Kamis, 23 Desember 2010

yamada Ryosuke-Ichigo ffic part 2


Part 2
There is something about Ryosuke

Yamada Ryosuke’s POV
Aku memacu kakiku lebih cepat. harus! Akhirnya, pintu kamar mandi berhasil kubuka. Aku masuk, menguncinya. Dan tiba-tiba saja, aku jatuh…
Rasa sakit ini, sungguh…lebih perih dari yang biasanya. Kenapa? Masih kuingat jelas tadi pagi aku menelan semua pil yang diberikan dokter pribadiku. lalu kenapa rasa sakit ini masih datang juga?
Aku mencengkram dadaku, mencoba menggapai jantungku yang perih sekali. aku mohon, sedikit saja, tolong kurangi sakit ini..aku tidak sanggup…
Lalu bayangan itu melintas di pikiranku. Gadis itu…

“I..chi…”
……semuanya menjadi gelap.

*_*_*

“Ryo-chan, daijobu?” suara ayahku. Aku memandang sekeliling. Tempat ini, tidak asing lagi..

“Maaf, Tou-chan membawamu ke rumah sakit. Tapi kata Inoo sensei kau butuh perawatan dan peralatan yang lebih lengkap..” kulihat wajah ayahku panik. Aku bisa mengerti. Ibuku sudah meninggal dan hanya aku saja anaknya. Tentu dia akan sangat mengkhawatirkanku.

“Daijobu. Tou-chan tidak kerja?” 

“Tidak..hari ini kebetulan tidak ada dokumen yang harus tou-chan tandatangani..”

“bohong kan?” Aku tahu. Ayahku selalu punya segudang pekerjaan yang harus dia urus. Dan ketika aku sakit seperti ini, ia akan mengbaikannya dan hanya mau mengurusku. Tapi kali ini aku tidak akan bersikap egois. Ayahku punya urusan dengan perusahaannya, dan aku tidak akan menghalangi.

“Tou-chan pergi saja…nanti pekerjaanmu malah menumpuk… biarkan saja aku bersama Inoo sensei di sini…aku tidak apa-apa kok…”

“tidak mau! hari ini Tou-chan mau libur. Mau main sama anak kesayangannya seharian…” jawab ayahku manja. Terkadang, laki-laki ini bisa jadi sangat kekanakan jika aku menolak permintaannya. Karena itu, tidak ada jalan lain…

“baiklah! Tapi hari ini saja ya! besok Tou-chan harus masuk kantor…”

“Roger!”

*_*_*

Aku membuka mataku perlahan. Kepalaku agak pusing. Aku jadi ingat tadi Inoo-sensei menyuntikan sesuatu, entah apalah namanya dan membuatku tertidur. Aku mengangkat kepala, dan mendapati sosok ayahku tertidur pulas di samping ranjang.
Dia terlihat sangat lelah. Tentu saja, dia sudah menjagaku seharian penuh dan mungkin baru ini saat baginya untuk beristirahat.
Dadaku sakit. Bukan karena penyakit laknat ini, melainkan karena wajah ayahku yg bahkan dalam tidurnya pun terlihat sangat cemas. Aku tahu, ia menghawatirkanku. Tapi sungguh, melihatnya seperti ini, kelelahan karena mengurusku membuat hatiku sakit. Sangat sakit. Bahkan jauh lebih sakit dibanding ketika penyakitku kambuh.
Aku tidak bisa menahannya lagi, dan akhirnya setetes air mata sukses jatuh dan mengaliri pipiku.

“Tou-chan..” bisiku. Aku tidak ingin membangunkannya. Wajahnya masih statis. Ia masih tertidur.

“Gomenasai…” tetesan bening tadi kembali membasahi wajahku.

“Hontou ni, gomenasai….”

*_*_*

Aku tersenyum singkat pada gadis-gadis yang kemudian pergi menjauhiku. Syukurlah, semuanya tersembunyi dengan rapi. Berita tentang pingsannya aku kemarin di kamar mandi jadi bahan pembicaraan di sekolah. Banyak yang datang padaku dan menanyakan alasannya. Untunglah, sebelumnya ayahku juga sudah berbohong kepada para guru kalau aku keracunan suplemen sehingga cukup mudah bagiku untuk mengelabui teman-temanku.
Aku memandang ke samping. Yamada Ichigo. Gadis itu masih saja statis, berkutat dengan rumus-rumus kimia dalam bukunya, atau bisa dibilang bukuku. Dia satu-satunya gadis yang selalu aku minta untuk mengerjakan prku. Gadis yang selalu mau membantuku membuat pr namun terkesan tidak peduli. Hari ini pun, dia sama sekali tidak menanyakan apapun tentang kejadian kemarin. Padahal, dia teman sebangkuku. Tapi, bertanya sedikitpun tidak. Harus aku akui, aku ingin dia menoleh padaku, bicara, itu saja sudah membuatku cukup lega. Karena kurasa, aku menemukan sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

*_*_*

“… dan untuk tugas kali ini, dikerjakan berdua teman sebangku. Bisa kan?” Takaki sensei tersenyum lebar melihat ekspresi kelas yang berbeda-beda. Para gadis banyak yang malu-malu memandang teman sebangku mereka, sementara yang lelaki berpura-pura berwajah tidak setuju terhadap keputusan sensei, walau menurutku beberapa dari mereka sebenarnya sangat senang bisa menghabiskan waktu dengan gadis – gadis menyelesaikan tugas kimia yang lumayan banyak itu. sungguh, aku juga sangat senang. Aku bisa punya waktu berdua Ichigo. Meskipun Ichigo sendiri terlihat biasa saja mendengar hal tadi. Tapi –yaah- begitu saja sudah membuatku senang.

“ Oh! Dan jangan lupa, kumpulkan tugasnya lusa! Besok hari minggu kan, jadi kalian punya banyak waktu untuk mengerjakannya. Ok? Jaa “ Lanjut Takaki sensei kemudian berjalan keluar kelas diiringi bunyi bel dan sama sekali tidak menghiraukan protes kami. Lelah berteriak, semua teman-temanku duduk kembali di bangku mereka, mulai mendiskusikan masalah tugas itu dengan teman sebangkunya. Aku tidak mau ketinggalan. Segera kuputar tubuhku, tepat menghadap Ichigo. Gadis itu sedikit kaget, namun kembali menetralkan raut wajahnya.

“Jadi tugas ini..bagaimana kalau mulai kita kerjakan sepulang sekolah? Aku akan minta ijin Yuto-kun untuk bolos latihan hari ini. Ichigo-chan bisa kan?”

Ichigo berpikir sejenak kemudiak mengangguk.

“baiklah kalau begitu!”

*_*_*

“Yosh! akhirnya selesai sebagian! Are? Sudah jam segini?!” teriakku ketika menatap jam tanganku. Jam setengah 8 malam. Kulihat Ichigo cepat-cepat membereskan bukunya. Mungkin ia takut dimarahi orang tuanya karena pulang telat. Aku juga ikut membereskan buku-bukuku.

“ne, Ichigo-chan..sudah malam, aku antar ya..orang tuamu pasti khawatir kalau kau pulang larut..” ujarku pelan. Firasatku mengatakan, ia akan menolaknya.

“tidak usah. Aku sudah telpon kaa-san tadi, bilang pulangnya agak telat. Jadi tidak apa-apa..” dan benar saja!

“tapi ini sudah malam loh, bahaya. Atau, Ichigo-chan tidak percaya padaku?”

“Bukan begitu! Hanya saja…”

“hn..?”

“haah…baiklah..”
Aku tersenyum senang.

“iku yo?”
Ichigo lalu mengangguk.

*_*_*

“Kenapa ?” Ichigo ikut menunduk, memperhatikannku yang sedang mencoba mengutak-atik sepeda motorku. Aku tersenyum kecil.

Ada yang salah dengan mesinnya. Entah apa, aku tidak begitu tahu...” 

“Kalau begitu bawa saja ke rumahku. Sudah dekat kok. Tapi..” Ichigo memperhatikanku dan sepeda motorku bergantian. “Sepeda motor Yamada-kun lumayan besar. Apa Yamada-kun bisa mendorongnya?”

“.. HMPPFT—BWAKAKAKAKA!!...”

“Ehh? Yamada-kun kenapa tertawa?” Ichigo memandangku sedikit cemas. Mungkin dia mengira aku sudah gila.

“Ichigo-chan ternyata memang tidak percaya padaku yah.. masa hanya motor begini tidak bisa kudorong? Aku diremehkan ternyata…”

“Ti..Tidak, maksudku kalau Yamada-kun kesulitan mendorongnnya, aku bisa menelpon Tou-san untuk datang membantu..” wajah Ichigo sedikit memerah. Aku masih sedikit tertawa melihatnya.

“aku bisa kok. Tenang saja! Sekarang, Ichigo-chan tunjukan saja jalannya. Biar kita bisa cepat sampai…”

“un!”

*_*_*

Aku memandang kagum. Rumah ini, rumah Ichigo. Sederhana, namun sangat menarik. Aku jadi ingat tipe-tipe rumah seperti ini banyak aku lihat di komik. Dan sudah lama juga aku ingin punya rumah seperti ini.

“Yamada-kun, sepeda motornya diparkir di sini saja..” tunjuk Ichigo ke sebuah garasi kecil yang isinya sebuah sepeda motor bebek dan 2 sepeda. Aku segera mendorong sepeda motorku dan memarkirkannya, lalu mengikuti Ichigo masuk ke rumah.

“tadaima..”

“Okaeri Ichigo. Sudah pulang?” sesosok wanita berusia sekitar 40 tahunan keluar. Wanita itu menatapku agak heran. “Ichigo bawa teman ya? ahh, mari masuk..” serunya ramah. Ichigo lalu menariku agar mengikutinya.

*_*_*

Dan disinilah aku, ruang makan keluarga Yamada. Didepanku ada ayah dan ibu Ichigo. Lalu disamping kiri Ryutaro, adik laki-laki Ichigo, dan disebelah kanan Ichigo sendiri. Karena tadi Ichigo bilang sepeda motorku mogok, aku dipaksa untuk makan malam dulu disini. Harus kuakui, rasanya menyenangkan bisa makan bersama dengan ramai seperti ini. biasanya, kalau makan malam hanya aku dan To-chan, itupun kalau To-chan pulang cepat atau sakitku kambuh.
“Haaa..Tidak disangka yaah..orang bermarga Yamada banyak sekali. Teman sebangku Ichigo juga, bahkan, Bos pemilik perusahaan teman paman bekerja juga bermarga Yamada..” ayah Ichigo bercerita dengan semangat. Dia seperti ayahku. Sehabis makan selalu saja punya segudang topic untuk dibicarakan.

“ayah hanya tidak tahu saja..Yamada-kun itu put-- … aww!” Aku mencubit lengan Ichigo pelan. Aku tahu, dia pasti ingin memberitahu orang tuanya tentang ayahku. Ichigo sendiri tersenyum kecil memandangku sambil mengelus-elus tanganya.

“kenapa memangnya Ichigo?” Ibu Ichigo ikut-ikutan. Mati aku! Kalau begini, bisa-bisa ketahuan.

“AHH! Masaka! Yamada-kun ini..putranya Yamada Rikuta-san??” Tamat kau Ryosuke! Aku memandang Ichigo, memasang tampang kesal. Ichigo malah tertawa lebih keras.

“Ha..hai.”

“Sokka! Benar juga! Yamada-san punya putra tunggal kelas 2 SMU. Tidak kusangka, ternyata sekelas dengan Ichigo..” ayah Ichigo tertawa. Sedikit shock mungkin. Aku juga ikut tertawa. Keluarga ini, benar-benar nyaman. Eh, kok udara semakin dingin ya?

“WAAA! Hujan” Ryutaro berteriak. Aku sontak lari ke teras dan, yaah… memang hujan. Deras sekali lagi. Kalau begini, sepertinya akan lama.

“Yaah… bagaimana ini. Hujan Yamada-kun..” ayah Ichigo mengikutiku dari belakang disusul istrinya dan Ichigo.

‘kalau deras begini, akan lama redanya. Mungkin bisa sampai besok. Yamada-kun bagaimana kalau menginap disini dulu. Yamada-kun bisa tidur di kamar Daiki” seru Yamada -san, ibu Ichigo. Ichigo sendiri terlihat kaget mendengar kata-kata ibunya.

“aah kaa-san..tapi…”  ichigo mendekatiku lalu berbisik.”Yamada-kun mau nginap disini? Rumahku jelek loh, nanti tidurmu tidak nyenyak..”.
Aku langsung tertawa kemudian memandang Ichigo jahil.

“Hai! Terima kasih atas tumpangannya!!” seruku sambil membungkuk hormat ke pasangan suami istri tadi..
Bisa kulihat, Ichigo memasang wajah kesalnya ke arahku.

*_*_*

“Nah Yamada-kun silahkan..maaf kamarnya kecil. Ini milik kakak laki-laki Ichigo. Sekarang dia kuliah di Osaka…” Yamada-san mempersilahkanku masuk. Kamar ini,,  KEREN SEKALI!!
Meskipun tidak begitu lebar, tapi sangat bersih. Barang-barangnya tertata rapi, padahal sudah cukup lama ditinggal. Dan menurutku yang paling keren adalah itu! FUTON.
Yeah! Futon!!
Seumur hidup aku tidak pernah tidur di futon. Dan sekarang akhirnya, datang kesempatan pertamaku. Kalau misalnya aku mati sekarang, paling tidak aku sudah menikmati rasanya tidur di futon. Pasti menyenangkan.

“terima kasih Yamada-san…” aku menunduk. Yamada-san tersenyum padaku.

“Oyasumi..”

 “Hai! Oyasumi..”

Aku menutup pintu, bersiap mengganti bajuku dengan piyama milik Yamada Daiki-kun*kakak Ichigo* yang tadi diberikan Yamada-san padaku. Tapi tiba-tiba saja…

Sakit…

Aku mencengkram dada kiriku kuat. Rasa sakit ini, kembali. Kenapa? Kenapa sekarang? Kenapa harus disini?

Sakit…

Seseorang…,,

Tolong aku…

Continue to part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar