CHAPTER 11
“Apa ini?” Umika bertanya kagum menatap bangunan bernuansa putih di depannya. Tittle ‘Fantastic 4 Boutique’ memang mencerminkan nuansa fantastisnya. Sudah besar, mewah, elite, dan serba putih pula. Umika serasa datang untuk memesan gaun pengantin, bukannya cari baju pesta. Sementara Ryosuke di sampingnya nampak biasa-biasa saja. Gedung ini sudah sangan familiar baginya serta seisi keluarganya. Tentu saja karena butik mewah ini dibangun oleh ibunya bersama ibu Yuto, Chinen, dan Daiki. Jadi sudah kebiasaan sehari hari, mau memesan baju ya, tinggal kesini. Apalagi desinernya adalah teman dekat almarhumah ibunya. Sudah pasti kedatangan Ryosuke akan sangat di welcome di tempat ini.
Ryosuke menatap Umika gemas melihat gadis itu kembali mengeluarkan aura katronya. “ini butik milik bersama milik ibuku, ibunya Yuto, Chii, dan Daichan. Ayo masuk!”Ryosuke menarik tangan Umika lalu masuk kedalam.
“Yamada-sama, selamat datang…” salah satu wanita penjaga counter mendekati pemuda-pemudi yang baru masuk itu. Ryosuke tersenyum kecil mengenali sosok tersebut.
“Akihiko-san… Yukiji-san ada?” tanyannya mencari Yukiji Sachiko, desiner langganan keluarganya. Yang ditanya menggeleng.
“maaf Yamada sama, Yukiji-san sedang di paris. Seminggu lagi baru pulang…” jawab wanita 30 tahunan itu. Ryosuke mengangguk mengerti.
“sou kah? Ah, kalau begitu Akihiko-san bisa bantu memilihkan gaun untuk temanku? Untuk pesta ulang tahun Yuto minggu depan…” pemuda itu lanjut bicara sambil melirik Umika yang berdiri manis di sampingnya. Akihiko ikut memandang gadis itu kagum.
“baru kali ini Yamada-sama jalan bersama gadis selain Shida-san..” ujar wanita itu sambil tersenyum. Ryosuke hanya tertawa kecil.
“Ini temanku…” ryosuke kembali menegaskan kalau Umika hanyalah temannya. Akihiko tersenyum mengerti, sementara Umika sedikit sakit hati mendengar kata teman itu. Gadis itu sempat berharap Ryosuke mengakuinya sebagai pacar atau paling tidak teman dekat meskipun presentase kemungkinan hal itu terjadi hanya 20%.
Akihiko lalu mengajak kedua menusia itu melihat koleksi gaun di lantai atas. Ketika menyentuh tangga terakhir, Umika tiba-tiba berhenti melangkah. Mulutnya terbuka agak lebar mengagumi pemandangan ‘surga para gadis’ di depannya. Rentetan gaun-gaun cantik berjejer rapi dalam 2 lemari kaca besar di tengah ruangan. Lalu berbagai jenis pakaian reesmi pria, mulai dari jas sampai tuxedo juga berjejer rapi di sekelilingnya. Di pojok-pojok, ada lemari perak-kaca cantik berisi berbagai aksesoris pria-wanita. Umika berani sumpah, butik ini jauuuuuh lebih keren dari mall sekeren apapun yang pernah dimasukinya. Di shibuya pun belum tentu ada butik semewah ini.
“WAA~” seruan kekagumannya terdengar agak kampungan, membuat Ryosuke menutup mulutnya cepat menahan ketawa.
“kalau baju non-formal ada di lantai tiga.” Akihiko sedikit memberi informasi, tidak begitu sadar dengan ekspresi kekaguman Umika yang rada kampungan barusan. Umika hanya mengangguk paham, tanpa meninggalkan wajah kagumnya tadi.
“Umika, kau bersama Akihiko-san mencari gaun untukmu ya? Aku menunggu di sana” Ryosuke menunjuk sebuha sofa di pojok ruangan. “kalau sudah dapat, di coba, biar bisa kulihat. Ne?” pemuda itu mengedipkan sebelah matanya. Umika sedikit ngeri melihat sikap pemuda itu. Koq dia jadi mirip Chinen sekarang?
Selesai berurusan dengan Ryosuke, Umika langsung ikut akihiko memilihkan baju yang tepat untuknya. Akihiko mulai membuka lemari penuh gaun cantik tadi. Umika kembali di buat terperangah melihat isi lemari tersebut. Demi apa ini baju-bajunya mewah-mewah sekali. Ini pertama kalinya Umika menemukan gaun-gaun modis macam begini.
“Nona, silahkan pilih gaun mana yang nona inginkan…” Akihiko menghentikan acara terpesona Umika tadi. Gadis itu tersadar, dan langsung melirik-lirik gaun mana yang menarik hatinya. Tapi bagaimana bisa memilih kalau semua gaun ini menarik hatinya?
“kalau tidak bisa milih ya ambil saja semuanya.” Seolah bisa membaca pikiran Umika, Ryosuke tiba-tiba saja berteriak dari kediamannya sekarang. Gadis itu menoleh sebentar menatap takjub pemuda itu, lalu kembali fkcus ke gaun-gaun cantik di depannya.
“dasar Ryosuke. Mau beli gaun banyak-banyak buat apa coba!” umpatnya super pelan, mengantisipasi siapa tahu si Akihiko-san itu mendengar. Setelah meneliti baik-baik, Umika baru sadar ada sesuatu yang terlupa. Sesuatu itu seharusnya jadi yang pertama menarik perhatiannya sebelum terkesima dengan tampilan cantik gaun-gaun tadi. Sesuatu yang selalu diajarkan ibunya sebagai hal pertama yang harus dilihat ketika ingin membeli sesuatu.
Label harga. Benar! Umika lalu diam-diam menelusuri setiap detil salah satu gaun dalam genggamannya. Tapi dia lalu sadar, ini butik. Pakaian di butik tidak biasa ditempeli harga. Apalagi butik ini milik keluarga Yamada.
“Nona, sudah menemukan gaun yang pas? Kalau belum biar kurekomendaikan..” Akihiko menghentikan gerakan tangan Umika mencari-cari label harga dan mulai memilih beberapa potong gaun yang menurutnya akan cocok dikenakan Umika, sementara gadis itu hanya bisa menatap takjub ketika melihat kegesitan tangan akihiko.
‘Ya ampun, wanita tua itu ambil berapa banyak nih?’ Umika membatin negri melihat jumlah gaun cantik nan mewah indah berkelas ditarik tangan-tangan akihiko. 10 buah? Tidak. Masih lebih.
Selesai dengan gaun-gaun indah yang menurutnya akan cocok dikenakan costumer barunya itu, akihiko tersenyum simpul.
“Nona silahkan coba gaun-gaun ini” akihiko menyerahkan tumpukan-tumpukan gaun tersebut ketangan Umika. umika agak susah menerimanya mengingat jumlah gaun yang dipilihkan untuknya ini bukan sedikit.
“Ne, Akihiko-san, ini…” Umika memandang gaun-gaun dalam rangkulannya. “..tidak kebanyakan nih? Aku perlunya cuma satu aja kok…”
Akihiko kembali tersenyum. “untuk teman dekat Yamada-sama, saya berkewajiban memilihkan gaun yang berkualitas..”
“demo,..”Umika mencoba protes. Tapi boro-boro mau protes. Yang ada akihiko sudah mendorong tubuh mungilnya menuju ruang ganti berdinding tirai kecoklatan di depan sofa Ryosuke.
Tidak sampai 5 menit, Akihiko sudah berdiri di samping ryosuke dengan tangannya memegang remote pengontol tirai ruang ganti tadi.
“nah, yamada-sama, ini gaun pertama yang kurekomendasikan~” Akihiko menekan pelan-pelan tombol untuk membuka tirai tersebut. Sepersekian detik kemudian munculnya sosok Umika dalam balutan sebuah gaun kuning muda panjang. Ryosuke sedikit terkesima melihat penampilan Umika yang agak lain dari biasanya, tapi pemuda itu kemudian menggeleng.
“gaunnya terlalu panjang…” Ryosuke memberi komentar singkat. Akihiko mengangguk, membenarkan lalu kembali menutup tirai coklat tadi agar Umika bisa mencoba gaun berikut. 5 menit berlalu sampai akihiko kembali membuka tirai coklat tersebut.
“kalau yang ini terlalu pendek.” Ryosuke kembali memberi komentar, melihat gaun biru gelap yang dikenakan Umika. Memang terlalu pendek karena sejak tadi Umika tak henti-hentinya menarik ujung gaun itu agar menutupi setidaknya lebih banyak bagian kakinya. Gadis itu bisa bernafas lega ketika mendengar komentar Ryosuke barusan. Untung pemuda itu bukan tipe pria hidung belang. Kalau tidak, mungkin gaun yang sudah pendek itu akan diperpendeknya lagi.
Akihiko kembali mengangguk paham lalu menutup tirai coklat tersebut. Dan sama seperti sebelumnya, dalam 5 menit tirai sudah terbuka, menampakan sosok Umika dalam busana berbeda. Dan kali ini gadis itu menggunakan gaun hitam di bawah lutut. Umika cukup nyaman dengan gaun itu, apalagi karena desainnya sederhana, harganya pasti tidak terlalu mahal. Tapi berbeda dengan Umika, Ryosuke malah menolak mentah-mentah.
“Warnanya terlalu gelap, tidak cocok dengan kulitmu..” begitu komentarnya ketika sosok Umika sudah menampakan diri untuk yang ketiga kalinya dalam balutan gaun yang berbeda. Umika menggembungkan pipinya kesal mendengar komentar pemuda itu.
“lalu mau gaun yang mana sih? Capek tahu gonta-ganti baju mulu!” protesnya.
“sudah. Ganti saja bajunya. Mau dibelikan tidak?” Ryosuke membalas asal, membuat gadis berpostur mungil itu kembali memasuki ruang ganti berdinding Tirai dibelakangnya.
Ryosuke kembali menunggu. 15 menit berlalu, dan Umika belum juga keluar. Jengah, pemuda itu berseru dari luar.
“Umika sudah belum?!” serunya agak kesal. Umika pun tak kalah berseru kesal juga dari dalam.
“bentar! Mau baju-bajunya dicobain tidak?” gadis itu balas mengomeli Ryosuke seperti yang pemuda itu lakukan sebelumnya. Menyadari itu, Ryosuke tertawa kecil.
“sudah nih!” kali ini tanpa bantuan Akihiko, Umika membuka sendiri tirai pelindungnya. Ryosuke seketika terpana ketika gadis itu muncul pelan-pelan dan bergerak menarik tirai tadi agar memperjelas sosoknya yang terbalut anggun dalam sebuah gaun selutut berwarna putih polos dengan modelnya yang jatuh mengembang serta dihiasi pita elok besar berwarna senada di depannya. Pemuda itu tidak bereaksi, jelas terpesona dengan sosok Umika yang nampak berbeda itu. Cantik.
“Nah, bagaimana?” Umika duluan melontarkan pertanyaan melihat Ryosuke tak kunjung memberi komentar seperti yang sudah-sudah. Ryosuke yang masih terpesona hanya bisa menggumam pelan.
“cantik…”
“Apa?” Umika bertanya lagi, sebagai akibat tidak mendengar jelas gumaman Ryosuke barusan. Ryosuke langsung tersadar sudah mengatakan hal barusan. Wajahnya memerah, jantungnya berdetak cepat. Kok dia jadi malu?
“betsuni~” refleks, jawaban itulah yang dikeluarkannya. Umika menaikan sebelah alis sedikit curiga, namun kembali mengulang pertanyaan awalnya.
“lalu bagaimana baju ini? Cocok untukku tidak?”
“Cocok..cocok kok. Kau kelihatan… ca— maksudku kau pantas mengenakannya. Iya..” pemuda itu menelan kembali kata cantik yang sudah ada di ujung lidahnya dan menggantinya dengan kata pantas. Secara kedua kata tersebut cukup berbeda juga maknanya.
“sou kah?” Umika tersenyum datar, sedikit kecewa dengan reaksi Ryosuke. Disangkanya pemuda itu setidaknya akan bilang cantik atau apa. Tapi nyatanya, hanya kata ‘cocok’ dan ‘pantas’ yang dilontarkannya kemudian.
Demi menetralkan debaran jantungnya serta warna putih terang wajahnya, Ryosuke mengalihkan pandangan ke arah Akihiko, menggerling singkat agar wanita 30 tahunan itu mendekatinya.
“kami ambil gaun ini. Terus, pilihkan juga 2 gaun yang kira-kira cocok untuknya, tapi modelnya beda ya..” pesan pemuda itu. Akihiko mengangguk lalu segera melangkah pergi, mengurusi pesanan tamu kehormatannya tersebut diikuti.
“kenapa beli lagi? Itu satu saja sudah cukup kok!” Umika protes mendengar pesanan pemuda itu. 3 gaun, mau buat apa saja? Memang dia kondangan tiap hari?
“itu biar kalau kau bosan dengan yang putih itu, kau bisa ganti dengan gaun lain. Tenang saja, aku yang bayar ini~” jawab Ryosuke santai. Umika hanya tersenyum kecut, kesal juga aneh dengan Ryosuke. Dasar orang kaya memang begitu. Umika kini menyadari benar, Hidup memang akan terasa sangat mudah jika kau menyandang marga Yamada.
Selesai dengan Ryosuke, Umika kembali menutup tirai, hendak mengganti gaun yang dikenakannya tersebut dengan seragam sekolanhya. 5 menit kemudian, gadis itu sudah berdiri rapi di samping Ryosuke sembari tangannya mengikat dasi garis-garis merah hitamnya. Ketika menelusuri sekeliling, matanya tidak sengaja menangkap sebuah kotak kaca berisi berbagai aksesoris disamping Ryosuke. Dan salah satu dari isi kotak kaca tersebut sangat menarik perhatiannya. Langkah-langkah mungilnya lalu mendekati kotak tersebut, diikuti grakan Ryosuke yang bangun dari tempat duduknya dan mengikuti gadis itu, penasaran dengan apa yang dilihatnya.
“kawaii…” seru Umika kagum melihat sepasang kalung berwarna perak berliontin bintang dalam kotak tersebut. Desainnya menarik dan tampak mahal. Ryosuke memandang kalung berliontin tersebut dan Umika bergantian.
“itu kalung untuk pasangan kekasih. Dari paris dan hanya ada satu di dunia.…” Akihiko tiba-tiba sudah nimbrung dengan bungkusan plastic bertulisan ‘F4 boutique’ di tangannya. Plastic itu diserahkan ke tangan Umika. Dan setelah tangannya bebas dari benda apapun, wanita itu lalu membuka kotak kaca tadi dan mengeluarkan kalung berliontin tersebut. “liontin kalungnya bisa dibuka” akihiko memberi contoh membuka liontin kalung tersebut, ”nah, didalamnya bisa diukir nama kita dan nama pasangan kita. Ini emas putih, jadi untuk mengukirnya bisa cepat dan mudah..”jelasnya kemudian. Ryosuke menangkap ketertarikan dalam cara Umika memandang kalung tersebut dan memperhatikan dengan cermat penjelasan Akihiko. Pemuda itu menatap Umika lembut.
“kau mau?” tanyannya kalem. Umika memendangnya sesaat, lalu menggeleng sambil tersenyum.
“Kalung ini hanya bisa kau berikan pada gadis yang kau sukai. Apalagi jumlahnya hanya satu di seluruh dunia. Jika kau membelikannya untukku, suatu saat kau akan menyesal kau tidak memberikan benda ini pada orang yang kau cintai.”
“tapi kau menginginkannya kan? Tidak apa-apa kok kalau aku—“
“Tidak Ryosuke.” Umika memotong kata-kata Ryosuke. Gadis itu tersenyum lembut. “suatu saat, mungkin saja aku akan menerima benda seperti ini, dan itu adalah dari oarng yang kucintai. Kau juga sama, suatu saat akan ada gadis yang menerima liontin darimu, dan saat itulah kau menyerahkan cintamu padanya. Bagiku benda seperi ini punya makna, dan aku yakin kau juga mengerti. Kau akan mengukir namamu dan nama kekasihmu dalam liontin itu, bukan sahabatmu…, dakara, daijoubu. Simpanlah kembali.”
Ryosuke terdiam, mencerna baik-baik kata-kata Umika barusan. Satu-satunya kalung liontin untuk orang yang dicintai. Untuk siapa nanti kalung itu akan diberikannya?
“Ryosuke, sudah selesai?” Umika membuyarkan konsentrasi pemuda itu sedetik setelahnya. Ryosuke langsung mengangguk, dan bersiap meninggalkan lantai 2 butik tersebut. Namun belum juga melangkah turun, Umika sudah menghentikannya dengan menarik lengan pemuda itu.
“kau tidak bayar?!” Desisnya pelan namun berintonasi tinggai. Tawa Ryosuke seketika pecah. Butuh waktu 30 detik sampai tawa pemuda itu terhenti.
“nanti kutransfer. Butik ini kan juga milik ibuku. Jadi Koneksi ke sini mudah saja…” jelas Ryosuke singkat setelah puas tertawa. Umika mengangguk paham.
“Saa~ Akihiko, kami berangkat dulu ya?” pamit Ryosuke. Akihiko tersenyum lebar.
“hai. Terima kasih sudah mampir Yamada-sama…”
Kedua remaja 18 dan 17 tahun itu lalu menuruni tangga dan keluar. Namun baru beberapa langkah, Ryosuke kembali berhenti.
“aku lupa sesuatu di dalam. Kau duluan saja ke mobil…” ujarnya lalu cepat-cepat kembali ke dalam butik. Umika mengangkat alisnya sebelah, heran, namun akhirnya mengikuti suruhan Ryosuke tadi untuk duluan menaiki mobil.
Sementara di dalam butik, Akihiko sedikit dikagetkan dengan kemunculan kembali salah satu costumer kehormatannya tersebut.
“Yamada-sama, ada apa?” tanyanya. Ryosuke melirik sekeliling.
“kalung liontin tadi, aku ambil. Nanti diantar ke rumahku.” Perintahnya kemudian. Akihiko tersenyum lembut, lalu mengangguk.
“akan diberikan kepada siapa?”
Ryosuke terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa. Gadis yang disukainya? Mirai kan? Tapi kenapa sejak tadi wajah Umika yang terlintas?
“Entahlah…” jawab pemuda itu singkat. “tapi aku yakin suatu saat aku akan membutuhkannya…”
Chapter 11 end ~ continue to chapter 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar