CHAPTER 7
- First ever robing plan-
“Miki sialan! Misaki sialan! Kompak banget mereka ninggalin aku disini!” Pemuda menjulang berusia 18 tahun bernama lengkap Irie Jingi itu merengut sembari memapah berlembar-lembar kertas penting di tangannya. Rentetan biodata dirinya, Misaki, dan kamiki serta kopian surat penting lain yang harus dikumpulkan ke sekertariat universitas hari ini. Semenjak kedua manusia yang adalah sepupu dan sahabatnya itu menghilang ke kantin dengan alasan dehidrasi akut 10 menit lalu, mereka sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda akan kembali atau apa. Mengingat hal itu, Jingi jadi makin greget ingin menangkap Misaki dan Kamiki lalu melimpahkan lembaran-lembaran dokumen titipan ditangannya kembali kepada yang empunya. Tidakkah pemuda itu berniat pergi ke sekertariat dan sekalian mengumpulkan biodata kedua temannya? Hah! Mati gila deh! Mana harus mengurus ini itu, ribet, lama, mana mau Jingi melakukannya 3 kali sebagai pemberian bantuannya pada 2 manusia tadi. Gah!
“ARGH!!! Mereka berdua kemana siih?!” serunya lagi kesal akut. Jingi tidak lagi memperhatikan jalanan di depannya sampai akhirnya tidak sengaja ditabrak jatuh seorang gadis. Bukan hanya Jingi yang jatuh ternyata. Seluruh dokumen miliknya, Misaki, dan Kamiki dalam genggamannya tadi juga ikut berserakan di lantai.
“Aaa..Gomenasai, aku tidak sengaja…” Seru gadis itu melihat berlembar-lembar kertas bertebaran mengelilinginya. Jingi menunduk siap memungut kertas-kertas tersebut. Tapi sebelum itu dia harus memberi perhitungan pada manusia siapa yang sudah menabraknya begitu saja.
“Kalau jalan bisa tidak—WAAH…” umpatan kesal Jingi langsung berganti sebuah seruan kagum ketika matanya menangkap 2 manik mata hitam indah milik gadis di depannya kini. Fokusnya lalu berpendar ke wajah maha jelita si gadis yang nampak agak khawatir melihatnya. Aah—bahkan dengan ekspresi tersebut, gadis itu tetap terlihat secantik malaikat. Jingi tidak berkedip, sibuk menyaksikan dengan seksama tindakan gadis itu selanjutnya.
Ohgo Suzuka—yang adalah gadis tadi—mengerutkan kening melihat pemuda di depannya tidak bereaksi atas permintaanya barusan. Suzuka menunduk, memperhatikan wajah pemuda yang baru saja ditabraknya hingga jatuh itu, memastikan kalau-kalau pemuda itu tidak gegar otak atau apa. *A/N: yoloh…Suzu~ itu orang jatuh pan yang mendarat duluan bokongnya, bukan kepala..Pegimane bisa gegar otak? Suzuchan jenius-jenius ternyata…(nggak dilanjutin—author udah dikasih tatapan maut sama Chinen)*
“Anoo.. Daijoubu…?”
Jingi masih diam. Masih terpesona dengan penampakan Suzuka yang semakin jelas dimatanya.
“Anoo…” Suzuka menegur lagi. Dan syukurlah, kali ini Jingi sudah terbebas dari dunia imajinya yang beberapa detik lalu dilaluinya bersama bayang-bayang Suzuka. Manis, tapi dia harus kembali untuk mengahadapi the real Suzuka yang kali ini berwajah jauh lebih khawatir dari sebelumnya. Jingi langsung tersadar.
“Ahh..Hai! Hai! Daijoubu desu..” Pemuda itu tersenyum sumringah, membuat Suzuka yang wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari Jingi bisa bernapas lega. Gadis itu lalu bergerak memungut kertas-kertas yang berserakan di lantai.
“Gomenasai…. Aku sudah menabrakmu..” Suzuka berujar sembari tangannya bergerak mengumpulkan lembaran kertas menjadi satu tumpukan yang rapi. Jingi—sebagai yang empunya kertas tentu saja mengikutinya.
“Tidak apa-apa…hontou ni. Aku juga tidak begitu memperhatikan jalan…” jawabnya agak gugup. Suzuka tersenyum, masih sibuk dengan kertas-kertas didepannya. Jingi lalu kembali bicara, mencoba menjalin sedikit keakraban dengan gadis manis itu. “Uhm..kau, mahasiswa baru juga ya?”
Suzuka mengangguk. Pandangannya nyaris beralih ke Jingi untuk menanyakan pertanyaan serupa kalau saja matanya tidak menemukan seuntai nama yang berpuluh-puluh menit lalu menjadi tanda tanya besar dalam kepalanya.
“Yukimura Misaki…”gumam gadis itu tidak percaya mengetahui siapa pemilik biodata yang dipegangnya kali ini. Jingi yang mendengar gumaman Suzuka langsung tertawa kecil.
“Kau kenal Misaki? Aah… pasti karena anak itu mendapat urutan teratas dalam tes...”
Suzuka mengangkat kepalanya menatap Jingi kaget. “Kenapa biodata Yukimura Misaki ada padamu?”
Jingi kembali tersenyum. “Anak itu menitipkannya padaku… terus sekarang, tidak tahu deh dia kemana..”
“Menitipkan?”
“Un. Oh ya, kau belum tahu ya? Aku sepupunya Misaki. Irie Jingi desu..” Jingi menyorongkan tangannya, memberi salam pada Suzuka yang nampak sangat terkejut mendengar penuturannya. Gadis itu mengangguk, lalu ikut mnyorongkan tangannya menyambut jabatan Jingi.
“Ohgo Suzuka…”
Pemuda itu tersenyum senang setelah mengetahui nama malaikat di depannya kini. Tepat saat itu pulalah keduanya berhasil memungut lembaran kertas yang terakhir. Suzuka menyerahkan beberapa yang ada ditangannya dengan berat hati mengingat satu lembar yang paling ingin dibutuhkannya saat ini terselip disana. Jingi lalu membantunya berdiri.
“Terima kasih sudah membantuku memungutnya…” ujar pemuda itu. suzuka tersenyum miris. “Kalau begitu aku duluan ya. Aku harus menemukan Misaki untuk menyerahkan ini… Jaa..”
“Un. Jaa..”
Jingi lalu bergerak pergi sementara Suzuka kemudian tenggelam dalam pikirannya.
“Chinen dan yang lainnya harus tahu ini…” gumamnya sebelum ikut bergerak pergi. Tidak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk menemukan kelompoknya sedang berdiri di tempat parkir menungguinya. Suzuka langsung memberikan isyarat bagi mereka utnuk membentuk lingkaran kecil.
“Apa? Apa?” Mirai duluan bertanya, penasaran melihat wajah suzuka yang agak pucat.
“Ubah rencana. Kita tidak lagi mencuri dari Yukimura..”
“HAH?!” grup tersebut—minus Suzuka sontak berseru kaget.
“Ne, kenapa suzuchan? Apa yukimura tidak membawa biodatanya?” Tanya Momoko. Suzuka menggeleng.
“Biodatanya ada. Hanya saja.. Ada pada orang lain.. Kita harus mencurinya dari sepupunya..”
“EEh? Dia punya sepupu? Kau yakin?”
“Un... namanya Irie Jingi. Dia sendiri yang memberitahuku..”
“kalau begitu…apa gadis itu benar-benar Umika?” Daiki bersuara pelan. Semua mata kini menoleh padanya. “Yukimura punya data yang lengkap, keluarga…apa masih ada kemungkinan dia Umika? Orang yang amnesia tidak akan memperoleh sepupu hanya dalam waktu 6 bulan lebih kan? Dan dari cerita Suzuka… si Irie itu mengatakan kalau Yukimura sepupunya seolah-olah dia memang BENAR adalah sepupunya…”
Kelompok itu diam. Teori daiki memang ada benarnya. Yukimura Misaki punya keluarganya sendiri, bahkan pacar. Bagaimana mereka bisa berpikir kalau gadis itu adalah…Umika?
“Tidak! Kita tidak boleh menyerah sebelum menemukan bukti kuat kalau gadis itu bukan Umika. Kita lanjutkan rencana membandingkan biodatanya…” pernyataan bernada absolute terlontar begitu saja dari kedua sisi bibir Suzuka. Chinen tersenyum sekilas sebelum mengacak-ngacak rambut gadis itu gemas.
“Sudah dengar perintah ratu kan? Sekarang semuanya bersiap menjalankan misi kedua..”ujarnya bangga. Suzuka lalu maju, menjadi pusat perhatian kelompok.
“Rencana ini kunamakan ‘The NEW Dream Lover’s first ever robbing plan’..”ujar gadis itu bangga, begitu pula Chinen di sebelahnya. Tanpa keduanya sadari, Yuto yang berdiri berselang Mirai dari sebelah Chinen menggumamkan protesnya lagi—super pelan.
“Dasar! Mau Chinen atau suzuka sekalipun ternyata sama saja ribetnya!”
* * * * * * * *
Kumpulan pasang mata berhenti beraktivitas ketika pertempuran itu mulai mencapai klimaksnya. Teriakan elakan dan amarahlah yang kemudian mejadi melodi tunggal pengisi ruangan bertitle kantin tersebut.
“Sudah kubilang, gadis itu hanya teman!!” pemuda dengan tinggi 168 senti itu berteriak kesal setelah dituduh yang tidak-tidak oleh kekasihnya. Tatapannya marah dan berapi api. “Aku tidak selingkuh!”
“Kau bohong! Kau bohong! Kau bohong!” gadis itu bukannya mendengar malah balas berteriak dan memukul-mukul bahu lawan bicaranya. Jengkel, pemuda itu menampik tangan si gadis.
“Terserah kalau kau tidak percaya! Aku pergi!” bentaknya lagi sebelum sosoknya melangkah pergi dan dengan sangat sengaja menabrak seorang pemuda tinggi menjulang dengan berpuluh-puluh lembaran kertas ditangannya yang akhirnya jatuh berserakan dilantai. Demi apapun yang mengutuknya hari ini, ini sudah yang kedua kalinya dokumen-dokumen bodoh di tangannya kembali dibuat berserakan di tanah. Sudah bisa menebak kan siapa dia?
“HEI!!” baru saja Jingi ingin protes, namun tatapan tajam eksistensi yang menabrakya tadi menghentikan umpatannya.
“Jangan menghalangi jalanku, brengsek!” ujar pemuda yang menabrak itu tajam lalu kembali bergerak menjauh. Jingi hanya bisa ternganga menyaksikan berlalunya pemuda itu dan bagaimana umpatan tajamnya menghentikan omelannya seketika. Sedetik kemudian matanya beralih pada gadis yang ditinggal tadi yang kini tengah terisak cukup keras. Jingi kembali dibuat ternganga mengetahui oknum yang tengah berlinang air mata tersebut adalah gadis yang dipanggilnya malaikat tadi.
“OHGO SUZUKA??” tanyanya heran lalu segera mendekati gadis itu. Suzuka yang menemukan Jingi tiba-tiba saja sudah berdiri cemas disampingnya langsung memperbesar volume tangisnya.
“Irie-kun...HUWAAAA!!!”
Jingi makin cemas dan langsung menepuk-nepuk pundak gadis itu. Dan tanpa diduga, Suzuka malah balik memeluknya. Sontak pemuda itu mati beku. Suzuka? Malaikatnya? MEMELUKNYA??
“e-er... daijoubu Ohgo-san... orang seperti itu tidak pantas mendapatkanmu..” ujar pemuda itu agak ragu. Tangannya hendak ikut memeluk Suzuka, tapi kok rasa-rasanya tidak bisa ya? Seolah ada semacam aura membunuh yang diarahkan padanya, entah dari mana.
Karena aura itu juga, Suzuka lalu melepaskan pelukannya.
“Hiks.. gomen Irie-kun, aku hanya terlalu sedih..” Suzuka mengelap air matanya, lalu berpindah tatapan ke kenampakan di belakang Jingi. “Ne, kertas-kertasmu itu.... berantakan lagi tuh..”
Diam agak lama, Jingi lalu menoleh ke belakang mengikuti arah tatap Suzuka. Saat itu pulalah pemuda itu baru sadar bahwa ia telah meninggalkan berlembar-lembar dokumen penting miliknya bersama sepasang manusia sahabatnya yang kini entah kemana masih berserakan di lantai.
“AAAA!! Kertas-kertasku!!!!” Teriaknya histeris. Secepat kilat Jingi bergerak memungut lembaran-lembaran tersebut. Suzuka ikut membantunya. “Gomen Ohgo-san.. kau harus membatuku lagi memungut dokumen-dokumen ini..”
“ii yo.. daijoubu... aku malah senang bisa membantumu. Aah, dan..maafkan aku soal pelukan tadi..”
“aah.. itu, tidak usah dipikirkan.. aku juga senang kok...”
Suzuka menoleh sebentar memandang pemuda itu agak heran. Jingi mulai salah tingkah.
“Ehm..maksudku, aku juga senang bisa membantumu...”
“Sou kah..”Suzuka tersenyum kecil. Semenit kemudian, keduanya berhasil mengumpulkan lembaran kertas tadi dan sekali lagi membentuknya menjadi sebuah tumpukan rapi.
“Hai..! Arigatou Ohgo-san...” Jingi berterima kasih. Suzuka mengangguk sambil tersenyum lembut. “Aku..mau cari Misaki dan Miki dulu... dari tadi mereka belum kutemukan juga...”
“Ooh.., tentu! Silahkan...”
“kalau begitu, Jaa ne..” Jingi melambaikan tangannya.
“Jaa~” Suzuka membalas lambaian tangan Jingi. Pemuda itu lalu melangkah pergi, berusaha menemukan dimana Misaki dan Kamiki. Kini tinggal Suzuka yang juga melangkah berlawanan arah ke salah satu ruangan semi-sosong yang tak jauh darinya. Di sudut pintu ruangan tersebut, seorang pemuda dengan senyum kekanakan tengah menantinya.
“Bagaimana?” tanya suzuka spontan. Pemuda itu mengeluarkan selembar kertas dari balik jasnya.
“Biodata Yukimura Misaki..” jawabnya sabil menyodorkan lembar tersebut pada Suzuka. Gadis itu mulai tersenyum kegirangan.
“Hebat Chinen! Kita hanya tinggal menunggu Momo dan Daichan lalu menghubungi Yuto..”
* * * * * * * *
“Biodataku mana?! Ne, Jingi!! Biodataku dimana??” Yukimura Misaki bertanya kaget, Nyaris berteriak ketika menemukan biodatanya tidak ada sama sekali dalam tumpukan kertas yang baru saja dialihwariskan Jingi padanya. Pemuda yang namanya tersurat dalam kalimat Misaki barusan itu langsung meninggalkan lebaran dokumen miliknya lalu beralih pada dokumen-dokumen milik Misaki. Matanya awas mencari. Tak kalah, Kamiki yang berdiri di sebelah gadis itu juga menyisiri lembaran mikinya sendiri, siapa tahu tidak sengaja terselip.
“Tidak ada...” sahutnya dan Kamiki bersamaan setelah keduanya selelsai dengan dokumen yang mereka periksa. Wajah Misaki sudah menunjukan ketakutan luar biasa.
“Bagaimana ini?! Ini kan hari terakhir pengumpulan biodata...” pekiknya panik. “Ne, Jingi! Kau ini bagaimana sih? Kok biodataku bisa hilang!!” lanjutnya menyalahkan Jingi. Kamiki mengangguk ikut memalingkan wajahnya, memberikan tatapan ‘kau bersalah’ kepada Jingi.
“Ergh? Jelas-jelas kalian yang meninggalkanku sendirian bersama dokumen ini. Kan sudah kubilang, tadi aku ditabrak orang dua kali dan lembaran dokumennya juga ikut jatuh. Mungkin saja ada selembar dua lembar yang hilang...dan nampaknya yah, yang hilang itu punyamu, Misaki. Argh! Tapi bukan salahku! Kenapa juga kau tidak bawa salinannya!” protes disalahkan seperti itu, Jingi malah balik menyalahkan Misaki.
“Aku kan lupa! IIH! JINGI BAKA! Kalau mau ngilangin kertas ya biodatamu saja!!” Teriak Misaki lagi. Jingi baru saja ingin memberikan perlawanan tapi keburu dihentikan Kamiki. Dilihat-lihat, pertengkaran sepasang sepupu itu lama kelamaan mulai menarik perhatian sekeliling.
“Misaki...kita pulang ambil salinan biodatamu saja. Masih ada kan dirumah?” usulnya. Wajah Misaki seketika berubah cerah.
“Eh Iya! Benar juga! Ayo kita pergi...” Misaki baru maju selangkah namun tiba-tiba saja berhenti. Gadis itu berpaling kepada Kamiki yang sedang dalam posisi ready to run dibelakangnya. “Miki, kau tunggu disini saja, selesaikan urusan administrasimu... biar nanti aku tidak perlu mengantri untuk bagianku...deshou?”
“Hah?” Kamiki memiringkan kepanyanay. Misaki menarik nafasnya sejenak sebelum memberikan lanjutan penjelasan pada Jingi.
“Begini... kalau kau ikut denganku, saat aku menyetor biodataku nanti, kita kan harus saling mengantri. Nanti prosesnya tambah lama dong... makanya, kau tinggal saja dan selesaikan urusanmu. Aku pergi sendiri..”
“ Oooh...”Kamiki mengangguk mengerti lalu tertawa kecil “Dasar! Ya sudah, pergilah. Ingat, berhati-hatilah di jalan, mengerti?”
“Hai! Hai! Kau seperti ibuku, kau tahu...” Misaki tersenyum. “Jaa, Miki... Jaa, Jingi..”
“Uhm.. Jaa..”
“Jaa Misaki! Cepat kembali ya!”
Sepersekian detik kemudian, Misaki sudah cepat-cepat berlari keluar. Cukup jauh ternyata jarak antara ruang sekertariat dengan tempat parkir. Mana dia harus naik bus lagi. Baru memikirkannya saja, Misaki sudah merasa capek. Dan ternyata benar, baru juga melewati aula kampus, gadis itu sudah menunduk kewalahan saking capeknya.
“Haah! Haah! Kamiki sial. Tidak memberitahuku kalau jaraknya sejauh ini! Tahu begitu tadi aku jalan saja, tidak perlu lari! Haah! Haah!” Misaki masih sempat-sempatnya mengumpat kesal ditengah deru nafasnya yang terenggal-senggal. Dan tanpa disadarinya, seseorang telah berdiri tepat didepannya.
“Daijoubu..?”
Misaki mendongakkan kepalanya mencari sumber suara bernada lembut tadi. Pandangannya lalu tertuju pada seorang pemuda tampan yang kini tengah menatapnya kaget.
“K-kau...?”
“Kau..Yukimura Misaki kan?” Ujar pemuda itu pelan. Misaki masih bisa menangkap tatapan sendu kedua bola mata coklat bening pemuda itu terhadapnya. “Aah.. maaf untuk yang tadi. Aku sudah memelukmu seenaknya...”
Misaki mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum kikuk. “Ya... tentu saja. Tidak apa-apa kok. Aku juga sering salah menegur orang...” gadis itu diam sejenak. Sorot mata pemuda itu entah kenapa membuat hatinya agak perih. Mencoba menawar rasa perih itu’ Misaki lalu mengalihkan pembicaraan. “Ehm, ngomong-ngomong, siapa namamu? Kau mengenalku tapi aku tidak mengenalmu... rasanya ehm.. agak...” ujarnya ragu-ragu. Meskipun begitu, Misaki benar-benar penasaran siapa pemuda di depannya.
“Oh.. iya, benar. Aku lupa memperkenalkan diri. Uhm, Yamada Ryosuke desu...”Pemuda itu tersenyum kecil. Misaki terperangah sesaat. Entah sengatan listrik macam apa yang menjalari tubuhnya dan membuat jantungnya kini berdetak sedikit lebih cepat setelah melihat senyuman pertama dari pemuda bernama Yamada itu.
“Sou kah...” Gadis itu mulai gugup. “Sa, Yamada-kun...aku harus pergi sekarang. Tidak apa-apa kan?” Misaki siap berlari lagi, namun Ryosuke keburu menahan tangannya.
“Mau kemana? Sepertinya kau buru-buru sekali..”
“Ehm, itu...aku mau mengambil salinan biodataku yang tertinggal dirumah... biodataku hilang...” jawab Misaki agak ragu.
“Hah?! Biodatamu hilang?! Kok bisa? Hari ini kan batas pengumpulannya...” ujar Ryosuke mulai panik. Misaki merasa aneh, bagaimana bisa Ryosuke malah jadi oknum yang panik, bukan dirinya? Namun kemudian, entah kenapa ia juga ikutan panik.
“Karena itu... aku harus cepat-cepat kembali ke rumah untuk mengambil salinannya...”
“Biar kuantar. Kau bawa kendaraan? Tidak? Kalau begitu kuantar ke rumahmu...” usul—atau lebih tepatnya perintah Ryosuke. Misaki terbelalak.
“Eeh?!”
“Kau tidak mau terlambat kan? Proses administrasi selesai jam 4...” bujuk pemuda itu. Misaki berpikir sejenak.
“Tapi..”
“Sudahlah, ayo!” Ryosuke menarik tangan Misaki agar bergerak bersamanya. “Kau hanya perlu memberitahuku dimana alamatmu...”
Gadis itu mengangguk. Ryosuke menuntun Misaki bersamanya hingga menjangkau mobil sport hitam metalik yang terparkir rapi di salah satu spot tempat parkir.
“Pasang sabuk pengamanmu...” perintah Ryosuke ketika keduanya sudah duduk di jok masing-masing. Misaki menurutinya dengan segera. “Kau tidak punya penyakit jantung kan?” tanyanya lagi sembari menstater mobil. Misaki menatapnya heran.
“Hah?”
“Kau punya penyakit jantung tidak?” tanya Ryosuke lagi. Namun kali ini sambil menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran kampus. Misaki sedikit ternganga sebelum akhirnya menggeleng.
“Tidak..tidak ada. Aku tidak punya penyakit apapun...”
Ryosuke tersenyum nakal. “Bagus. Kalau begitu... bersiaplah...”
To Be Continued
------------------------------------------------------------------------------------------------------------