Title: Suddenly Married
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?!
A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!
Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*
Chapter 2
“Menikahlah denganku!”
“EH?!” kedua alis Ryosuke sontak terangkat tinggi. Apa yang barusan dikatakan nona artis itu? Menikah? Menikah kah? Tidak mungkin. Ryosuke langsung geleng-geleng, mengira dirinya salah mendengar.
“kekkon janai…” bisiknya super pelan.
“kekkon desu! Aku ingin kau menikah denganku…”
“EEH??! Apa—apa yang kau katakan?” Lagi, Ryosuke menunjukan ekspresi kagetnya denan amat teramat sangat jelas. Tiba-tiba saja keringat dingin mengucuri keningnya. Dan entah kenapa, celemeknya lalu lepas tanpa sebab. Pemuda itu terlihat sangat shock.
“Aku bilang men—ah! Celemekmu lepas!” Umika menujuk celemek Ryosuke yang sudah melorotkan diri ketanah. Konsentrasi pemuda itu sontak berpindah ke selembar kain merah tua yang ditunjuk Umika tadi dan buru-buru mengenakannya kembali. Umika nyengir lalu dengan sesuka hati meniti langkah melewati Ryosuke beserta pintu ruang tamunya untuk masuk kedalam rumah. Ryosuke belum sempat melarang karena pikirannya masih setengah teralih ke celemek mendadak lepas tersebut. Dan setelah nyaris 10 detik dihabiskannya hanya untuk mengenakan kembali celemeknya—yang kerusakannya ternyata terjadi pada tali yang melingkari leher yang putus tanpa sebab, Pemuda itu lalu buru-buru masuk kedalam hanya untuk mendapati Umika sedang duduk santai disofa ruang tamunya sambil memangku kaki ala mafia.
“Yo!” gadis itu menyapa dengan santainya. Ryosuke langsung memasang expresi ‘Ngapain-lo-di-rumah-gue-?-gue-nggak-suka-lo-disini-!’.
“Maaf kalau kata-kataku agak kasar. Tapi aku harus tahu mau apa kau dirumahku dan apa maksudmu dengan mengajakku menikah! Kalau kau sedang jadi presenter realty show atau apapun sejenisnya itu, sebaiknya kau cari korban lain karena aku tidak punya waktu untuk meladenimu sekarang. Aku harus membuat makan malam karena adikku sebentar lagi pulang dan dia bisa ngamuk jika tidak ada yang bisa dimakan, kau mengerti?!” Nafas Ryosuke langsung ngosh-ngosan setelah rentetan kalimat maha panjangnya tadi terlontar. Umika terdiam sejenak sembari memandang pemuda itu takjub. Namun sedetik setelah itu, tawa kerasnya langsung meluncur keluar.
“HAHAHAHA…AHAHA..AHAHA…AHAAHAHAHA!!!!!”
“Apa yang lucu, hah?! Aku serius!!” Ryosuke berseru lagi, kali ini tambah marah. Namun, bukannya terintimidasi atau apa, Umika malah nyengir lebar.
“Oi! Oi! Easy boy~ aku juga tidak akan mengganggu pekerjaanmu kalau kau mau bekerja sama…” jawab gadis itu santai. Senyumnya terulas. “Ah, dan kalau bisa, aku minta segelas kopi. Gulanya cukup satu sendok teh ya~”
“Jangan bercanda! Kau pikir aku ini apa, hah?! ” Ryosuke memukul pahanya dengan tangan hendak menimbulkan bunyi keras yang mungkin saja bisa membuat Umika takut dan tak lagi bertindak seenaknya. Namun setelah melakukannya, pemuda itu baru merasakan kalau tindakannya tadi hanya balik membawa derita baginya sendiri. Soalnya tanpa sadar, Ryosuke mengeluarkan nyaris 90% energinya dalam pukulan tadi. “itte…”bisiknya sambil sembunyi-sembunyi mengelus organ yang baru tergeplak tadi, tentu agar Umika tidak menyadari tindakan bodohnya barusan.
Namun sayang seribu sayang. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Sudah jatuh tertimpa tangga. Air susu dibalas dengan air tuba(?). Alih-alih takut atau apa, yang ada Umika balik menatap pemuda itu tajam dan ikut menepuk spot sofa kosong disebelahnya. Beruntun dudukan sofa itu terbuat dari plastik sintetis sehingga tanpa mengerahkan tenaga sebesar Ryosuke pun, gadis itu sudah bisa menghasilkan bunyi yang memekakan telinga, jauh lebih besar dari yang dibuat Ryosuke tadi. Wajah gadis itu serius dengan tatapan mata siap menusuk dan mencabik-cabik apapun—atau dalam kasus ini siapapun yang menjadi objek tatapannya. Ryosuke sontak menelan ludah.
“Aku tidak pernah main-main dengan apa yang kukatakan.” Nada suara gadis itu kemudian meninggi. “Kalau aku bilang mau menikahimu, maka aku akan menikahimu! Dan kalau kubilang bawakan aku kopi dengan satu sendok the gula, maka bawakan aku kopi dengan satu sendok the gula! Jangan tambahkan lebih banyak gula apalagi dengan krim! Aku benci itu! Dan satu lagi, Jangan banyak protes! Lakukan saja!!” Umika balas membentak, dan kali ini sukses membuat Ryosuke mangap.
“Y-yes mam!” pemuda itu menggumam tanpa sadar dan buru-buru ngacir kedapur. Umika hanya mendecak sambil geleng-geleng.
“Ck! So lame~”
Selang beberapa puluh detik, Ryosuke lalu muncul bersama sebuah nampan perak bermuatkan secangkir kopi, tepat seperti yang diperintahkan Umika. Pemuda itu mengukurnya dengan saksama tadi. Satu sendok the gula, hanya satu sendok! Bahkan tak ada satu butir gulapun yang lebih. Dengan gerakan tertata rapi bak waiter profesional, Ryosuke lalu meletakan cangkir kopi tadi dimeja kaca didepannya.*ini juga alasan kenapa Ryosuke dan Umika tidak memakai meja untuk menjadi target geplakan peningkat dominasi mereka: meja ini terbuat dari kaca. Bisa pecah kalau dipukul seperti itu!*
“Hai Ojou-sama, dozou…” ucapnya tanpa sadar. Umika sumringah, lalu menyeruput kopi itu perlahan.
“Aaah… rasanya pas sekali! kerja bagus Ryosuke!”
“Hai! Arigaou Ojou sa—EHH?! Kenapa aku harus memanggilmu ojou-sama? Siapa kau memangnya?! Dan ah! Siapa yang menyuruhmu seenak udel memanggilku Ryosuke hah?!” Ryosuke akhirnya tersadar setelah beberapa saat bekerja tanpa sadar dibawa tekanan wajah seram Umika tadi. Sementara Umika hanya berkedip beberapa kali sambil memandang pemuda itu, berharap ia akan jatuh juga kepada kedipan mautnya. Namun tidak deh, makasih. Ryosuke tidak termakan dengan cara macam itu. Lelah kedip-kedipan selama nyaris duapuluhan kali, gadis itu lalu meletakan cangkir kopinya di meja dan mengatur posisi duduknya, masih seperti tadi, pose mafia.
“Kalau kupanggil Ryosuke, kita akan lebih akrab ne… kita kan mau nikah…”Umika berkedip-kedip lagi. Hanya saja kali ini frekuensinya dikurangi, karena mau berkedip bagaimana macam rupapun, Ryosuke sepertinya tidak terpengaruh. Gadis itu lalu melanjutkan, “Dan aku nggak tahu loh kenapa kau memanggilku Ojou-sama… kalau yang itu aku nggak nyuruh~”
“Siapa yang mau nikah?! Aku tidak mau! Aku tidak mau menikah denganmu!” Ryosuke membalas cepat, masih dengan nada kesal yang sama. Ekspresi wajah Umika langsung berubah sedih.
“Eeh? Kau tidak mau menikah denganku?” Umika memasang serangan pika-pika kawaii facenya. Hati Ryosuke tiba-tiba saja meleleh.
“Tentu saja aku mau. Siapa juga yang tidak mau menikahi gadis cantik, imut nan lucu sepertimu—AAARGH! Maksudku, iya! Aku tidak mau menikah denganmu..!” Ryosuke mengacak-ngacak rambutnya frustrasi saat melantunkan kata AAARGH tadi. Nampaknya pikiran pemuda itu sempat termakan serangan Umika. Namun beruntung, ia berhasil memperoleh kembali kendali atas pikirannya.
Umika semakin memperkuat pika-pika kawaii pheromonenya. Ryosuke langsung berkeringat dingin. Tantangan kali ini berat juga!
“Ne, Ryosuke-kun beneran tidak mau menikah denganku? Aku ini Kawashima Umika loh?! Sudah cantik, baik, lucu, imut, rajin menabung—“
“Tidak! Sekali tidak tetap tidak!” Ryosuke bersikukuh ditengah perjuangannya melawan pengaruh pheromone tadi. Umika langsung terdiam dan menunduk. Serangan pika pika kawaiinya tak lagi bekerja.
Ryosuke memiringkan kepalanya. Kenapa gadis ini tiba-tiba saja diam? Ah, apakah penolakannya berhasil? Apakah Umika Kawashima sudah jera sekarang?
Ryosuke menyeringai. Pemuda itu nyaris meneriakan kata ‘YEEIY!!’ layaknya cheerleader genit dalam dorama Risou no Musuko yang sempat heboh di Tokyo sebulan lalu. *A/N: untuk lebih jelasnya, silahkan nonton episode 4 ;)*. Namun, niatnya tertunda begitu saja, tepat setelah Umika mengangkat kembali wajahnya.
Gadis itu menangis. Ryosuke sontak terhenyak. Ini pertama kalinya ada gadis selain adik kembarnya sendiri menangis dihadapannya. Dan lagi, ia tidak pernah tahu cara menghadapi hal-hal sentimental seperti ini. Kalau Mirai dulu menangis dihadapannya, pemuda itu tinggal memberinya tuna dan CRING! beres! Mirai akan langsung diam. Nah kalau ini, gadis yang baru ditemuinya sekali seumur hidup ini, masa mau dikasih tuna juga?
“N-Ne…” Ryosuke menepuk pundak gadis itu pelan. “Jangan menangis… aku tidak tahu kenapa kau ingin sekali menikah denganku, tapi jujur, aku tidak bisa… aku tidak bisa menikah denganmu…” Ujarnya lembut. Umika sedikit mendongak agar bisa menatap mata pemuda itu.
“Doushite?” tanyanya pelan. Ryosuke nampak sedikit kebingungan menjawabnya.
“ahh.. itu.., ya… karena aku tidak bisa!”
“kenapa tidak bisaaaa???” Tangis Umika makin menjadi. Ryosuke gelagapan menanganinya.
“A-aa..Begini. Itu karena aku belum siap! Umurku baru masuk 18 minggu depan, dan aku bahkan belum tamat SMU. Sudah begitu bagaimana mungkin kita bisa menikah, padahal kita bahkan tidak saling kenal…”
“Aku mengenalmu. Kau Yamada Ryosuke kan? Aku kawashima Umika. yoroshiku…” Umika menunduk singkat seolah baru memperkenalkan diri. Ryosuke mengacak-acak rambutnya lagi, kembali dibuat frustasi.
“Bukan begitu. Maksudku mengenal dalam arti yang berbeda…ehm, pacaran!”
“Kita bisa pacaran setelah menikah kan?” Umika bersikukuh. Usulnya sontak membuat penat dikepala Ryosuke makin menjadi. Tidak terbalik tuh? Mana ada orang nikah sebelum pacaran?
“Tidak mungkin Kawasima-san… jelas tidak bisa. Aku tidak mungkin menikah denganmu…”
Umika langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Cukup lama sampai Ryosuke jadi khawatir sendiri. Jangan-jangan gadis itu mau bunuh diri?
Ryosuke sudah mengambil ancang-ancang untuk menarik tangan Umika dari wajahnya—yang dikiranya bisa mengganggu aliran pernapasan gadis itu. Namun belum sempat bertindak, Umika sudah mendahuluinya melepaskan kedua tangannya sendiri. Dan lagi, gadis itu langsung mengambil posisi berlutut sembari memeluk kaki Ryosuke.
“Kumohon menikahlah denganku! Aku tidak punya harapan lagi selain dirimu!” Umika menangis sesegukan sambil tetap memeluk kaki Ryosuke. “Aku tidak mau mereka membawaku ke Eropa. Aku tidak mau meninggalkan karirku yang sudah kubangun dari nol. Aku tidak mau meninggalkan Tokyo! Kumohon!! Hanya kau yang bisa membantuku..!”
Hati Ryosuke yang sebelumnya meleleh karena serangan Umika kini luluh lagi. Lepas dari ketidakpahamannya akan cerita Umika yang terlalu tak jelas, pemuda itu tetap merasa kasihan. Entah kenapa gadis itu nampak sangat teramat butuh bantuannya, dan sebagai warga Negara yang baik, sudah jadi kewajibannya untuk membantu sesama. Tapi ini.., menikah? Err…
“Kawashima-san…”Ryosuke mengangkat bahu Umika agar tak lagi memeluk kakinya. Kali ini gadis itu menurutinya. “Jujur, aku sangat ingin membantumu sekarang. Hanya saja, menikah… itu jelas tidak mungkin bagiku. Aku—maksudku kita masih terlalu muda untuk memikirkan tentang rumah tangga. Belum saatnya kita membicarakan hal serius seperti ini…”
Umika tak berkedip. Mulutnya dibuka sedikit. “Serius? Ah… aku lupa bilang ya? Pernikahannya cuma pura-pura kok! Palsu. Kita hanya harus pura-pura menikah didepan ayah ibuku, bukan menikah beneran!” gadis itu menjelaskan dengan wajah innocent. Ryosuke langsung mangap.
“EEH?!”
“Iya cuma pura-pura. Ahahaha… duh, bodohnya. Seharusnya aku bilang begitu dari awal. Kan kau tidak perlu bingung begini..” gadis itu tertawa kecil. “Nah, jadi gimana? Kau setuju kan? Cuma pura-pura ini…” Umika mengedipkan sebelah matanya yang entah kenapa membuat Ryosuke bergidik ngeri. Dimana wajah habis menangis heboh itu tadi?
“Aku rasa…, tetap tidak bisa. Meskipun pura-pura, tetap saja sulit menikahi orang yang tidak kukenal… Lagipula ne, kalau hanya pura-pura, kau bisa menikah dengan orang lain kan? Tidak harus denganku…”
“Tidak hanya kau yang bisa! Harus kau! Hanya kau yang memenuhi syarat!”
“Syarat apa?” Ryosuke mulai bingung sekarang.
“Syarat apa?” Ryosuke mulai bingung sekarang.
“Yaa... Syarat suami ideal! Kau tampan, sexy, berkelakuan baik, tidak sembarangan, jago masak, dan tak miskin pula! Ayah Ibuku pasti percaya kalau kau yang datang sebagai calon suamiku..”Umika tersenyum cerah. Ryosuke sontak menaikan sebelah alisnya.
“Alasan yang mencurigakan… Tidak bisa!!”
“Aaah!! Ryosuke! Ayolah! Hanya pura pura!” Umika menarik lengan Ryosuke. “Ne, kalau kau tidak membantuku, aku bisa diseret paksa ke Paris. Ibuku pasti akan menjadikanku kurir penjemput tas-tas merk terkenal yang dipesannya dan Ayahku mungkin saja akan menjadikanku pawang banteng di arena matador. Atau lebih buruk, mereka bisa mengurungku dirumah tanpa melakukan apa-apa! Tanpa ada shooting iklan, dorama, film, tanpa apa-apa! Hanya makan dan tidur. Dan kau tahu apa yang paling buruk? AKU BISA JADI GENDUT! Mereka akan membuatku gendut!! Tidak bisa dibayangkan kan kalau seorang KAWASHIMA UMIKA gendut?! Ne? GENDUT!!” Umika menggembungkan pipinya dan membuat ekspresi wajahnya nampak seketakutan mungkin. Ryosuke hanya mengehela nafas.
“Tapi…”
“Ayolah Ryosuke. Hanya pura-pura dan hanya kau yang bisa! Ne, berkah loh kalau membantu sesama… lagian kalau membantuku, kau tidak rugi kok. Aku untung, kau tidak rugi. Yah, simbiosis komensalisme gitu deh…”
Ryosuke menggigit bibir bawahnya sembari berpikir. Gadis ini sudah banyak memohon tadi, bahkan sampai mengis segala. Mau ditolak, kasihan. Mau dibantu, bentuk bantuannya sulit. Jadi harus bagaimana?
“Ne.,” Ryosuke memutar bola matanya malas. “Terpaksa… Terpaksa ya! Catat! Aku bersedia membantumu. Tapi dengan satu syarat! Tidak boleh ada orang lain yang tahu soal pernikahan pura-pura kita ini selain orang tuamu, dan setelah semuanya selesai, jangan pernah ganggu aku lagi. Mengerti?!”
Umika menatap Ryosuke dengan mata bling-bling. “Mochiron!” gadis itu sontak menghambur ke pelukan Ryosuke. “KYAA!! Arigatou Ryosuke-kun!!!” serunya kegirangan. Ryosuke kaget setengah hidup dan sebisa mungkin menahan hormon lelakinya agar tidak menyerang Umika saat itu juga. Well, Ryosuke memang memikirkan situasi sejak tadi. Sedirian bersama seorang gadis manis dirumah bisa jadi cobaan berat untuknya deshou?
Dengan gerakan kikuk Ryosuke mengangguk. Pemuda itu sendiri bersiap memeluk bahu Umika, tepat seperti yang dilakukan gadis itu padanya.
Tanpa sadar, seseorang tengah memasuki rumah. Seseorang yang capek dan lapar karena sejak tadi terpaksa mengikuti les siang oleh gurunya yang terobsesi dengan Fisika. Seseorang yang punya ‘posisi’ dirumah itu.
“Oni-chan tadaima—“ suara tas menabrak lantai kayu seketika mengagetkan Ryosuke-Umika yang masih berada dalam pose pelukannya. Keduanya langsung mengarahkan tatapan ke sumber suara dimana seorang gadis manis berseragam SMU lengkap tengah menatap mereka dengan mulut terbuka lebar. Ternyata bunyi tadi adalah bunyi tasnya yang dijatuhkan tanpa sengaja kelantai.
“Oni-chan to… KAWASHIMA UMIKA?!” pekiknya dengan memberi penekanan pada 2 penggal nama tamu rumahnya tersebut. Ryosuke dan Umika langsung melepaskan pelukan tangan masing-masing.
“Y-Yo, Mirai-chan…”
//TBC//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar