juga tiba-tiba saja menyentuh pipiku. I-ini…apa dia mau me-….

“ada kotoran di pipimu…”
Apa? Hanya itu? ma-maksudku bukannya aku mau dicium Ryosuke -ralat, aku mau- , tapi… ternyata dia hanya mau membersihkan kotoran di wajahku. Apa aku yang terlalu berhayal?

“a-arigatou…”
Ryosuke tersenyum kecil.  Senyuman yang manis seperti biasanya. Kenapa jantungku kembali berdetak cepat. Bahkan lebih cepat dari yang sebelumnya. Hoo.. Ichigo. Jangan mimpi lagi. Lebih baik sekarang kembali ke kamarmu dari pada detak jantungmu ini bisa di dengar Ryosuke.

“Err…Yamada-kun, apa aku boleh ke kamarku sekarang? Bukannya aku…itu…ma-“

“Tentu saja… Ichigo-chan pasti lelah deshou? Oyasumi…tidur yang nyenyak ya…”

 ”Ha-Hai! Oyasuminasai” aku segera berjalan cepat menuju kamarku. Debaran jantungku semakin sulit ku kendalikan.

*_*_*

Yamada Ryosuke’s POV
Mataku mengikuti gerakan tubuh Ichigo yang akhirnya menghilang dari pandanganku. Aku menghelah nafas, kembali mengingat kejadian tadi.
Tadi…
Tadi itu, apa yang aku pikirkan?! Tiba-tiba saja aku ingin mencium Ichigo. Dan lagi, kenapa aku sampai bertanya seperti tadi?

“Kalau aku mati, Ichigo-chan akan bagaimana??”
Pintar Ryosuke. Kau hampir saja membocorkan semuanya. Ichigo bukan gadis bodoh. Dia tentu akan curiga. Apalagi tadi waktu sakitku kambuh. Kalau saja aku terlambat meminum pil pereda sakit itu, tentu semuanya akan ketahuan. Dan Ichigo, akan tahu…
Tapi, Kenapa?
Kenapa aku ingin Ichigo tahu? Kenapa aku sulit mengendalikan diriku, dan hampir saja mengatakan kepada Ichigo kalau aku,… sakit?

Aku suka Ichigo. Sungguh. Sejak pertama kali kami menjadi classmate di kelas 2-D. aku suka wajahnya yang manis, sikapnya yang tenang, senyumnya yang hanya ditunjukan sesekali, serta keberadaannya yang membuatku selalu merasa nyaman.
Dan kurasa Ichigo –mungkin- juga menyukaiku. Dia selalu membantuku, membuatku merasa lebih baik.

Tapi aku,…takut. Aku takut mengungkapkan perasaanku padanya. Maaf ya, aku bukan pengecut yang tidak punya keberanian untuk menyatakan cinta pada gadis yang kusukai. Hanya saja, aku takut. Takut kalau tiba-tiba aku mati, Ichigo akan bagaimana? Dan lagi, kalau aku sudah mengatakan semua, apakah aku akan tetap diberi waktu untuk bersamanya? Walau cuma sebentar, aku ingin. Sungguh…

Aku melihat jam tanganku. Jam 10 malam. Aku harus tidur. Tidak seharusnya aku memikirkan hal tadi lagi. Lupakan Ryosuke. Lupakan saja…

Aku memandang ke atas. Langit masih gelap, Hujan juga belum reda. Aku menutup mataku perlahan, merasakan hawa disekelilingku.

Apakah suasana seperti ini masih bisa kurasakan?
Mungkin besok masih bisa, tapi bagaimana nanti?

Satu tetesan bening mengaliri pipiku.


Continue to part 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar