CHAPTER 6
- Unpredicted one -
“Aku, melihat Umika…”
Pandangan 6 pasang mata berbeda langsung membanjiri Ryosuke. Kelompok itu terdiam. Ada jeda beberapa detik sebelum Yuto berani membuka suara.
‘Tidak mungkin, Ryosuke. Umika sudah.., meninggal..”
“Tapi aku melihatnya Yuto! Aku benar-benar yakin aku melihat Umika.” Ryosuke berseru lalu kembali mencari sosok gadis berbaju kuning muda tadi. Pandangannya kemudian tertumpu pada seseorang yang sedang bergerak membelakanginya sambil menjauh. Pemuda itu langsung mengenali sosok tersebut sebagai si terduga Umika. “Itu! itu Umika!” serunya, lalu segera berlari mengejar eksistensi tersebut. Sontak, keenam sahabatnya yang lain ikut bergerak mengikutinya.
Adrenalin Ryosuke berpacu tepat saat jaraknya tinggal beberapa sentimeter dari gadis itu. Tangannya terjulur untuk mengapai bahu si gadis dan membuatnya berhenti lalu berbalik.
“Umika!”
“Siapa?”
Tubuh Ryosuke lemas seketika ketika mendapati gadis yang ditegurnya tadi sama sekali bukan Umika. Wajahnya maupun gaya bicranya terlalu brbeda. Sakit, namun perlahan, pemuda itu tersenyum pahit.
“Maaf. Aku..salah orang..”
Gadis yang ditegurnya tadi lalu mengangguk dan melanjutkan perjalanannya. Sepersekian detik kemudian muncul Mirai dan yang lainnya.
“Ryosuke ba—“
“Bukan.” Ryosuke memotong kata-kata Mirai. ”Gadis itu bukan Umika. aku…sepertinya sudah salah orang.” Jawabnya sambil kembali tersenyum pahit sebelum beberapa saat kemudian meninggalkan kelompok tersebut.
*
“Misaki? Doushita?”
Gadis manis yang dipanggil Misaki itu terbuyar dari lamunannya. “Ahh, tidak…tidak apa-apa. Aku…”
“Hmm?”
“Aku hanya merasa, seseorang baru saja memanggilku...”
* * * * * * * *
2 months later, Meiji University
Bola matanya melebar membaca selembar kertas besar berwarna putih yang tertempel di papan pengumuman depan pelataran kampus. Cukup lama ia berkonsentrasi sampai sedetik setelahnya, kerutan kesal muncul di keningnya.
“Aku tidak percaya Suzuchan ada di urutan kedua. Tidak mungkin ada yang bisa mengalahkan Suzuchan!” Chinen mengomel sambari kedua bola matanya menelusuri urutan daftar nilai peserta tes masuk universitas Meiji. Kekasihnya tercinta ada di urutan kedua, diikuti Ryosuke urutan di 3*A/N:anggap aja Ryosuke jenius ya minaa…XD*, dan dirinya sendiri di urutan 4. Yuto di urutan 6, Mirai 9 lalu Daiki dan Momoko di urutan 11 dan 14. Cukup menakjubkan mengetahui seluruh isi kelompok tersebut menempati peringkat 20 besar. Suzuka tersenyum kecil lalu memperhatikan nama peraih urutan teratas yang nilainya lebih tinggi 3 angka darinya tersebut.
“Yukimura Misaki…aku penasaran, seperti apa orangnya. Soalnya selama ini yang bisa mengalahkan nilaiku hanya Umika..” ujarnya kalem sambil tersenyum kecil. Grup dibelakangnya nyengir, tidak terkecuali Ryosuke.
“Tapi kita selalu bisa menghabisinya dalam pelajaran bahasa inggris..” celetuk pemuda itu. “Umika tidak pernah bisa menaklukan pelajaran itu, ya kan?”
Suzuka mengangguk. “kebetulan sekali, si Yukimura ini nilai bahasa inggrisnya juga jatuh.” Gadis itu menggunakan telunjuknya menyusuri daftar nilai nama urutan teratas tersebut. “68. Parah juga..”
Mereka kembali tertawa. Namun tak berapa lama, tawa tersebut berhenti ketika Ryosuke membuka suaranya.
“Aku.., mau ke kamar mandi dulu..”
Kelompok itu terdiam sejenak lalu kembali tertawa.
“hai..Dozou! Dozou!” Daiki menggoyangkan tangannya seolah mengusir Ryosuke pergi. Pemuda itu cekikikan lalu bergerak menjauh.
“Menurut kalian, apa kita terlalu menyinggung Umika, makanya Ryosuke sampai pergi begitu?” tanya Mirai agak berbisik setelah sosok Ryosuke sudah cukup jauh dari posisi mereka saat ini. Yuto mengangkat bahu.
