Senin, 14 Februari 2011

Mirai - part 3


Part 3

Aku mengamati diam-diam. Yamada disana, berjalan mondar mandir di depan pintu. Tangannya dilipat, raut wajahnya cemas. Aku tersenyum kecil, mengatur ekspresiku lalu mendorong pintu keluar.

“Yama—“

“MIRAI-CHAN! BAGAIMANA AUDISINYA? DITERIMA TIDAK?“ pemuda itu berteriak, membuatku sontak menutup telingaku.

“Ahh…gomen..” ujarnya pelan melihatku sedikit kesakitan karena mendengar teriakannya. “Jadi bagaimana?”

Aku menggeleng. Raut wajahku kubuat sedih. Yamada langsung mengelus puncak kepalaku lembut.

“Daijoubu, ne? Mirai-chan masih punya banyak kesempatan yoo…” ia tersenyum lembut. Bisa kulihat, wajahnya sedikit kecewa. Aku mengangguk lemah.

“Sa…kita pulang sekarang ya…” Yamada menarik tanganku pelan. Ia sudah maju selangkah, tetapi aku masih statis.

“Mirai-chan…?”

“AKU LOLOS!!! AKU BERHASIL MASUK KLUB DRAMA!!!” Aku melompat kearahnya lalu memeluk pemuda itu. Terkaget akut dengan kalimat yang baru saja kuteriakan, ia langsung membalas pelukanku,dan mencium keningku sepersekian detik kemudian.

“Mirai-chan jahat! Aku sudah dibohongi. Mentang-mentang sudah masuk klub darama, kau jadikan aku kelinci percobaan buat eksperimen aktingmu! Tidak lucu ahh!” Yamada sok cemberut, memaksaku menyunggingkan senyum untuknya.

“Yamada-kun…gomen ne? tadi aku kan cuma bercanda…jangan ngambek dong…” Aku mencubit pipinya gemas. Yamada masih saja ngambek.

“Yamada-kun…?”

“……………………”

“Yamada-kun? Udahan dong…aku nggak bakal kerjain Yamada-kun lagi, benar deh! Maafin ya? ya? ya? ya?”

“………………..”
Aku mulai kehilangan akal. Tapi tiba-tiba, sesuatu merasuki otakku.

“Ri-yo-su-ke…?“
Pemuda itu langsung menoleh. Benar saja, rencanaku berhasil. Dia pasti akan kaget mendengarku memanggilnya Ryosuke.

“Mirai-chan tadi bilang apa?” Ia terlihat tidak percaya.

“Aku bilang apa memangnya?”

“Mi-Mirai-chan tadi memanggilku Ryosuke kan? Bukan Yamada-kun lagi? Iya kan? Ryosuke kan?” wajahnya kembali bersemangat. Sungguh, aku lebih mencintai wajah bersemangat ini dibandingkan ekspresi cemberutnya tadi.

“Tidak kok…”

“Manggil aah, aku dengar kok…”

“Tidak…”

“Manggil…”

“Tidak…!”

“Manggil! Manggil! Manggil!” nadanya luar biasa absolut. Aku mengangguk pelan akhirnya.
Pemuda itu tersenyum, begitu pula aku.
Kami berciuman.

“Aku menyayangimu Mirai. Sangat…”

******

Aku membuka mataku perlahan, lalu bangkit dari tempat tidur.
Aku tahu hari ini!

9 Mei…
Ryosuke!

“Otanjoubi Omodetou Ryosuke!” seruku sembari mencium pingura kecil berisi foto Ryosuke di meja belajarku.
Mataku beralih ke beker disampinnya. Baru jam setengah 6. seharusnya beker itu berbunyi 30 menit lagi untuk membangunkanku. Tapi nyatanya? Kali ini dia kalah langkah. Aku malah sadar lebih dulu, terlalu menantikan hari ini mungkin.
Kami punya janji. Aku dan Ryosuke. Di ulang tahunnya yang ke 18 ini, ia ingin merayakannya bersamaku di taman tempat dia menyatakan cintanya padaku dulu. Sekalian dengan perayaan satu bulan jadian katanya, meskipun jelas tanggal jadian kami bukan 9, tapi 7. Syukurlah kemarin aku sudah ke rumah sakit untuk pemeriksaan, jadi aku yakin tidak akan ada gangguan sebentar. Lagipula kata dokter, kesehatanku sudah semakin membaik belakangan ini.

Terlalu lama berpikir! Aku bahkan belum membuatkan bekal kami.
Aku menuruni tangga, siap ke dapur. Bukan hanya bekal, tapi juga sesuatu yang special.

******

1 jam…
Apa harus kugenapkan jadi 2 jam?  3 jam?  4? Atau lebih?
Sekarang jam 11. sudah 60 menit aku menunggu. Tapi setitikpun siluetnya tidak terlihat. Kenapa lama sekali. Apa saja yang dilakukan pemuda itu? berdandan? Memangnya dia gadis 15 tahun yang  baru kali ini berkencan?

Aku mendengus kesal. Bukan hanya karena lama, tapi karena ini.
Pudding ini nyaris mencair. Ya, pudding strawberry yang kubuatkan khusus untuknya. Kalau seperti ini, kerja kerasku sia-sia. Ryosuke tidak akan sempat menikmatinya.
Aku kembali mengecek e-mail. Kosong! Pesan masuk? Kosong! Panggilan? Hah, yang ada malah puluhan telpon dariku yang tidak pernah sekalipun dijawab. Aku tahu, dia Yamada Ryosuke, seorang artis. Tapi paling tidak jawab teponku, atau hubungi aku jika ingin membatalkan janjinya. Aku tidak mungkin akan terus menunggu di sini tanpa ada konfirmasi apa-apa. Aku tidak bisa menunggu selamanya!
Ryosuke! Kau dimana sih?

Aku sudah bersiap mengirimkan e-mail baru, ketika seseorang berlari tergesa-gesa mendekatiku.

Ryosuke kah?

“Chinen-kun?” sorot mataku meredup ketika melihat yang datang adalah Chinen. Kenapa ia kemari? Apa dia ingin menitipkan pesan dari Ryosuke karena tidak bisa datang?

Pemuda itu mengatur nafasnya. Wajar saja dia kesulitan seperti itu. dilihat dari larinya tadi, ia pasti sangat buru-buru. Memangnya apa yang mau Ryosuke katakan sampai harus membuat Chinen marathon seperti ini. Kalau hanya untuk membatalkan janji sih, tidak usah seperti ini kan?

“Chinen-kun? Doushita no?” aku mengulang kata-kataku. Pemuda itu berhenti mengatur nafas setelah dirasanya kinerja paru-parunya sudah kembali normal.

“Mirai-chan, Ryosuke….Dia……”

******
How long you’ll look l like this?
How long you’ll close your eyes?
How long… you’ll make me cry?

Wajah pucat itu masih datar. Masih seperti 2 hari yang lalu. Masih kehilangan raut cerianya.

“Ryosuke…” aku masuk, mengambil tempat di sebelah ranjang pemuda itu. menatapnya. Wajah itu berbeda sekarang. Tidak ada lagi senyuman yang biasanya, tidak terdengar lagi teriakan memalukannya, tidak ada lagi panggilan Mirai-chan untukku.

“Aku bawakan strawberry nih…kau bangun ya…” tenganku bergerak, memindahkan keranjang strawberry yang kubawa ke meja yang juga berada di samping ranjang Ryosuke.
Pemuda itu masih statis. Membuatku mau tidak mau mengeluarkan air mata.

“Mirai-chan, Ryosuke…Dia……Dia kecelakaan!”

“Koma? Anda bercanda kan?!”

“Karena buru-buru kesini dia tidak memperhatikan jalanan sekitar, sehingga sebuah mobil menabraknya…”

“Maaf, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan…”

“Ryosuke, bangunlah…” air mataku mengalir lebih deras. Sangat menyakitkan melihat orang yang kau cintai, yang selama ini aktif kelewat batas, sekarang hanya terbaring lemah di sebuah ranjang dengan berbagai kabel menjalari tubuhnya, dan harus menggunakan sejenis masker untuk membantunya bernafas. 
Ryosuke yang ini lain, nyaris berbeda.

Aku mengangkat tangannya, menggengamnya di depan wajahku. Mencoba membuatnya, paling tidak merasakan sedikit air mataku. Membuatnya tahu, hatiku perih melihanya seperti ini.

Tidak ada reaksi. Wajahnya masih datar.

“Ryosuke…kumohon. Bangunlah…”

“Mirai-chan…”

Eh, suara itu?

“Sayonara…”

Aku terhenyak, lalu menatap Ryosuke sekarang.
Wajahnya masih statis…Tidak! Ada yang berbeda. Dadanya! Dadanya tidak lagi bergerak naik-turun, deru nafasnya yang sebelumnya hampir tidak terdengar, kini benar-benar lenyap sama sekali. Dan bunyi itu! aku tahu bunyi itu!

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit!

Kotak elektronik itu menunjukan garis datar.

“Ryosuke! Ryosuke!” aku seketika panik. “Dokter! Dokter! Tolong!!!”
Mendengar teriakanku, beberapa dokter segera datang. Aku dipaksa keluar oleh seorang perawat.
Pintu itu ditutup.

And everything must end, now…?

******
“Mirai keluarlah…kau tidak bisa terus-terusan mengurung diri di kamar…” suara ibu terdengar. Aku masih mengunci bibirku, membekukan tubuhku, menulikan telingaku. Mataku masih kupaksa bekerja, hanya untuk satu tujuan.
Pemuda dalam pigura itu.

Kenapa dia pergi secepat ini?

“Ryosuke, kenapa…?”
Aku menangis, entah sudah yang keberapa kalinya sejak kematian Ryosuke seminggu yang lalu. Aku masih tidak bisa merelakannya, aku tidak mau merelakannya.

“Mirai-chan…”

Ryosuke!
Aku berlari ke arah jendela.

“Ryosuke!”

“Mirai-chan!” tubuhku melemah. Bukan Ryosuke, itu Chinen Yuri. kenapa dia datang?

Aku turun ke bawah.

Ada apa?” tanyaku pelan. Pemuda itu tersenyum kecil.

“Ini untukmu…” dia memberiku sebuah kotak yang sudah dibungkus rapi. Kado kah?

“Chinen ini…”

“Tambahan, dengan pesan jangan terus mengurung dirimu dikamar ne?” pemuda itu masih tersenyum.“Sa..aku pergi sekarang ya. sayonara…”

******
Aku membuka kado itu. sebuah liontin perak dengan rangkaian huruf klasik membentuk kata My Mirai serta secarik kertas. Bisa kuduga, siapa pemilik sebelumnya.

Dear Shida Mirai,
Kalau ada yang bertanya padaku, siapa orang terpenting dalam hidupku, aku akan jawab Mirai.
Ya! Shida Mirai, gadis yang berhasil merasuki pikiranku ketika pertama kali melihatnya.
Ia punya kepribadian yang tidak kumengerti.
Dia selalu bilang, ‘aku tidak punya masa depan’ untuk meredakan luka hatinya…
Padahal dia salah besar!
Dia diberi nama Mirai, pasti ada tujuannya. Dan dia dipertemukan denganku, pasti juga ada tujuannya.
Dan ketika dia benar-benar merasuki hidupku, membuatku akhirnya memiliki sosok yang kucintai, yang ingin selalu kujaga. Betapa bersyukurnya aku, Tuhan telah mempertemukan kami.
Aku akan selalu mencintainya, melindungi Miraiku.
Dan bila masaku berakhir, ketika aku tak mampu lagi menjaganya, aku ingin dia selalu tahu…
Aku, akan selalu mencintainya, tidak peduli di demensi apa kami nanti.
Aku ingin dia tetap tegar, tetap menjalani hidupnya dengan atau tanpa kehadiranku.
Karena dia adalah Mirai, dialah masa depannya.

Aku mencintaimu Selamanya, Shida Mirai.
Yamada Ryosuke.

Air mataku kembali jatuh. Surat, liontin, kepercayaan akan masa depan…dia sudah memberi terlalu banyak untukku.

Dan bila masaku berakhir, ketika aku tak mampu lagi menjaganya, aku ingin dia selalu tahu…
Aku, akan selalu mencintainya, tidak peduli di demensi apa kami nanti.
Aku ingin dia tetap tegar, tetap menjalani hidupnya dengan atau atanpa kehadiranku.
Karena dia adalah Mirai, dialah masa depannya.

Aku ingin membalasnya. Aku ingin hidup sebagai Mirai bagi Ryosuke. Mirai yang memiliki masa depan. Masa depan Yamada Ryosuke juga masa depan Shida Mirai.
Aku menghapus air mataku, sembari menyunggingkan senyum kecil

“Aku mencintaimu selamanya, Yamada Ryosuke…...”

~ The End ~


Minaaa, gomen gegara part tiga niih rada2 aneh kata2nya,, saya bingung soalnya kurang pengalaman bikin cerita yang menyentuh, jadi rada berantakan deh ini. Mana suratnya Yamada Ryosuke itu asal bener, kagak pernah bikin surat cinta saya soalnya.

Trus,, sekedar pemberitahuan aja,, Mirai bakal ada sekuelnya,, genrenya LOVE jadi silahkan menebak-nebak bakal jadian sama siapa si Shida Mirai nanti. Sekuelnya bakal segera nyusul…

Okk, itu ajah! Comment please…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar