Rabu, 18 April 2012

[fic] : Suddenly Married - chapter 3

Chapter 3

“Y-Yo, Mirai-chan…” Gugup, Ryosuke mengangkat tangan kanannya seolah memberi salam sambil tersenyum mentah. Jantungnya berdetak cepat menunggu kelanjutan reaksi sang adik. Mirai balik menatap pemuda itu dan gadis didepannya tajam.

“Apa yang kalian lakukan?” tanyanya dengan nada curiga. Tangannya dilipat sementara kaki kanannya dihentakan cepat.

“Ah, itu…kami sedang membicarakan sesuatu… iya..”Ryosuke mengelus-elus belakang lehernya refleks. Mirai makin menatapnya tajam.

“Sesuatu apa? Bicara apa kalian? ”lanjutnya masih dengan nada curiga. Namun kali ini, Ryosuke tak lagi bisa memberi alasan karena Umikalah yang kemudian menjawab.

“Kami sedang merencanakan pernikahan kami minggu depan…” Umika tersenyum sumringah. Kedua pupil mata Mirai sontak melebar sembari menatap Umika dan kakaknya bergantian.

“APA?!” pekik gadis itu sekali lagi untuk yang kedua kalinya hari ini. Tak kalah kaget, Ryosuke juga langsung memutar kepalanya kesamping agar bisa melihat jelas wajah Umika.

“Kubilang kan ini rahasia!!” desisnya super pelan. Umika hanya menatapnya datar.

“Kau tidak mungkin menyembunyikan pernikahanmu dari saudari kembarmu sendiri kan?! Apalagi kalian serumah..” Umika balas berdesis tak kalah pelan. Ryosuke diam sejenak.

“kalau begitu aku harus memberitahunya kalau kita cuma pura-pura…”

“Jangan!” Umika menarik lengan Ryosuke lalu berbisik ditelinga pemuda itu. “Kalau Mirai cerita sama teman-temannya gimana? Terus kalau teman-temannya ember, terus bocor ke media, gimana coba?! Orang tuaku kan bisa tahu… bisa-bisa rencana kita terbongkar..!”

“Tapi Mirai tidak mungkin percaya kita mau nikah…” Ryosuke mulai gusar. Umika mencengkram lengan pemuda itu makin kuat.

“Serahkan saja padaku! Kau cukup bilang iya dan berpura-puralah kau sangat ingin menikah denganku!!”

“Demo…”

“Bisik-bisik apa kalian?!” Mirai kembali menarik kosentrasi pasangan manusia didepannya itu dengan kalimat yang dilontarkannya barusan. Umika langsung membebaskan lengan Ryosuke dari cengkramannya.

“Anoo… gomen ne, Mirai-chan… mungkin ini memang mengagetkan, tapi aku dan kakakmu memang akan segera menikah… kami sudah merencanakannya selama ini…” Umika menjawab dengan nada kalem. Mirai sontak tertawa licik.

“Hahahaha…Tidak mungkin! Bertemu denganmu saja Oni-chanku baru kali ini! Tiba-tiba saja ingin menikah! Kalian pikir bisa menipuku? Ini semacam realty show kan? Sudah, tunjukkan saja dimana kameranya..!” gadis itu melipat tangannya sekali lagi di depan dada. Umika menatapnya lembut sambil geleng-geleng.

“Maaf kalau selama ini kami tidak pernah mengatakan apapun padamu. Ehm… aku dan Ryosuke sudah menjalin hubungan sejak 2 tahun yang lalu. Hanya saja kami menyembunyikannya dari public karena profesiku ini… dan sekarang, aku sudah tidak mau menutupinya lagi. Aku sangat mencintai Ryosuke dan kami serius untuk segera menikah …” jelas Umika panjang lebar. Senyum tipisnya terulas. Mirai mengerutkan keningnya lalu memutar bola matanya menghadap sang kakak.

“Benar Onii-chan?” tatapannya mengintimidasi. Ryosuke menegak ludah pelan lalu mengangguk.