“Tidak ah, Miraichan. Emang sudah panggilan alamnya kali…” Chinen menjawab sambil kedua matanya ikut memperhatikan punggung Ryosuke. “Anak itu sudah bisa melupakan Umichan sekarang..”
* * * * * * * *
“Ck! Lapar.” Ryosuke mendecak lalu berhenti berjalan. Tadi pagi dia memang belum sempat sarapan karena keburu dijemput Chinen yang kelewat semangat menyambut hari pertamanya di Universitas, meskipun hanya sekedar mengetahui hasil tes masuk dan mengenal kampus tersebut. Sembari tangan kirinya memengang perutnya sendiri, pemuda itu mengambil keitai dari saku kemejanya bermaksud menelpon Yuto.
“Aku ke kantin sekarang, lapar..” katanya to the point tepat saat Yuto menjawab panggilannya dari seberang.
“Heh? Baru jam 11 loh…biasanya kau makan jam duaan gitu kan?”
“Aku nggak sarapan tadi. Sudah ya, ku tunggu dikantin saja…bye.”
“Ok, kami bakal nyusul..”
Ryosuke langsung menutup flip keitainya setelah menerima restu dari Yuto. Dengan langkah cepat akibat perut yang laparnya ampun-ampunan, Ryosuke bergerak menaiki tangga menuju kantin di lantai atas. Wajahnya berubah cerah menemukan pintu kaca besar yang berfungsi sebagai jalan masuk besar menuju kantin universitas tersebut. Secepat kilat pemuda itu masuk kedalam dan mulai memikirkan panganan apa yang bisa dijadikannya pengganjal perut saat ini.
Pintu dibuka. Pemuda itu mulai mencari-cari dimana daftar menu sampai setelah beberapa hentakan langkah kedepan, tubuhnya membeku seketika.
Dia ada disana, gadis itu.
Ryosuke yang tidak mempercayai matanya langsung mengucak kedua organ penglihatan tersebut dengan tangannya. Namun tetap saja penampakan didepannya tidak berubah. Eksistensi itu masih disana, nyata, bukan bayangan.
“U-so..” Tetesan bening air mata mengaliri pipinya begitu saja. Dadanya sesak, oksigen seolah tidak bisa melalui paru-parunya sama sekali. Pikirannya berkecamuk, mencoba menggalau bayangan sosok itu, kalau memang itu hanya imajinasinya.
Dia tetap disana. Tepat berdiri tenang sambil menyeruput jus jeruk kemasannya. Gadis itu bukan lagi imaji, bukan lagi bayangan dalam mimpinya.
Itu memang dia. Itu memang Umika.
Dengan langkah seribu, Ryosuke berlari menjangkau gadis itu dan sontak memeluknya erat.
“Umika…kau kembali..”pemuda itu berbisik dalam tangisnya, sementara eksistensi dalam pelukannya tersebut hanya bisa mengerjap.
“APA YANG KAU LAKUKAN HAH?!”
Teriakan terdengar diikuti gerakan tubuh Ryosuke yang jatuh terlempar ke lantai akibat dorongan keras gadis yang dipeluknya tadi. Wajah gadis itu nampak marah dan nyaris menangis.
Ryosuke mendongak kaget sambil menatap sosok ‘Umika’ itu tidak percaya.
“Eh..?”
“Dasar mesum! Siapa kau?! Kenapa tiba-tiba memelukku?!” gadis itu membentak. Ryosuke pelan-pelan bangkit dari posisi terjatuhnya.
“Umika.., kau...tidak ingat aku?”
“Siapa Umika? Aku bukan Umika! Kau salah orang!”
Ryosuke tidak bergerak masih sibuk mencerna kata-kata gadis itu barusan. Kalau dia bukan Umika, lalu siapa? Kenapa wajahnya mirip sekali dengan Umika?
“Ryosuke ada ap—WOAAAAH!” Yuto tersentak mundur beberapa langkah ketika melihat jelas pemandangan di depannya kini. Ryosuke yang berlinang air mata dan…Umika?
“Umika?! Kau.. masih hidup?” Momoko mendahului Yuto mendekati gadis ‘umika’ tadi. Namun, segera gadis itu membantah.
“Bukan! Aku bukan Umika! Kalian salah orang, Namaku Yukimura Misaki!”
“Eeh?”
Seorang pemuda tak dikenal tiba-tiba saja bergabung dalam percakapan yang sudah menimbulkan keributan tersebut. Pemuda itu cepat-cepat mendekati Misaki.
“Misaki, ada apa?”
“Miki…,Ada orang yang memelukku tiba-tiba. Mereka salah mengenaliku sebagai orang bernama Umika..”
Pemuda yang dipanggil Miki itu memperhatikan oknum ‘mereka’ yang dimaksud Misaki. Tatapannya berhenti agak lama pada Ryosuke, namun kemudian pemuda itu tersenyum ramah.
“Gomenasai…sepertinya kalian salah orang. Namaku Kamiki Ryunosuke dan ini pacarku Yukimura Misaki..”
Jantung Ryosuke seolah berhenti berdetak mendengar penjelasan kamiki barusan.
“Pacar?” bisiknya perlahan. Satu perasaan sakit tiba-tiba saja mengujam hatinya. Padahal gadis itu Yukimura Misaki, bukan Umika. Tapi kenapa mengetahui kalau ia adalah milik seseorang membuat hatinya sakit?
Daiki segera menarik Momoko yang hampir menangis kedalam pelukannya. Ia tahu betapa Momoko merindukan Umika dan kemungkinan momoko bisa saja meneteskan air mata seperti Ryosuke karena mengira gadis berwajah familiar didepannya kini adalah Umika.
“Ya..Gomenasai, kami sudah membuat keributan.” Ujarnya juga pada pasangan di depan mereka itu.
“Hai. Daijoubu.” Kamiki membalas sambil masih tersenyum ramah. “Kalau begitu, aku dan Misaki pergi dulu. Permisi…” pemuda itu lalu menarik tangan Misaki untuk bergerak bersamanya. Atas jawaban kamiki, Misaki lalu ikut melangkah keluar kantin. Sedetik kedua bola matanya masih menyempatkan diri untuk menatap 2 mata coklat bening yang nampak memerah habis menangis milik Ryosuke yang juga sedang menatapnya. Somehow, Misaki merasa familiar dengan tatapan tersebut. Sesuatu bergejolak dalam dadanya, namun ia sama sekali tidak mengerti perasaan apa itu dan memutuskan untuk mengabaikannya begitu saja.
Tepat setelah sosok Kamiki dan Misaki hilang dari jarak pandang, pusat perhatian kelompok tersebut lalu beralih ke Ryosuke yang tadi sudah dibantu Chinen untuk bangun dan kali ini tengah berdiri diam sambil menunduk.
“Ryosuke…” Mirai menepuk pundak pemuda itu pelan sementara yang lainnya tak berhenti menatapnya simpati. Ryosuke tersenyum pahit.
“Aku tidak menyangka ada orang yang wajahnya sama persis dengan Umika. Bodoh, padahal Umika sudah tiada, tapi aku bisa-bisanya berpikir kalau dia kembali..” Mata pemuda itu menerawang. “Aku mau pulang, tidak enak badan. Tidak apa-apa kan?”
Pertanyaan itu tak terjawab kata, hanya dibalas anggukan pelan dari eksistensi di depannya. Dengan pesan itulah Ryosuke lalu meninggalkan 6 sahabatnya dan menghilang di balik pintu kaca.
“Ne, bagaimana ini?” Daiki menyeletuk sambil memandang ke arah pintu tempat Ryosuke, Misaki, dan Kamiki tadi keluar. “Kalian lihat gadis itu. Wajahnya… mirip sekali dengan Umika.”
“Rambutnya sedikit lebih panjang dan diikat. Lalu, gaya berpakaiannya juga berubah. Tapi selain itu, dia sama persis dengan Umika. Wajahnya, postur tubuhnya…” Suzuka menambahkan sambil memangku dagunya. “Somehow, aku yakin itu Umika..”
“Tapi kenapa dia tidak mengingat kita? Dan namanya…Yukimura Misaki, bukan Umika..”Momoko ikut bicara. Tangannya menyentuh pelan lengan Daiki. Gadis itu masih shock menemukan perwujudan nyata sahabat karibnya yang hilang dan diduga telah meninggal 6 bulan yang lalu kembali hadir. Daiki yang mengerti kondisi gadisnya itu merangkulnya, lalu mengelus puncak kepala Momoko menenangkan.
“Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam 6 bulan terakhir kan? Mungkin Umika memang masih hidup dan gadis bernama Yukimura tadi adalah Umika. Entah apa yang dilamainya kemudian, sampai dia bisa melupakan kita. Ehm, bisa saja amnesia..? Kita tidak pernah tahu apa saja yang mungkin terjadi…”Suzuka melontarkan teorinya. Sementara gadis itu tengah serius memberi penjelasan pada Daiki, Momoko, dan Mirai, dibelakangnya Chinen dan Yuto sudah saling menatap.
“Sakelarnya aktif lagi ya?” tanya Yuto setengah berbisik. Chinen mengangguk lemah. Yuto tersenym tipis sebelum menepuk-nepuk pundak temannya itu. “Nggak apa-apa lah Suzuka bikin hipotesis gitu. Kali aja benar kan? Siapa tahu gadis itu memang Umika dan alasan dia melupakan kita karena amnesia atau apalah..”
Chinen mengangkat sebelah alis lalu tertawa.
“Kalau begitu kenapa tidak kita buktikan saja? Tes darah gitu? Atau tes DNA sekalian!”
“Itu dia!” tiba-tiba saja Suzuka sudah berbalik dan menjentikan jarinya tepat didepan wajah Chinen. “Kau jenius Chii!”
“Apanya?” Daiki bertanya, tidak begitu jelas mendengar usulan Chinen tadi.
“Kita bandingkan biodata Yukimura Misaki itu dengan Umika. entah golongan darahnya atau riwayat penyakit atau apapun yang bisa membuktikan dia itu Umika atau bukan. Bila perlu kita pake tes DNA.” Usul Suzuka bersemangat.
“Ne, Suzu… kalau biodata punya Umika sih memang sudah ada sama kita. Tapi mau dapat darimana biodata Yukimura itu?”sambung Yuto. Suzuka terdiam sejenak, berpikir. Chinen terkekeh, mengalihkan 5 pasang mata lain ganti menatapnya.
“Kelamaan. Kenapa nggak nyolong aja? Hari ini kan tenggat pengumpulan biodata tahap 2. Pasti Yukimura membawa salinan biodatanya kan?” usulnya gamblang. Wajah Suzuka langsung cerah. Dengan sekali gerakan, pipi kiri Chinen langsung telak jadi sasaran kecupannya.
“Aku tidak percaya sudah nyaris setahun punya pacar sejenius ini!” puji gadis itu. Chinen langsung mengelus-elus pipi kirinya sambil tersenyum sumringah. Mimpi apa dia semalam sampai dicipika Suzuka seperti ini. Kegirangan akut, satu rencana pencurian hebat langsung tersusun di kepalanya secara detil. Chinen mengisyaratkan kelompoknya agar segera membentuk lingkaran kecil agar tanpa sembunyi-sembunyi pemuda itu bisa menceritakan rencananya. Grup tersebut menanti penjelasan Chinen dengan teramat sangat antusias.
“Ini baru rencana awal sih, tapi dengarkan baik-baik. Judulnya ‘The Dream Lover’s first ever robbing plan’..”
“Emang makalah Chii, pake judul segala? Mana panjang lagi. Ini mau nyolong oi, bukan ngerjain tugas!” Yuto complain. Rencana Chinen kali ini kok berasanya ribet banget ya?
Mendengar protes Yuto, Chinen memoncongkan bibirnya beberapa senti. “Udah dengarin saja kenapa!” jawabnya kesal. Yuto manyun, namun terpaksa kembali serius mendengarkan.
“Oke mina, jadi begini rencananya…”
* * * * * * * *
“Ne, Miki… ngapain tadi kamu pake ngaku-ngaku jadi pacarku segala? Nggak lucu ah!” Misaki berhenti berjalan lalu melepaskan genggaman tangan Kamiki saat dirasanya jarak mereka sudah cukup jauh dari kelompok asing tadi. Kamiki tertawa kecil, lalu mengacak-acak puncak kepala gadis itu gemas.
“Gomen ne, Misaki chan... aku refleks mikir kalau ngaku-ngaku jadi pacarmu, mereka mungkin tidak akan mengganggumu lagi…”
“Tapi beneran nggak lucu ah! Nanti kalau Jingi dengar gimana? Aku pasti akan digoda terus sama dia..” Umika rada manyun. Ekspresi wajah gadis itu membuat kamiki kembali tertawa.
“Hai! Hai! Gomen! Aku bakal tutup mulut deh, Jingi nggak bakal tahu…”
Misaki tersenyum. Namun sesaat kemudian ada yang berubah dengan wajahnya. Kamiki yang menyadari perubahan ekspresi gadis itu sedikit tersentak.
“Pemuda yang menangis tadi…siapa ya?” tanya gadis itu pelan. Raut wajahnya mengisayaratkan rasa simpati. Kamiki memiringkan kepalanya.
“Kenapa?”
“Entahlah…aku merasa kasihan dengannya.” Pikiran Misaki kembali melayang ketika matanya menatap mata sedih Ryosuke tadi. Perasaan sesak kembali menjalari hatinya. “Dia menangis… aku tidak yakin kenapa, tapi kurasa…” rasa sesak tadi makin menghujam hati Misaki. Bibirnya tiba-tiba saja melengkungkan senyuman kosong dan pahit. “Dia pasti sangat merindukan gadis bernama Umika itu…”
To Be Continued
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar