Sabtu, 15 Januari 2011

In My 17 Years Old


Tittle : In My 17 Years Old
Genre: Angst, family
Cast  :  Yamada Ryosuke,, Ayuzawa Yuki (OC),, Minami Megumi( Nyolong dari Tantei gakuen Q),, yang lainnya Cuma figuran ..^^
Discl : Yama-chan punya saya!! PUNYAA SAYAAA!! *Digorok massa*
Ffic ini terinspirasi dari video clip na Nidji yang ….*saya lupa judulnya* …. kalo pernah nonton, pasti tau >_<
Sou, inilah versi saya..
dozou…


IN MY 17 YEARS OLD

Part 1
Yamada Ryosuke diam. Menunggu eksistensi di depannya memulai pembicaraan. Perasaanya tidak enak. Dia tahu, sesuatu telah terjadi.

Ayuzawa Yuki tersadar. Dia punya maksud memanggil pamuda itu ke sini. Ia harus mengatakannya. Meskipun tidak bisa ia bayangkan bagaimana reaksi eksistensi dihadapannya itu jika ia bicara.

Bahunya bergetar, hampir menangis.
Ryosuke maju. Ingin menyentuh pundaknya

“Yuki-chan…?”.

“Aku hamil.”

Langkahnya terhenti. Membeku.
Terdengar isakan pelan. Gadis itu tidak bisa menahan air matanya lagi. Kepalanya masih saja tertunduk, menyesali.

Ryosuke kembali melangkah, merangkuh tubuh mungil Yuki kedalam pelukannya. Mendekapnya kuat.

“Aku tidak tahu..apa yang harus kulakukan, Ryo-kun…aku takut…” tangisannya bertambah keras. Ryosuke sendiri semakin mempererat pelukannya. Mencoba menyerap semua rasa sesak gadis itu. Meskipun pikirannya sendiri kacau, merutuki tindakan bodoh yang pernah ia lakukan dulu.

“ssh…daijobu…kau jangan takut, aku pasti akan bertanggung jawab…” Berusaha menenangkan, pemuda itu mengelus lembut puncak kepala gadisnya. Ia sadar, semua memang kesalahannya. Semua karena mereka dengan begitu mudah melakukannya, tanpa sedikitpun sadar, hal itu pasti berakibat fatal.  

“Tapi bagaimana dengan orang tua kita…?”
Ryosuke kembali terdiam. Beberapa detik.

“Kita akan menghadapi mereka…”

*****
“APA MAKSUDMU ?!” Ayuzawa Takehiko terhenyak. Kaget, Marah. Sorot matanya tajam, seperti ingin menelan bulat-bulat 2 eksistensi muda didepannya. Kedua remaja itu masih tertunduk. Jelas terlihat mereka sangat menyesal. Tapi, semua sudah terjadi, dan mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah mereka lakukan. 
Yamada Ryosuke mengangkat wajahnya. Telak menatap mata berimaji api milik Ayuzawa takehiko, — atau sebut saja ayah Yuki—. Pemuda itu takut, jelas. Tapi Dia tidak boleh bersikap pengecut saat ini.

“saya akan bertanggung jawab paman. Izinkan saya menikah dengan Yuki…” ujarnya pelan, tapi mantap. Ayah Yuki menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian tiba-tiba saja menarik kerah baju pemuda itu dan meninju pipinya. Ryosuke terlempar ke sisi sofa. Takehiko kembali menariknya agar bangun.

“AYAH!!!”

“ KAU TAHU APA TENTANG MENIKAH, HAH?! KALIAN MASIH BODOH! UMUR KALAN BARU TUJUH BELAS TAHUN! KAU KIRA BERUMAH TANGGA ITU MUDAH?? KAU PIKIR KAU BISA MENGHIDUPI PUTRIKU?!” Kepalan tangan Takehiko kembali mendarat keras di wajah Ryosuke. Membuat pemuda itu kembali roboh. Belum puas, ditendangnya lagi tubuh yang sudah kesakitan di lantai itu berkali-kali.

“AYAH HENTIKAN! AKU MOHON, AYAH!! HENTIKAN!! HENTIKAN!!!” Yuki memeluk kaki ayahnya. Membuat Pria itu sulit bergerak, sehingga tidak lagi melayangkan tendangan keras ke punggung Ryosuke. Ryosuke sendiri sudah terbaring lemah, tubuhnya sangat kesakitan, menerima bertubi-tubi pukulan dan tendangan ayah pacarnya tadi.
Takehiko akhirnya berhenti. Ia melepaskan rangkulan tangan Yuki di kakinya paksa, lalu menjauh beberapa meter dari tubuh Ryosuke.
Ibu Yuki yang dari tadi tidak bia berkata apa-apa karena masih syok dengan berita tentang putrinya itu mendekati Takehiko, mencoba menenangkan suaminya itu.
Takehiko masih diam.

Beberapa detik.

“Gugurkan anak itu…”

“tapi Ayah!”

“Kalau tidak, Pergi dari rumah ini…”

*****
“Jadi maksudmu, Yuki hamil sekarang?” Chinen Yuri memijat pelipisnya, lalu kembali memandangi Ryosuke lemah. Pemuda itu mengangguk.

“Kalian mikir apa sih? Kok sampai bisa melakukannya. Kalian masih SMU! Kelas 2!”  nadanya berganti. Kali ini, lebih tepat bila dibilang marah. Hotaru itou, pacaranya hanya bisa mengelus punggung pemuda itu pelan. Gadis itu tidak setuju jika Chinen memakai emosi saat membantu sahabatnya. 

Ryosuke menunduk. Dia tahu, dia salah. Sungguh dia tidak ingin membuat Yuki menderita dalam keadaan seperti ini. Dia mencintai gadis itu, lebih dari apapun. Dan dia akan tetap menjaganya, meskipaun banyak halangan, bahkan halangan sebesar ini.

Hotaru memutar bola matanya, memandang Ryosuke sekarang.

“Yuki dimana sekarang? “ tanyanya.

“Dia dirumahnya. Tapi aku harus segera membawanya pergi. Ayahnya bisa membunuh anak kami…” Ryosuke membalas pelan. Namun jelas terdengar kekhawatiran dari nada bicaranya. Pemuda itu tahu, Ayah Yuki nekat. Jika bukan bayi mereka yang digugurkan paksa, mungkin dia yang akan dibunuh.

Hotaru mengangguk, mengerti. Tapi kemudian sesuatu terbesit di benaknya.

Ryosuke lupa ibunya.

“Lalu bagaimana dengan ibumu?”

******
“EH?? PACARMU HAMIL??!” Yamada Akihi, Wanita berumur 40 tahunan itu berteriak. Matanya menatap putra semata wayangnya tidak percaya. Sementara yang jadi objek tatapan hanya mengangguk mengiyakan. Tanpa ekspresi apapun.

“bagaimana kalau ka— “

“Aku akan menikah dengan Yuki. Aku mau tanggung jawab!” Ryosuke memotong pembicaraan ibunya. Ia tahu, apa yang wanita itu pikirkan.

“Ibu tidak mengijinkanmu menikah. Kau masih 17 tahun Ryosuke! Jangan bodoh!” Akihi masih bersih keras.

“tapi Yuki mengandung anaku, bu!”

“IBU TIDAK PEDULI!!” ia berhenti sejenak, mengatur nafasnya.” Ibu akan mengirimmu ke Amerika! “

“IBU!”

“Kau harus mengerti Ryosuke!!”

“ibu yang tidak mengerti! Aku tidak akan meninggalkan Yuki!”

“RYOSUKE! Nakayama! Touichi! tahan Ryosuke”
Ryosuke berlari keluar secepatnya. Namun, 2 satpam keluarga Yamada yang segera tiba setelah dipanggil lebih cekatan. Dengan sigap, mereka menangkap tubuh pemuda 17 tahun itu, menahannya.

“Bawa ke kamarnya!”

“KALIAN, LEPASKAN AKU! HEY! ARGGH! IBU!, APA-APAAN INI?!” Ryosuke memberontak. Namun 2 satpam tadi terlalu kuat. Sulit baginya untuk melawan. Ia diseret ke atas, ke kamarnya.

“Kau akan diam dikamarmu sampai ibu mengirimmu ke Amerika! Jangan bermimpi bisa menghancurkan masa depanmu dengan bertindak bodoh seperti itu!” pintu lalu ditutup. Dikunci.  Berkali-kali ia mengedor-gedor pintu. Bahkan mencoba mendobraknya. Tetap saja. Mau terbuka sedikitpun tidak. Yang ada tangan dan punggungnya lebam-lebam karena terus saja dipaksakan.

Ryosuke frustrasi. Ia hanya terduduk lesu di tempat tidurnya. Bola matanya diputar, memandang ke luar jendela.

Jendela

Tentu saja!

Pemuda itu bergegas bangun. Mengambil sejumlah uang tabungannya, beberapa helai pakaian dan memasukannya ke ransel. Sudah jelas dia akan kabur.

Ryosuke berdiri di balkon, memandang ke bawah.

Tinggi.

Tapi dia harus lompat.

Dan dia pun melompat, akhirnya.

******
Hanphone didekatkan ke telinga. Terdengar jawaban.

“Chii! Aku butuh bantuanmu!”

******
Yuki tertunduk lemas. Seharian ini Ryosuke tidak menghubunginnya. Gadis itu mulai takut, sesuatu mungkin saja terjadi.

Apa Ryosuke meninggalkannya?

Kepalanya digeleng, mencoba menepis pikiran tadi. Dia percaya Ryosuke. Pemuda itu bukan pengecut.

“Tak!”

Yuki memutar bola matanya.

‘Tak! Tak!”

Suara itu, dari jendela.
Ia menatap jam dinding. Jam 10 malam. Siapa yang gila mengetok jendela kamarnya malam-malam begini?

“tak!”

“Yuki-chan, ini aku!”

Ryosuke!
Yuki buru-buru membuka tirai jendela. Benar, Ryosuke. Tapi mau apa ia datang malam-malam? Lalu kenapa pula membawa tas sebesar itu?

“Ryo-kun kena—“

“Kemasi barang-barangmu, kita pergi.”

“EH?” gadis itu mengangkat alisnya. “tapi kenapa ?”

“Ibuku ingin mengirimku ke Amerika. Kita pergi sekarang, sebelum mereka menangkapku. Aku tidak mau meninggalkanmu Yuki-chan…”

“Ryosuke..”

“Cepatlah! Chinen sudah menunggu kita!”

“ahh! Hai!” gadis itu buru-buru membongkar lemarinya. Ryosuke masuk, ikut mencari-cari, barang apa saja yang mungkin bisa mereka bawa.

Mereka tidak tahu.

Seseorang mendekat, menyadari ada keributan tidak wajar di kamar Yuki.

Tangannya menggapai knop pintu, membukanya.

Matanya terbelalak, melihat dalam kamar itu Yuki tidak sendiri.

“KAU…?!”

To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar