Minggu, 08 April 2012

[fic] : Suddenly Married




Title: Suddenly Married 
Author: Yohanita RoseDhyana a.k.aYamada Dhy a.k.a Me 8)
Genre: Romance, comedy
Cast  : Yamada Ryosuke, Kawashima Umika, Shida Mirai, Chinen Yuri, Yuto Nakajima, Ohgo Suzuka
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: Pernikahan tiba-tiba Ryosuke Yamada?! 

A/N: Pairing no 2 favoritku—Yamashi kujadiin sodara kembar di fic ini..
Aku menghianati YamaShi!!! Nooo!!!

Ah..ahahaha… Dozou.. >0< *itu doang?*


SUDDENLY MARRIED 

Chapter 1

Gadis manis bermantel putih itu mengerutkan keningnya. Matanya yang tajam diarahkan kepada sepasang manusia beda jenis kelamin di depannya dengan tatapan tidak setuju. Sangat tidak setuju! Pasangan manusia yang berstatus sebagai orang tua kandungnya itu otomatis memasang wajah berwibawa.

“Kekon?”

Pasangan suami istri itu mengangguk.

“Tou-chan to Kaa-chan wa tidak bisa meninggalkan Umichan sendirian di Tokyo ne… Jadi kalau Umichan mau mempertahankan karir sebagai artis dan tidak mau ikut Tou-chan dan Kaa-chan ke Tokyo, Umichan harus punya suami dulu. Supaya paling tidak, sudah ada yang menjaga Umichan ketika kami berdua di Eropa.. Ne, Kaa-chan?” Kawashima Yuya—sang ayah meminta persetujuan istrinya. Kawashima Rubi mengangguk mantap.

“Hai! Umichan tidak boleh ditinggal sendiri na… Tokyo jaman sekarang kan bahaya…”

“Demo Kaa-chan, Touchan!” Umika—sang putri—sontak protes. “Kekkon? Ah.. umurku kan baru 17 tahun! Dan kalian tahu kan, aku tidak punya pacar sekarang!” keningnya makin berkerut. Melihatnya, Yuya dan Rubi tersenyum lebar. Yuyalah yang kemudian memberi lanjutan penjelasan.

“Dakara, Umi-chan… lebih baik berhenti saja ne? kita sama-sama ke Eropa.. kita ke paris lihat menara Eiffel, atau ke coliseum di roma—“


“Kita bisa ke Milan buat beli produk asli Gucci”  Sambung Rubi cepat sembari pikirannya melayang membayangkan berbagai macam tas mewah yang bisa didapatkannya jika berada di Milan nanti. Bibirnya menyunggingkan senyum super manis.
Gadis tadi tertawa garing lalu secepat mungkin mengubah air mukanya jadi serius.

“Aku menolak! Aku tidak mau meninggalkan karirku yang sudah kubangun dari nol. Aku akan tetap tinggal di Tokyo!”

“Eh?!” Pasangan suami istri Kawashima berseru kaget.

“Aku akan cari suami sekarang…!” Lanjutnya cepat sebelum bergerak keluar dari ruang keluarga rumahnya. Yuya dan Rubi saling menatap lama.

“Bagaimana ini?” Rubi menoel-noel lengan suaminya sembari wajahnya menampakkan ekspresi khawatir. Yuya berpikir tenang sambil mengelus-elus dagunya yang bebas jenggot.

“Tenang saja Kaa-chan… aku yakin, Umichan tidak akan bisa menikah dalam waktu sedekat ini… tinggal 2 minggu lagi..”jawabnya kalem. Rubi mengangguk setuju, matanya sontak berbinar-binar.

“benar.. tidak mungkin ne?”

*****

“Cih!” Umika menendang satu kaleng kosong minuman bersoda yang jaraknya hanya beberapa puluh meter dari tempatnya berpijak. Gadis itu sudah kelewat kesal dengan perbincangan singkatnya bersama orang tuanya tadi. Apa itu menikah agar ia bisa tinggal?! Terlalu! Umika kan sudah jadi artis sejak usianya masih 11 tahun dan meninggalkan Tokyo—yang berarti meninggalkan dunia keartisan yang sudah dibangunnya dari nol itu hanya untuk bersama kedua orang tuanya yang dipindahtugaskan di paris jelas tidak mungkin dilakukannya. Ia sudah berjuang terlalu keras untuk mendapatkan semua perstasinya kini, dan meninggalkannya hanya untuk hidup diam di Eropa? It’s diffidently a Big No No to her!

“ITTE!” Satu seruan bernada menderita tiba-tiba terdengar. Umika tersentak kaget dan baru menyadari kalau kaleng kosong yang ditendangnya tadi telah mengenai kepala seorang pemuda tak berdosa berseragam SMU tak jauh didepannya. Sontak, gadis itu menyembunyikan sosoknya dibalik sebuah mesin penjual minuman di sampingnya sambil sesekali melirik kedepan, kalau-kalau pemuda tadi berniat menguak siapa oknum yang berada dibalik kaleng nyasar tadi. Kan Umika bisa cepa-cepat kabur.
Bersamaan dengan itu, pemuda yang kepalanya baru saja jadi target tendangan kaleng tak sengaja dari Umika tadi menoleh kebelakang.

“Doushite, Yamachan?” satu pemuda lagi yang bertubuh jauh lebih tinggi dari pemuda korban tadi ikut bersuara. Si korban—yang baru saja dipanggil Yamachan hanya mengusap kepalanya yang nyaris benjol tadi pelan.

“Nggak tau nih Yuto, kayaknya ada yang ngelempar aku pake kaleng deh..” Jawabnya setengah berbisik. Yuto segera menoleh kebelakang dan mulai menyusuri.

“Nggak ada siapa-siapa kok…”

“Ah masa? Terus kaleng ini dari mana?”

Yuto mengangkat bahu. “nggak tahu… dilempar setan kali~” jawabnya asal. Pemuda korban itu langsung menggeplak kepala Yuto dengan tasnya.

“Aku benci kau!”

“Hehe.. gomen..”Yuto nyengir lalu memutuskan untuk kembali melunjutkan perbincangan mereka yang sempat terhenti tadi. “Trus nih,  Jadi benar orang tuamu nggak bisa datang tanggal 9, Yamachan?”

Ryosuke mengangguk. “Katanya kerjaan mereka baru selesai 2 bulan lagi…”

Yuto menatap sahabatnya simpati. “Yaah… sayang, mereka harus melewatkan ultahmu dan Mirai-chan… punya orang tua super sibuk gitu…”ujarnya sembari membayangkan kedua orang tua Ryosuke, Yamada Tomo dan Yamada Maki yang sama-sama berprofesi sebagai ahli kesehatan yang bekerja di WHO. Dan karena alasan itulah, kedua orang tua Ryosuke jarang berada di Jepang dan lebih sering diluar negeri untuk mengurus masalah kesehatan orang-orang sedunia, meninggalkan pemuda itu bersama saudara kembar perempuannya, Mirai sendirian. Sebelumnya, Ryosuke dan Mirai memang dititipkan dirumah kakek-nenek mereka di Osaka. Hanya saja setelah masuk SMU, keduanya memutuskan untuk tinggal sendiri di Tokyo.

Samar, Umika bisa mendengarkan percakapan Ryosuke-Yuto tadi. Gadis itu berpikir lama, namun kemudian mengangguk. Senyum tipisnya terulas, menandakan sebuah ide baru saja muncul dikepalanya. Merasa ide tersebut amat sangat brilian, Umika sontak memunculkan diri dari balik persembunyiannya.

“Eh?” serunya heran ketika mendapati jalanan tempat dua pemuda tadi berbincang sudah kosong. Matanya lalu bergerak mencari kemana ososk kedua pemuda tadi.
‘tuh, mereka belum jauh!’ batinnya ketika melihat punggung Ryosuke-Yuto nampak berada beberapa meter didepannya. Gadis itu lalu mengambil ancang-ancang untuk berlari mengejar. Namun belum juga melangkah, matanya tak sengaja bertumpu pada sesuatu.

“Nani kore?” tanyanya pada diri sendiri saat memungut benda yang ditangkap matanya tadi. Tangan kanannya membersihkan benda sejenis kartu yang baru saja berpindah dari tanah ke tangannya nyaris sedetik ini.

Kartu Pelajar
Horikoshi Gakuen
Nama: Yamada Ryosuke

Senyum gadis itu sontak terulas ketika melihat foto siapa yang terpampang diatas nama Yamada Ryosuke tadi.

*****

Ting Tong!

Yamada Ryosuke menghentikan aktivitas mengiris wortelnya ketika mendengar bunyi bel rumah. Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya sekalian menunggu, apakah akan terdengar bunyi lanjutan atau tidak. Sebab dilihat dari jam yang sudah menunjukan pukul 5 sore, adalah sangat jarang sekali jika rumahnya kedatangan tamu selain Yuto. Biasanya pemuda itu akan langsung nyelonong masuk tanpa permisi. Jadi tidak perlu bel. Dan kalaupun itu adik kembarnya Mirai, ngapain harus pencet bel segala? Kan rumahnya sendiri!

Ting tong!

Bunyi bel terdengar lagi. Yup! Memang benar, rumahnya telah kedatangan tamu. Sesegera mungkin Ryosuke bergerak kedepan.

Ting tong!

“Matte kudasai!” seru pemuda itu sambil setengah berlari menjangkau kenop pintu. Dan setelah beberapa detik berlalu, pintu tersebut akhirnya terbuka.

“Konichiwa…” Satu sapaan lembut terdengar disertai gerakan menunduk seorang gadis super manis berambut hitam legam sebahu. Awalnya Ryosuke tidak begitu mengenali siapa yang kini tengah bardiri didepannya. Namun setelah gadis itu mengangkat kepalanya dan memperlihatkan keseluruhan wajahnya yang jelita, Ryosuke baru sadar kalau gadis manis itu adalah seorang artis terkenal yang sering sekali dilihatnya di TV.

“Ah, Konichiwa… Anoo, Anda… Kawashima Umika-san desuka?” Tanya pemuda itu agak ragu. Meskipun tak begitu menggemarinya, Ryosuke sudah cukup mengenalnya karena banyaknya dorama dan iklan yang dibintanginya di TV. Umika hanya tersenyum kecil. Matanya menatap geli Ryosuke yang masih memakai seragam lengkap dengan celemek merah tua membalutnya.

“hai.. Kawashima Umika desu… Uhm, Yamada-kun deshou?” Umika balik bertanya. Ryosuke mengangguk sambil tetap terpana.

“hai… etto…ada perlu apa ya?”

Umika diam sejenak lalu secara tiba-tiba melemparkan senyuman mautnya yang luar biasa manis. Ryosuke bahkan tak bisa berkedip diserang senyuman seperti itu.

“Anoo, Ne Yamada-kun…” Gadis itu meyibak sebagian rambutnya dan menempatkannya ke belakang telinga. Matanya yang hitam legam kini menatap kedua bola mata coklat bening Ryosuke dalam. Pemuda itu hanya menelan ludah.

“hai?”

Sekali lagi Umika tersenyum.

“Menikahlah denganku!”

“EH?!”

//TBC//



Tidak ada komentar:

Posting Komentar