“H-Hai…”

Mirai sontak mengangkat kedua tangannya dan meletakannya di kepala. “Onii-chan! Kenapa harus dia!” tangan kanannnya kemudian diarahkan pada Umika sementara matanya menatap bola mata coklat bening kakak kembarnya. Ryosuke hanya tersenyum miris.
Mirai terdiam lama, jelas terlihat dari wajahnya kalau ia tengah shock berat. Umika dan Ryosuke saling memandang lalu kembali menatap Mirai yang kini sudah tertunduk sambil menghela nafas. Ia lalu bergerak mendatangi Umika.

“Aku tidak peduli Onii-chanku mencintaimu atau tidak, tapi aku yakin kau pasti punya rencana dibalik semua ini. Nii-chan memang bodoh, jadi kau bisa menipunya dengan mudah. Tapi jangan pernah meremehkanku karena aku pasti akan membongkar semua rencanamu. Pasti!” Mirai bercakak pinggang sambil menatap Umika tajam. Gadis yang ditatap tetap tersenyum.
Merasa tatapan mengintimidasinya sama sekali tak berpengaruh, Mirai lalu putar balik, mengangkat tasnya dan berjalan keluar. Ryosuke cepat-cepat mengikutinya.

“Mirai-chan…” pemuda itu menghentikan langkah sang adik dengan menahan lengannya. “Kenapa kau bicara sekasar itu pada Kawashima-san?”

“Karena aku benci dia!”Mirai menatap kakaknya. “Aku benci kawashima Umika!”

Ryosuke memiringkan kepalanya. “Eeh? Doushita? Ne… Kawashima-san pernah melakukan sesuatu padamu ya? Kau mengenalnya?”

Mirai manyun. “Bukan padaku. Tapi pada Chinen.”

“Chii?!” kedua alis Ryosuke terangkat. “Chinen kenal kawashima Umika?!”

“Nii-chan tidak tahu? Iiih! Dia kan sahabatmu!”

“Kenapa aku harus tahu? Pacarnya kan kamu!”

“Cih!” gadis itu mendecak kesal. “Chinen itu bukan hanya kenal saja. Dia fans berat Kawashima Umika. Dia punya hampir semua doramanya..” Mirai menjelaskan dengan bibir maju. Ryosuke mengangguk sekaligus bernapas lega. paling tidak Chinen tidak benar-benar mengenal Umika.

“Chinen itu, Bahkan kalau lagi jalan bareng aku saja, yang jadi topic pembicaraan kami hanya si Kawashima Umika!”

Ryosuke mengangguk lagi.

“Nii-chan kok cuma ngangguk-ngangguk sih?! Bikin kesal!” Mirai menendang kaki Ryosuke lalu cepat-cepat melangkah pergi. Ryosuke sontak memegang tulang kering kaki kanannya yang baru saja mendapat tendangan.

“Itte!”  pemuda itu meringis. Namun tak lama karena ketika disadarinya, Mirai sudah melangkah jauh kedepan. “Oi, Mirai-chan! Mau kemana? Sudah sore nih!!” serunya memanggil. Mirai menoleh singkat ke belakang.

“Aku mau nginap di rumah Chii! Aku benci Nii-chan!” balasnya kesal lalu terus berjalan. Ryosuke—masih meringis berusaha mengejarnya. Namun langkahnya terhenti setelah seseorang menepuk pundaknya pelan.

“Biarkan saja… Mirai ngambek tuh. Kalau kau ganggu, nanti dia tambah marah…” Umika bicara pelan sambil kedua matanya mengikuti pergerakan punggung Mirai yang sudah jauh kedepan. Ryosuke menatap gadis itu setengah mati.

“Tapi dia mau kerumah Chinen! Nginap! Bisa bahaya kan?!”

“Bahaya apanya? Chinen pacarnya kan? Biarkan saja. Siapa tahu besok kita sudah direstui untuk menikah..” Umika tertawa, memamerkan gigi-giginya yang manis. Ryosuke ikut tertawa sakratis.

“Hahaha..” wajahnya ganti serius. “Pikiranmu hanya menikah saja!” omelnya singkat lalu kembali ke dalam rumah. Umika mengeryit sedetik, namun ikut pemuda itu kemudian. Ternyata di dalam, Ryosuke tengah berdiri di depan pesawat telepon dengan gagangnya bertengger di telinga. Melihat Umika masuk, Ryosuke otomatis memberi kode nonverbal pada gadis itu untuk tidak bersuara. Umika langsung mengangguk.

“Moshi-moshi...Chii? Ah hai. Etto…kau dirumah sekarang?...tidak? Di rumah Yuto?... Oh untunglah... Hah? Iie. Aku cuma mau nanya saja. Hehehe… Itu saja ya, Jaa ne…” pemuda itu mengembalikan gagang telepon ke tempatnya. “Chinen lagi di rumah Yuto, berarti Mirai pasti tidak bisa menginap di rumahnya. Bagus! Aku tinggal bikin makan malam dan menunggunya pulang...” Ryosuke tersenyum manis. “Aku memang jenius!”

Kening Umika berkerut mendengar Ryosuke bicara. Apakah pemuda itu bicara padanya? Atau hanya bicara pada dirinya sendiri? Dan lagi, apa itu ‘aku memang jenius’?!
Umika tak lama-lama terpaku heran karena sedetik setelahnya, Ryosuke sudah melenggang ke dapur. Gadis itu mengikuti. Bukan untuk membantu pemuda itu memasak, tentu saja. Hanya ingin mengamati plus mengukur skill memasak calon suami bohongannya ini.

“Kau mau masak apa?” Umika berdiri disamping Ryosuke yang kini tengah berusaha membuka kaleng tuna dengan pembuka kaleng yang baru saja dibelinya 2 hari yang lalu. Ini percobaan pertamanya, dan Ryosuke nampak sangat semangat mencoba alat baru tersebut.

“Tuna.” Pemuda itu menjawab singkat karena pikirannya tengah sibuk berkonsentrasi dengan pembuka lakeng baru tersebut. Senyum cerahnya terkembang kemudian saat percobaan membuka kalengnya ini berhasil. “Mirai paling suka tuna. Berdoalah dia akan setuju tentang pernikahan kita setelah makan tuna ini…” Ryosuke langsung menuangkan potongan-potongan tuna kedalam wajan yang sebelumnya sudah dipanaskan. Setelah itu, ditambahkannya pula beberapa jenis bumbu bubuk yang selain garam tak begitu Umika kenali kedalam tumis tuna tadi, beberapa potong sayuran, dan mulai memasaknya. Gaya Ryosuke keren, begitu yang dipikirkan Umika saat melihat pemuda itu mengangkat-angkan wajahn teflonnya dan melemparkan potongan tuna-sayur-bumbu tadi ke udara hingga jatuh kembali ke wajan yang sama layaknya koki professional. Kok kelihatannya keren sekali ya?

“Apakah ada yang pernah mengatakan ini padamu? Saat memasak wajahmu terlihat 3 kali lebih tampan dari biasanya…” ujar Umika sambil memperhatikan Ryosuke dari samping lekat-lekat. Pemuda itu hanya tertawa kecil.

“Tunggu sampai kau melihatku memakai kacamata. Kata teman-temanku sih, kalau berkacamata, aku jadi 10 kali lebih tampan…”

Umika ikut tertawa. “Sou kah? Memangnya matamu rusak?”

“Mata kananku min 1…”

“Hooo…” umika mengangguk. Ryosuke kembali berkonsentrasi dengan masakannya dan Umika kembali berkonsentrasi dengan wajah Ryosuke.

Love me show me tell me…Aitaku naru. Kimi no nukumori wo…Kanjitai

“Keitaiku bunyi!” Ryosuke berseru tiba-tiba, kali ini membuat Umika terkaget dan sontak membuang pandangan dari wajahnya. “Ne, Kawashima… bisa ambilkan tidak. Ada di dekat TV tuh…” Ryosuke menunjuk ke ruang tengah dengan dagunya. Tanpa menunggu perintah tadi diulangi, gadis itu langsung bergerak menuju tempat yang dimaksud dan mengambil keitai flip hitam milik Ryosuke yang tengah berbunyi nyaring.

“Telepon dari Ohgo Suzuka…” ujarnya sambil membawa kaitai itu bersamanya mendekati Ryosuke. Ryosuke mengeryit namun tak sama sekali menyentuh keitainya yang masih dipegang Umika.

“Suzuka?” dahi pemuda itu berkerut. “Ah, kau angkat saja deh. Bilang aku masih sibuk masak…” jawabnya. Umika mengangguk dan langsung menekan tombol answer.

“Hai, Moshi mo—“

“Serahkan 1 juta yen, kalau tidak adikmu akan kubunuh!” suara dari seberang menjawab datar. Kedua alis Umika sontak terangkat.

“Eh?”

“Heh? Ryosuke? Ryosuke bukan nih?” suara dari seberang tak lagi terdengar datar.

“Ah, Ryosuke janai. Umika desu…” Umika menjawab pelan. Disampingnya, sesekali Ryosuke melirik.

“Umika? Ooh… kau Kawashima Umika yang calon istrinya Ryosuke itu ya?”

Umika menjawab ragu. “H-Hai…” pandangannya diarahkan pada Ryosuke bersamaan ketika pemuda itu tengah menatapnya. “Orang ini tahu aku calon istrimu..” gadis itu berbisik. Ryosuke sontak ternganga.

“Hah?!” pemuda itu langsung menghentikan acara memasaknya dan segera mematikan kompor gasnya. “Pasti Mirai nih! Ne, berikan padaku…” tangan kanannya diacungkan kedepan Umika untuk meminta keitainya. Benda persegi panjang flip itu langsung berpindah setelahnya.

“Suzu?” Ryosuke setengah bercakar pinggang.

“Mirai ada sama aku nih. Lagi ngambek berat…” jawab Suzuka dari seberang setengah tertawa. Ryosuke hanya mengangguk.

“Suruh dia pulang. Aku masakin tuna nih…”

“Mirai-chan, Ryosuke bilang pulang. Dia masak tuna katanya…” Seruan Suzuka terdengar sedikit bising ditelinga Ryosuke. Nampaknya, gadis itu memang tak melepaskan keitainya saat hendak berbicara dengan Mirai. Ada jeda satu detik sebelum suaranya kembali terdengar. “Dia tidak mau. Katanya berikan saja tuna itu untuk istrimu…”

“Hee? Anak itu. ck! Ne, suzu.., bilang aku mau bicara dengannya…”

“Mirai-chan, Ryosuke mau bicara…” sekali lagi suara Suzuka terdengar bising. Terpaksa kali ini, Ryosuke harus sedikit menjauhkan keitainya dari telinga. “Mirai tidak mau. Katanya bicara saja sama istrimu itu…”

Ryosuke mengacak-acak rambut belakangnya frustrasi. “Haissh! Kekanakan sekali sih dia!”

“Kau betulan mau nikah ya Ryosuke?” Suzuka menyambung, keluar dari topic. “Dan katanya pacarmu artis. Kok kami tidak pernah tahu?”

“Anoo…itu karena aku tidak mau kalian-kalian pada heboh saja. Apalagi Chinen…”

“Tapi kalau kau tiba-tiba menikah begini malah bikin heboh kan? Wajar saja kalau Mirai marah. Dan lagi, usiamu baru 17 tahun. Belum bisa nikah…”

Ryosuke menghela nafas. “Aku sudah 18 tahun minggu depan…”

“Dan kami akan menikah dihari ulang tahunnya…” Umika nyungsep ke sebelah Ryosuke dan bicara didepan keitainya. Pemuda itu memelototi Umika sebentar sebelum kembali pada perbincangannya dengan Suzuka.

“Tadi pacarmu ya? Aah. Sudahlah! Nah, dengar Ryosuke… aku tidak akan menyalahkanmu karena ingin menikah. Kalau kau mencintainya, ya fine-fine saja…kalau aku dan Yuto disuruh nikah sekarang pun kami juga pasti mau kok. Hanya saja, seharusnya kau memberitahu Mirai jauh-jauh hari sebelumnya. Dan lagi, orang tuamu. Hanya karena mereka jauh, bukan berarti mereka tidak berhak tahu dengan siapa putranya akan menikah kan? Aku yakin mereka bahkan tidak tahu siapa kekasihmu. Ne, kusarankan, lebih baik pernikahan kalian ditunda dulu. Persiapan kalian belum matang untuk menikah minggu depan...” Suzuka menjelaskan panjang lebar.

Ryosuke mendesah, dalam hati berkata; ‘aku juga tidak mau menikah secepat ini. Hanya saja orang ini…’ pemuda itu melirik Umika sekilas. Tanpa segaja, Umika menagkap basah aksinya.

“Apa?”

“I-ie..”Ryosuke menggeleng. Pemuda itu mengoper keitai ke telinga kirinya. “Gomenasai Suzu… aku… harus menikah dengan Umika secepatnya. Ada sesuatu yang tidak bisa kuhindari, dan menikahi Umika adalah jalan satu-satunya… Ne, aku janji. Kalau sudah saatnya, aku akan menceritakan semua pada kalian. Tapi kali ini, kumohon… biarkan saja aku melakukannya…”jelasnya. Suzuka langsung terdiam. Cukup lama hingga membuat Ryosuke sedikit khawatir.

“Suzu…?”

“GADIS ITU HAMIL YA? KAWASHIMA UMIKA HAMIL! KAU MENGHAMILI PACARMU YA??!” Suara Suzuka terdengar nyaris menyerupai pekikan. Ryosuke menutup telinga kirinya dengan tangan kanannya yang bebas keitai. Meskipun begitu, 3 kalimat Suzuka tadi telah terekam dalam memori otaknya. Tidak sampai seperenambelas detik menutup telinga, Ryosuke kembali mengoperasikan keitainya.

“Tidaak! Tidak! Umika tidak hamil! Aku tidak menghamili Umika! Kau salah sangka!!” pemuda itu berseru panik. Umika juga, sontak terkaget hebat mendengar kata-kata Ryosuke barusan.

“Ahh.. Gomen na, Ryosuke. Aku bisa tidak membayangkan sama sekali masalah sesensitif ini. Gomenasai…” Nada Suara Suzuka turun satu oktaf. “Ne, kau dan Umika menikahlah, biar aku yang urus Mirai. Tidak perlu berterima kasih, aku senang bisa membantumu…” Suzuka sedikit tersenyum saat berkata begitu. “Nah, yang langgeng ya. Ingat, jaga calon istrimu baik-baik. Orang hamil itu rawan bahaya loh… sudah ya. Jaa ne..”

“Suzu! Matte! Tidak seperti itu Suzu. Tidak—“

“tuut…tuut..tuut…”

Ryosuke menutup flip keitainya pelan. Tubuh pemuda itu langsung jatuh terduduk dilantai.

“Ne… bagaimana?” Umika ikut terduduk dan menepuk pundak Ryosuke pelan. Dengan gerakan lambat seolah diberi efek slow motion level atas, Ryosuke mengalihkan pandangannya ke wajah Umika.

“Sekarang alasan kita menikah adalah karena kau hamil dan aku harus bertanggung jawab…” ujar pemuda itu pelan. 

//TBC//

1 komentar:

  1. love you,thích quá fic của yamaumi,i love couple yamada&umika, thankuuuuuuuuuuuuuu, i want picture,video fic about them,can you made?

    BalasHapus