Sabtu, 30 Oktober 2010

Tomodachi

Dhy menatap layar handphonenya nanar, membaca sejumlah tulisan yang terpampang di sana.

“jadi, sekarang ya?”

______________________________________

“ehh?? Di jawa? Ga jadi di smanzha?” sebuah suara yang lebih tepatnya disebut teriakan menggema di ruang kelas IX A. sukses membuat penghuni kelas lain menoleh. 4 orang anak yang duduk membentuk lingkaran dengan 4 kursi, telak jadi sumber perhatian. Namun, beberapa detik kemuadian, semua kembali sibuk dengan urusan masing-masing, seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Mereka tahu benar, berteriak merupakan kebiasaan tetap member terpendek grup yang menamai diri mereka Hey Say GALz karena sama-sama lahir di tahun heisei dan sama-sama mengidolakan boy band Hey! Say! JUMP itu.

“Dhy..ribut !” suara lain ikut terdengar. Namun dengan volume yang lebih kecil dari sebelumnya. Cha, sang leader menegur salah satu anggotanya pelan karena berhasil membuat mereka berempat jadi artis kelas selama dua detik. Anak yang dipanggil Dhy tadi hanya nyengir kuda. cengiran khasnya yang sering digunakan sebagai penangkal kalau sudah berbuat salah.

“gomen..he..he..”

“emang mau pindah ya Nii?” Tanya A-chan alias Lhy tiba-tiba. Member terwaras dalam Grup yang kadang-kadang bertanya kenapa ia bisa di panggil a-chan bukan Lhy-chan padahal nama aslinya Lhya dan selalu saja mendapat jawaban ’a-chan lebih imut’ serempak dari ketiga temannya.

“kayaknya sih…” jawab Nii, member yang mengklaim dirinya paling sexy dalam grup meskipun keaduhaian tubuhnya masih kalah dari Cha karena dalam waktu yang sama, Cha bisa menghabiskan dua kali makanan yang Nii makan. Nii yang punya obsesi terhadap makanan, memerlukan waktu 5 menit untuk dapat menghabiskan semangkuk mie ayam. Sementara Cha? Jangan Tanya. Semangkuk mie ayam dalam waktu 2,5 menit akan musnah tak bersisa kalau napsu makannya lagi kencang. Dan saat itu, dua temannya yang lain, A-chan dan Dhy hanya akan menatap takjub plus memberi tepukan tangan meriah untuk dua jagoan makan itu.

“terus, kapan berangkat?”

“ga tau sih…”

_________________________________________

“Dhy, bawa bekal apaan?” Tanya Nii, yang specialist urusan makanan, ketika ia, Lhy, dan Dhy sedang bercanda ria dalam angkot yang akan membawa mereka ke sebuah kolam berenang umum.

“Roti doangan..malas bawa yang berat-berat. Terus A-chan sama Nii-chan?” jawab Dhy sekaligus balik bertannya.

“gue nasi goreng buatan sendiri. Ha..ha..ha…”seru Nii bangga. Mata Dhy sekarang mengarah ke A-chan.

“A-chan juga bawa Nasi?”. A-chan mengangguk.

“yah..berarti Cuma gue yang bekalnya beda…”nada suara Dhy mulai menurun. Tapi kemuadian ia tertawa lagi.

“gue kan bukan kebo….”

“ehh..emang kebo makan nasi? Lagian pasti gara-gara lo jarang makan nasi tuh, bodi lo pendek gitu” Nii menyerang balik setelah kata ’kebo’ dari Dhy tadi sedikit menyinggungnya.

“ehh..gue pendek ngikutin perkembangan tinggi Yama-chan biar tinggi gue ga lebih dari dia..”

“hmm! Pasangan pendek..”

“yaah..tapi..”

“udah! udah sampe nih! Turun buruan…” suara A-chan berhasil menghentikan pertempuran kecil dalam angkot tak berdosa itu. terlihat beberapa penumpang menggenggam tangan mereka kuat-kuat karena takut kalau-kalau kedua bocah yang berperang tadi mengeluarkan pistol atau bahkan granat dari dalam tasnya dan saling melempari sehingga akan banyak menimbulkan korban jiwa(?).

“sekarang tinggal nunggu Cha!”

______________________________________

“Nii-chan..ini masih tahun 2010 ya? Atau udah 3010? Gue udah lumutan nih… Cha lama banget!!!” seperti biasa, miss cerewet HeySayGALZ bercicicuit kepada teman-temannya. Kesal, menunggu Cha yang belum datang juga.

“lo masih mending Dhy..biar lumutan, kaki lo masih genap. Gue? Kaki kiri gue udah lari ke Tofa, kaki kanan ke sikumana…” jawab Nii asal lantaran kesal juga menunggu Cha yang leletnya minta ampun. Terdengar tawa A-chan dan Dhy keras sebagai balasan celotehan temannya tadi.

“tapi suer, kali ini Cha lama banget! udah 2 jam kita nunggu…” A-chan si tenang mendayung ikut angkat bicara karena jenuh juga menunggu ketua kelompok mereka yang memang menyandang predikat miss telat itu.

“eh..itu mobilnya bukan?” seru Nii tiba-tiba melihat sebuah sedan silfer mewah melaju ke arah mereka. Dan benar, sosok yang langsung keluar ketika mobil berhenti adalah Cha.

“sorry…he..he..” Cha langsung minta maaf melihat ketiga temannya yang kompak memasang wajah kesal mereka untuk menakut-nakutinya. Namun, paduan wajah itu sukses dirusak oleh Dhy yang tidak tahan tertawa melihat leader mereka bolak-balik minta maaf. Dengan segera dia mendapat jitakan kecil dari kedua temannya yang lain.

“kita masuk?”

Tiga eksistensi yang sudah berjemur panas hampir dua jam tadi mengangguk.

_____________________________________

“itu Danny pedrosa ya?” A-chan mengejap-ngejapkan matanya. Seolah ingin membangunkan dirinya kalau mungkin saat ini dia sedang bermimpi. Tiga orang yang lain menatap ke arah yang sama, mencermati makluk yang dipanggil Danny Pedrosa tadi.

“Mirip banget tu bule sama Pedrosa..” Dhy memberi komentar. ketiga temannya serempak mengangguk.

“ganteng lagi..” Nii ikutan kasih comment. Lagi-lagi terlihat anggukan serempak dari teman-temannya.

“gimana kalau kita foto?” Cha, leader sekaligus pemberi ide yang biasanya memberikan gagasan-gagasan top soal hang out bareng plus tempat yang cocok menunjukan keeksistensinya dalam ide cemerlang barusan.

“setuju!” terdengar paduan suara kompak 3 orang dengan suara-suara khas teenage dalamnya.

“terus gimana kita bisa ngambil fotonya?” A-chan penasaran. Cha mengisyaratkan ketiga temannya untuk mendekat.

“gini nih..”

___________________________________

“ok Nii! Senyum..” bak seorang fotografer ternama, Cha mengambil gambar Nii dari berbagai sudut. Setelah beberapa jepretan, mereka akhirnya berhenti, lalu mendekatai A-chan dan Dhy yang dari tadi menanti dengan penuh harap sesuatu yang mereka rencanakan. Sukses, atau tidak.

“gimana? Dapet?” A-chan buru-buru menyerang Cha dengan pertanyaan ketika gadis itu sudah mengambil tempat di sampingnya.

“beres! Nih..” jawab Cha sambil menyodorkan kamera ke arah tiga temannya. Sontak 6 mata yang memandang ke layar kamera itu membesar.

“keren!!!”

“hebat lo Cha! Gara-gara ide lo buat motret Nii sebagai umpan, kita bisa dapet fotonya dia.. bukan Danny pedrosa sih..Cuma, kan mirip. Serasa punya foto artis beneran kita…” celoteh A-chan panjang lebar sambil memencet-mencet beberapa tombol pada kamera tadi. Cha tertawa bangga.

“siapa dulu donk!! Cha, gitu…”

“ini hari terbaik dalem sejarah kita Hang out bareng..” sambung Nii juga.

______________________________________

Ada saat kita harus bertemu…
Dan
Ada saatnya juga kita harus berpisah…

_____________________________________


“asyik ya bisa telponan bareng kayak gini lagi..udah lama ga ngomong sama kalian..” Dhy menggoyang-goyangkan kakinya memainkan air kolam sembari tangannya memegang Handphone. Sudah lama dia tidak ngobrol dengan teman-teman seganknya karena terpisah oleh liburan panjang sekolah.

“hmm..gue kangen kalian…” Nii ikutan bersuara. Cha hanya tertawa kecil.

“tapi, A-chan koq ga ikutan?” ujar Dhy lagi karena acara nelpon bareng untuk memanfaatkan kemudahan yang diberikan sebuah operator yang memungkinkan kita berteleponan ria dengan banyak orang tersebut tidak di ikuti sahabatnya, A-chan kali ini.

“waktu gue nelpon, di reject sama dia..mungkin dia lagi tidur, jadi nggak mau diganggu…”

“hmm..dasar A-chan! Tidur juga kayak kebo sih..” seru Nii lagi. 2 temannya sontak tertawa.

“oh ya..kita jalan bareng yuk.. soalnya minggu depan gue udah harus ke malang nih…”
Ujar Cha menghentikan tawa Dhy juga celoteh Nii tadi. Kediaman menyeruak sesaat dalam suasana itu.

“bener ya..Cha harus ke malang. OK deh..! hari terakhir bareng lo, abis-abisan..” Dhy memecah keheningan sesaat hubungan telepon itu dengan suara bersemangatnya.

“YOSH! Kalo gitu besok ya kita jalannya…” sambung Cha.

“ok !!”

“tapi Guys, gue ga bisa..” terdengar suara pelan Nii setelah beberapa saat tadi bungkam.

“kenapa?” paduan suara kompak Cha dan Dhy langsung terdengar.

“Gue di jawa sekarang..”

‘Ehhh???!!!”

___________________________________


“kemarin ya dia berangkat?” pertanyaan A-chan sontak membuat dua makluk bernafas yang duduk di depannya dengan baju masih basah karena baru habis berenang mengangguk.

“kok ga ngabarin kita dulu sih…”

“ katanya nggak mau ngeganggu kita, soalnya dia berangkat jam 4 gitu…” jelas Cha sambil memasukan potongan roti ke dalam mulutnya.

“tapi nggak harus kayak gitu kan..paling enggak ngomong kek…” seru Dhy tiba-tiba. Kesal, karena salah satu teman terbaiknya itu pergi tanpa pamit pada mereka semua. Padahal, meskipun sulit, dia bisa kok bangun jam 4 pagi untuk mengucapakan salam perpisahaan atau sekedar mendoakan sahabatnya yang sudah pergi itu.

“Nii pasti ga mau kita sedih dia pergi… makanya dia ga bilang-bilang. Biar kita nggak terlalu kepikiran..” A-chan berusaha menenangkan member kecil yang jarang-jarang emosinya bisa menyeruak seperti itu. meskipun dia sendiri, sangat tidak setuju dengan keputusan yang Nii buat.

“nah, udah kayak gini, malah kita jadi lebih sedih kan…”

“Dhy. Balik ke kolam. Berenang lagi. Lo kayaknya udah mau mendidih tuh. Dinginin dulu kepala lo. Yuk.” Cha menarik tangan Dhy ke depan kolam berenang lalu menolaknya hingga jatuh. Dhy hanya bisa berwajah manyun di dalam kolam sembari melihat kedua temannya tertawa cekikikan. Untuk sesaat, metode yang Cha gunakan berhasil membuat Dhy berhenti mengeluh.

_________________________________________

Guys, gue udah mau berangkat nih.
Besok, jam 6 gue cek in. gue yakin lo pada ga bisa nganter.
A-chan mungkin sih. Tapi, Dhy, gue ragu deh… hehehe..
Mungkin Dhy bakal ngebaca sms ini jam 9 besok. Xixixi..
Doain gue ya. Biar bisa sampe di sana dengan selamat.
Dan, terima kasih buat semuanya selama ini.
Kehadiran kalian semua sangat berarti buat gue.
Selamanya, kalian tetap My Best Friends.
Arigato, Guys.
Cha
_________________________________________

Selamat jalan sahabat. Semoga sampai disana dengan selamat!
Gue doain lo bisa sukses di sana.
terus dapet cowok yang lebih keren dari Chinen juga. He..he..
thanks udah ngabarin gue. Gue sedih deh, lo harus pergi juga.
Sekarang tinggal gue sama A-chan disini.
Thanks ya Cha.. udah jadi teman terbaik gue..
Zutto, u are my best Friend
Arigato! Best friend…
From ur friend, Dhy

_____________________________________

Dhy memencet-mencet key pad hanphonenya, mengetik kata ‘a-chan, gue pengen nangis nih..’ lalu mengirimnya kepada satu-satunya sahabatnya masih bersamanya di kupang itu.

‘gue malah udah nangis dari tadi Dhy…” segera a-chan menjawab sms itu. Wajah keduannya diliputi duka dan air mata. Bedanya, Dhy baru nangis sekarang, sementara a-chan udah dari jam 6 pagi tadi. Prediksi Cha bahwa Dhy akan baru akan membaca pesan darinya jam 9 pagi itu benar.

‘gue bakal kangen berat nih sama Cha dan Nii..’

______________________________________

“Nih, A-chan..lempar kesana…” Dhy menyerahkan sebuah botol kaca bekas kepada A-chan sambil mengarahkan botol itu ke tengah lautan.

“gue?” Tanya A-chan sedikit tidak yakin Dhy memberikan botol berisi beberapa lembar surat itu untuk dilemparnya.

“iyaaa…udah cepetan!” jawab Dhy tidak sabar menanti botol itu berpindah posisi ke tengah lautan. A-chan mengikuti perintah temannya, segera membuang botol itu, jauh…

“A-chan, koq Cuma sampe situ…nanti bisa balik lagi botolnya!!!” pekik Dhy melihat botol yang tadi terlempar hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai.

“tenang aja..nanti pasti kebawa arus koq…”
Dhy hanya memajukan bibirnya beberapa centi kemudian tersenyum kecil sembari mengatupkan kedua tangannya, berdoa.

“mudah-mudahan botol itu bisa sampe ke Cha atau Nii… Mm..kalau ga sampe ke mereka, biar ditemuin sama anak-anak HSJ deh..he..he..”
A-chan ikut tertawa mendengar doa sahabatnya tadi.

“ngayal!”
_________________________________________

Terima kasih kepada Tuhan,
kerena dengan tangannya, kita bisa disatukan dalam ikatan persahabatan.
Tidak terasa 6 bulan lebih telah kita lewati bersama.
Diawali dengan hubungan sebagai teman sekelas biasa, Kita berhasil membinanya menjadi persahabatan yang indah.
Hari-hari kadang kita lalui dengan kesedihan, kekesalan, benci, juga iri hati.
Namun, siapa yang tahu, dibalik semua kepahitan itu,kita bisa menemukan kebahagiaan yang sebenarannya.
Kebahagiaan yang tidak sama dengan kebahagiaan lain.
Kebahagiaan yang hanya milik kita sendiri.
Dalam melalui saat-saat bahagia itu, kita sering dilibatakan dengan adanya perbedaan.
Dan bukan hanya sedikit. Perbedaan tersebut kadang membuat orang lain bertannya heran,
Mengapa kita bisa bersahabat?
Tetapi bagi kita, perbedaan justru adalah bumbu manis dalam sejarah persahabatan ini.
Perbedaan tidak membuat kita jauh.
Perbedaan justru membuat kita semakin dekat.
Dan kita juga berharap,
Kebersamaan ini bukan hanya untuk 6 bulan saja.
Tetapi untuk seterusnya, dan seterusnya.
Karena, meskipun terpisah,
Selamanya kita adalah ‘sahabat’.

Hey! Say! GALz

TALK ABOUT _YAMASHI_ AND _YAMARIYA_


Klo orang kenal ma Yama-chan, pasti tau soal yamashi.
Yapz!! Ga lain ga bukan, Yamashi tuh singkatan dari YAMAda SHIda,,,,pasangan yg menurut gw superrrrr cocok,,,yaah,,walopun skarang Yamada Ryosuke dah minang gue jadi istri na*=sarap mode:ON*….!
Klo nggak slah ya,,gossip soal Ryosuke pacaran sama Shida mirai tuh waktu jaman na tantei gakuen Q …
Tapi gw baru tahu soal gituaan akhir taon 2008*telat banget yak??*
Menurut gw siih mreka kakoi bgt,,,,
Gw dah nonton beberapa fan made video contoh na aja kyak _Yamashi-in another live_, _Yamashi-to be with you fanfic trailer_,_yamashi-when you come_, nd masih banyak lagi dah…
Gw salut ma orang yg name na VKV 15…
GILAA!!!! Video Yamashi buatan na kakoi semuaa!!!
Gara2 kebanyakan dicekokin video2 uploadtan na itu,,, gw jadi kecanduan sama Yamashi.!
Maka na  gw pengen Ryosuke sma Mirai jadian…*istri yang rela dipoligami T.T *
Soal na kakoi punya..!!
Waktu tau klo Ryosuke digossipin ngedate sma Nichiuchi Mariya,,,gw asli heboh!*Jelas laah,,gw istri na gtuu XD*..,,
Secara!!!
Gw tuh ngedukung abis pasangan Yamashi!! Gw mlah udah bikin ffic na 3…tapi koq???!!
Hello??!! Mariya itu nggak secantik Mirai lagee!!
Ryosuke??? Matamu lagi sakit yaa???!!!*maap suamikuu*
Di ffic gw yg cherry blossom *blum selese,,malas gw lanjutin J*,,, gw mlah mau jadiin Mariya pemeran antagonis na.*perusak hubungan YamaShi gtuuXD*
Tapiii,, stelah gw liat fto2 na yg gw browsing di Google,, 
Ehh! Mariya nggak jelek2 amat koq,, cantik malah..*jilat ludah sendiri XP*
Apalagi setelah tau kisah cinta mereka yg kyak na lumayan sulit juga..
Skolah yg ga ijinin pacaran,, agency mereka yg hubungan na ga enak,,  blog Mariya diserang fanz Ryosuke,, sampe Mariya yg harus pindah sekolah ke ……*manaa ya?? gw lupa ding! J*
Kasihan bangeet yaa,, cinta ga kesampaian…
Tapi,, meskipun simpati,, gw ga jadi langsung suka ma YaMariya_Yamada-mariya_..
Yamashi tetep yg ter kakoi deshou??!!
Pokok na Yamashi the best dah!!

dhy curhat

Gw baru putus sma co gw,,,sekitar sminggu lalu laah*kok kyak na gw sial truz ya*X(
Ga tw knapa yaah…;;
Mungkin karna co gw tuh dingin banget kali, kyak Ryuu Amakusa *mantan kyak Ryuu amakusa? Hidung melayang ke langit..*,,, tapi sekedar dingin na aja..selain dari ituuu …XD
Secara sifat gw yg periang mampus*duplikat na Hikka ^_^* ktemu sma dingin na Ryuu Amakusa*baca:: co gw* ga bkal nyampur deh,,,yang ada mlah berantem muluuu…
Padahal sebelum jadian, kita akrab bgt…awal2jadian, lebih akrab lagi…naah, waktu udah sbulan pacaran,, jadi mulai sering berantem,,,,,, n akhir na putus deh, stelah 2 bulan lebih beberapa hari gtuu…
Gw juga punya mantan yg s’tipe sma gw*duplikat na Hikka juga..* wktu masih smp…
Orang na kocak,,kta jrang berantem pula….^^
Tapi putus gara2 dy pindah rumah..pindah kota bayangin..!!
Stelah itu..gw ngejomblo staun*kasihan bgt gw*….X(

First Love


Title: First Love
Pairing:
Yamada Ryosuke, Shida Mirai, Nishiuchi Mariya, Kamiki Ryunosuke
Genre : Drama
Discl.  : YamaShi milik Tuhan dan Ortunya. Ceritanya milik saya!
Warning: saya kurang suka endingnya…


First love
July, 2012
Shida Mirai memasuki ruangan itu perlahan. Hari ini, hari pertamanya mengikuti kelas di universitas Tokyo. Universitas yang sudah lama ada dalam mimpinya. Dan saat ini, ia resmi menjadi siswa di sana.
Langkahnya terhenti ketika melihat sudah ada seseorang di dalam. Berdiri membelakanginya.

“anoo..ohayo gozaimas…” serunya melihat pemuda bertubuh tinggi atletis tadi. Pria itu lalu berbalik.

“ohayo………..Mirai-chan?”

____________________________________

July, 2007
“Yamada Ryosuke desu..” sebuah suara terdengar dari dalam kelas 2-D SMP Seika yang tenang. Si pemilik suara, Yamada Ryosuke menatap sekelompok anak sebayanya sambil tersenyum. Beberapa anak ikut-ikutan senyum melihatnya.

“Yamada-kun, kau duduk di sebelah Shida-san ya…” seru wali kelas yang dari tadi berdiri di samping Yamada. Anak itu mengangguk lalu berjalan menuju bangku yang ditunjuk.

“Yamada Ryosuke desu..” ulangnya kepada taman sebangkunya yang baru. Mirai tersenyum ke arahnya.

“Shida Mirai…”
______________________________________

“sudah 4 tahun lebih ya.... “ Yamada mengambil hamburger dari piring lalu mulai menggigitnya. Mirai sendiri hanya mengangguk lalu meneguk coklat hangat yang tadi dipesannya.

“bagaimana SMU? Kamu jadi masuk Horikoshi?”
Mirai kembali mengangguk.

“lalu kamu? Apa amerika menyenangkan?”tanyanya kemudian. Yamada tersenyum kecil.

“harus aku akui..aku benar-benar merindukan Jepang…”

_______________________________________________

“shida-san…ini untukmu. mohon diterima…” kepala yamada tertunduk sementara kedua tangannya menyodorkan sesuatu kepada Mirai. Gadis itu menatap kotak berwarna biru di tangan Yamada heran

“Yamada-kun..? ini…”

“e..kalau tidak suka, di buang saja..aku permisi….” Seru Yamada kembali lalu cepat-cepat berlari pergi. Yang ditinggalkan hanya memandangi Yamada dan kotak yang kini berpindah ke tangannya itu bergantian , kemudian membukanya.

“Ehh???” teriaknya sembari mengeluarkan sebuah gelang dari dalam kotak. Di dalam juga ada secarik kertas. Tanpa menunggu lama-lama, Mirai segera membacanya.

Maaf kalau gelang ini murahan..
Tapi aku harap kamu menyukainya..
Ps. Aku mimpi kamu mengenakan gelang ini besok

____________________________________________

“kamu dapet ini dari Yamada-kun…woah!! Kayaknya dia suka kamu tuh…” goda suzuka heboh mendengar cerita Mirai. Mirai sendiri hanya tertawa kecil.

“Tapi, dia udah nembak kamu?”
Mirai menggeleng.

_____________________________________________

“Mirai-chan…ehm..maaf ya…”

“ehh? Kenapa..?”

“karena aku pergi begitu saja…”

__________________________________________


“suki desu!”
Mirai menatap pemuda di depannya kaget.

“su..ki..???” tanyanya mengulang perkataan pemuda tadi.

“Hai! Suki desu..”

“Yamada suka aku?”

Pemuda tadi, yang tidak lain adalah Yamada Ryosuke mengangguk.

“aku…?”

“maaf aku mengatakan ini tiba-tiba. Tapi kamu bisa jawab lain kali kok..mm..aku permisi dulu..” seperti sebelumnya, Yamada pergi meninggalkan Mirai yang sekali lagi hanya bisa menatapnya heran.

“Yamada-kun!”

_________________________________________

“AMERIKA?? Tapi ayah, aku baru satu semester di sini.. kenapa langsung pergi begitu saja…” sergah Yamada cepat ketika ayahnya selesai berbicara.

“maaf Ryosuke.. tapi ayah benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba saja ayah dapat kabar bahwa ayah pindah tugas ke Amerika.”

“lalu kapan kita berangkat?”

“besok.”

“HAH???!!!”

_________________________________________

Yamada-kun tidak datang…

“maaf anak-anak..ibu baru dapat berita dari kepala sekolah. Katanya, teman kalian, Yamada Ryosuke pindah ke Amerika. Dia berangkat hari ini jadi tidak sempat mengucapkan perpisahan pada kalian semua..”

“EHHH???!!”
Sontak suara ribut-ribut terdengar di ruangan. Banyak anak yang kaget, tidak menyangka, bahkan beberapa sampai menagis. Meskipun baru bergabung dalam keluarga besar kelas itu selama 6 bulan, Yamada telah meninggalkan kesan mendalam pada teman-temannya karena keramahan dan kebiasaan suka tersenyumnya. Tidak lupa wajahnya yang tampan, memberikan arti sendiri dalam hati gadis-gadis. Tidak terkecuali Mirai. Gadis itu, satu-satunya gadis yang telah secara langsung memiliki Yamada dalam genggamannya. Namun, sepertinya dewa cinta tidak menyukai mereka, sehingga hubungan yang bahkan belum sempat dimulai itu harus berakhir.

_______________________________________

“kamu bicara apa sih..peristiwa itu sudah lama berlalu..aku tidak pernah marah kok..” Mirai kembali meneguk coklat panasnya, sementara Yamada yang sudah menghabiskan hamburgernya dari tadi tetap menatapnya dengan tatapan minta maaf.

“kamu sudah lupa?”

“lupa ..apa?”

________________________________________

Untuk Shida Mirai
Maaf kalau ini terlalu tiba-tiba. Mungkin kau juga sudah mengetahuinya.
Aku harus pergi, dan kau pasti tahu kemana.
Maaf aku harus meninggalkanmu..tanpa sebelumnya tahu jawaban darimu.
Aku menyayangimu Mirai..tapi aku tak bisa berbuat banyak.
Kepindahan ini terlalu cepat, aku bahkan baru tahu kemarin..
Sekali lagi maaf.. aku tidak memberikan kesempatan bagimu untuk bicara..
Tapi …
Aku menyayangimu, dan aku akan menunggu jawabanmu..
Terima kasih atas 6 bulan ini…semuanya sangat berarti buatku…
 sayonara…
Yamada Ryosuke.

_________________________________________

“aku masih menunggu Mirai..”
Mirai terdiam. Matanya memandang Yamada ragu-ragu.

“kamu masih mengingat semua?” tanyanya seraya meletakan coklat hangat di tangannya tadi ke atas meja. Yamada mengangguk.

“sulit melupakanmu…”

“tapi aku..”

“aku mengerti. Kau pasti sudah punya orang lain di hatimu. tapi, aku selalu menunggu jawabanmu…kita berpisah tanpa memulai apa-apa kan? Kau bahkan belum bilang kau menyukaiku atau tidak…” Yamada tersenyum ramah. Senyuman yang selalu ia lihat di wajah Yamada 4 tahun lalu. Senyuman yang selalu hadir dalam mimpinya di saat itu. Tapi.. itu 4 tahun yang lalu…

“aku menyukaimu Yamada. Tapi maaf…tidak lagi saat ini…”jawab Mirai tegas.
Yamada mengangguk. Sekali lagi, ia memberikan senyuman terbaiknya.

“aku mengerti…terima kasih Mirai…”
Kali ini Mirai yang tersenyum.

“Mirai-chan…!!” teriak seorang pemuda dari belakang. Mirai dan Yamada menoleh ke sumber suara itu. 

“Ryunosuke?”

“he..he..maaf baru datang..abis aku nyasar. Jalan ke kampusmu lumayan susah dinget…” pemuda itu berhenti bicara, lalu menatap Yamada.

“ahh..hai, Yamada Ryosuke desu. Aku teman Mirai waktu SMP..” ujar Yamada cepat-cepat sebelum di serang pertanyaan oleh Ryunosuke yang menurutnya adalah pacar Mirai. Ryunosuke tersenyum ramah ke arahnya.

“Kamiki Ryunosuke desu…aku pacarnya Mirai.” Dan dugaanya tepat!

“ehm..Yamada, aku permisi dulu ya.. aku mau mencari bahan tugas tadi di perpustakaan. Tidak apa-apa kan kalau ku tinggal ?” ujar Mirai menghentikan pembicaraan kedua orang tadi. Yamada mengangguk, lalu membiarkan Mirai dan Ryunosuke pergi. Setelah mereka jauh, seseorang buru-buru berlari mendekatinya.

“itu tadi Shida Mirai kan? Kok pergi sama cowok? Itu cowoknya?” Tanya gadis yang berlari tadi lengkap setelah mengambil tempat yang diduduki Mirai tadi. Yamada mengangguk.

“haah..,kau ditolak dong…berarti, aku masih punya kesempatan..!!” serunya lagi senang. Yamada hanya menatap gadis didepannya itu lembut. Nishiuchi Mariya. Temanya sesama orang Jepang di amerika. Gadis yang sudah menyukainya sejak sama-sama masuk sebagai siswa salah satu SMU swasta amerika itu rela menyusulnya ke jepang demi cintanya, meskipun Yamada sendiri punya orang lain yang ingin ia temui.

“sepertinya..” balas Yamada, membuka kesempatan bagi Mariya untuk masuk ke dalam hatinya. Semangat pantang menyerahnya akhirnya bisa meluluhkan hati pemuda itu.

“serius?? Uwwaa…” teriak Mariya heboh lalu refleks memeluk Yamada. Yamada sendiri hanya bisa pasrah, membiarkan tubuhnya di peluk gadis tadi. Dan harus ia akui, pelukan kali ini terasa menyenangkan.

“tapi, Shida Mirai… kau masih menyukainya? dia cinta pertamamu kan?”

“ aku sangat berterima kasih padanya. Dia benar-benar mengajariku bagaimana rasanya mencintai seseorang… tapi kurasa, cinta pertama bukan alasan bagiku untuk bersamanya.. ”

_________________________________________

“Mirai-chan..dia cinta pertamamu kan? Kenapa? Kata orang sulit loh melupakan cinta pertama..” ryunosuke memandang Mirai dalam. Gadis itu tersenyum.

“aku rasa, aku harus berterima kasih padanya… dia membuatku merasakan bagaimana rasanya mencintai. Lagi pula, cinta pertama tidak harus bersama kan?”

First love, END


A little bit more


Title: a Little Bit More
Author: Dhy_(Dhyamajima)
Pairing:
Yamada Ryosuke, Shida Mirai
Genre : angst
Discl.  : YamaShi milik Tuhan dan Ortunya. Ceritanya milik saya!


A Little bit More

Saat itu..
Wajah itu masih menyuggingkan senyum manisnya padaku..
Tangannya masih menggengam tanganku lembut. Memelukku..
Dan kini, aku harus melihatnya diam!  Membeku! Tertutup tumpukan tanah!
Tak bernyawa..
Kita sudah berjanji akan selalu bersama kan?
Apa aku harus menyusulmu juga?
______________________________________
Shida Mirai’s POV

Wajah itu memandangku serius sekarang. Ia berdiri tegak sambil sesekali mengatur nafasnya. Ia ingin mengatakan sesuatu. Dan aku tahu itu. Namun aku tidak mau berharap. Tidak berani lebih tepatnya. Gadis seperti aku ini tidak mungkin…

“Suki desu!”. Jantungku berhenti sesaat.

“EHH???” aku sontak berteriak. Kaget! Juga tidak menyangka.

“suki desu, Mirai-chan…”

“tapi aku…sakit!”

___________________________________________

Yamada berlari kecil menyusuri lorong rumah sakit. Matanya dengan jeli membaca papan-papan nomor yang terpajang di setiap pintu kamar. Dan akhirnya kaki-kaki itu berhenti di depan sebuah kamar bernomor 095. senyum yang memang sehari-hari selalu ditunjukannya kembali dikeluarkan seiring dengan masuknya ia ke kamar itu.

“ohayoo..” serunya melihat si penghuni kamar sedang asyik dengan sebuah buku dalam genggamannya.

“yama-chan? Heh? Kamu nggak sekolah..?” teriaknya cepat ketika melihat yamada sudah berdiri di depannya dengan senyum seperti biasa.

“Mm…”

“kamu bolos?”
Yamada mengangguk.

“gila kamu! Hari ini pelajarannya bu keiko. Kamu bisa diomelin besok gara-gara bolos..”
Yamada berjalan ke kursi disamping mirai lalu duduk. Kepalanya diletakan di kasur .

“abis kamu nggak ada! Nggak seru!!”
Mirai kembali mengomel.
“kok Cuma gara-gara itu sampai bolos sih!! Nilai fisika kamu udah jelek tuh..nanti jadi makin jelek!! Udah, balik ke sekolah sana! Belajar! Pulang sekolah baru ke sini lagi.”

“aah..Mirai-chan….” Yamada merengek. Tapi gadis di depannya tetap bersikukuh. Harus memulangkan pacarnya kembali ke sekolah!

“un..kalo gitu..” yamada mencium pipi mirai lembut.” Jaa ne..” sambungnya. Mirai hanya tersenyum kecil.

“Sayonara..ingat! ke sana belajar ya! Bukan tidur..”pesannya. Yamada tertawa kecil mendengar kata-kata Mirai.

“Mirai-chan kayak nenekku di kampung…” serunya lalu buru-buru lari keluar kamar karena gadis itu sudah bersiap melemparinya dengan bantal.

“YAMA-CHAAAAAN!!!”.

Seseorang kembali memasuki kamar.

“yama-chan…udah dibilangin ke seko….” Kata-kata Mirai terhenti sejenak ketika melihat siapa yang kini berdiri di depannya.

”sensei..”

“Shida-san..waktunya pemeriksaan..”

“ohh..hai!”

______________________________________

“mau kemana buru-buru gitu?” yuto memandangi teman sebangkunya, yamada yang dari tadi sudah membereskan alat-alat tulisnya. Padahal, bel pulang sekolah masih 10 menit lagi berbunyi. Yang dipandangi hanya nyegir kuda.

“mau ke rumah sakit. Kencan!..”

“ohh..sama pacarmu ya? Siapa lagi namanya? Mm..Mirai-chan. Iya kan?”

“ga usah pake embel-embel –chan deh.. kayak kenal aja..” yamada menggerutu. Yuto mengenali gelagat temannya itu.

“cemburu ??” godanya. Yamada sedikit mencibir.

“namanya juga cinta kan..” jawabnya. Kali ini yuto yang mencibir.

“halah! Lebay!”

_______________________________________
Yamada Ryosuke’s POV

Kakiku berhenti berlari. Begitu juga tubuhku yang tiba-tiba saja membeku. Aku melihat Mirai disana. Memeluk bantalnya. Dan ia,…menangis! Demi tuhan! Setelah setahun pacaran, baru kali ini aku melihat Mirai mengeluarkan air matanya. Apa ada sesuatu? Apa ada yang membuatnya terluka? Atau, ini tentang penyakitnya?

“Mirai-chan…” aku berusaha memacu kakiku pelan menuju tempat tidurnya. Mirai menyadari kehadiranku dan cepat-cepat mengusap air matanya. Ia lalu tersenyum. Senyuman yang biasa aku lihat. Namun kali ini senyuman itu terasa berbeda.

“doushite??” tanyaku segera. Aku ingin tahu, kenapa Mirai menangis. Ia hanya memandangku lembut sambil sesekali tersenyum.

“yama-chan sudah datang..maaf ya aku menyambutmu dengan keadaan seperti ini..” ujarnya lemah tanpa menjawab pertanyaanku. Aku tidak mau diam saja. Segera ku genggam kedua tangannya, dan menatapnya. Kembali minta penjelasan atas keadaanya saat itu.

“doushite,ne mirai-chan??”
Mirai menatapku takut-takut.

“aku…penyakitku..sekarang sudah sampai stadium 4..” bisiknya pelan. Hampir tak terdengar. Namun kata stadium 4 itu sampai dengan sempurna ke telingaku. Meski tanpa mendengar keseluruhan kalimatnya pun aku sudah bisa menduga apa maksudnya. Kanker darah Mirai sudah sampai stadium 4. dan itu berarti, waktuku bersama Mirai tinggal sedikit lagi.

Sedikit lagi..

“sensei bilang..aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi..aku harus segera di operasi,..dan mereka sudah menyiapkan semuanya. Orang tuaku juga sudah setuju. tapi,… aku..aku takut..aku takut operasinya gagal. Aku takut a..”
Aku memeluk Mirai kuat, membuatnya menghentikan kata-katanya. Dia menagis di bahuku. Mengeluarkan semua kesedihannya. Aku masih diam. Kali ini, kubiarkan pelukanku yang menenangkannya.

“ganbare ne! Mirai-chan… semuanya akan baik-baik saja…”kubuka suaraku. Mirai masih saja menagis.

“kau harus berusaha Mirai..aku yakin kau pasti bisa..”

“tidak mungkin..kemungkinan berhasilnya kecil..”
Aku mengangkat kelingkingku dan mengarahkannya tepat di depan wajah Mirai.

“aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sesulit apapun keadaannya. Dan kau juga harus janji padaku, kau harus sehat, supaya kita bisa terus bersama! Ok??”

“yama-chan..”

“kau harus janji!” aku kembali mengulang kata-kataku. Mirai menatapku tidak yakin lalu memberikan kelingkingnya.

“maaf kalau nanti aku ingkar janji…” jawabnya lalu tersenyum kecut.

“kau tidak akan ingkar janji. Kita akan terus bersama! Bagaimanapun caranya. Dan kalau kau harus ingkar janji, maka aku akan ikut deganmu!” tegasku seolah-olah mengatakan jika ia harus mati, maka aku akan ikut bersamanya. Mirai menatapku dalam. Wajahnya mulai serius.

“aku tahu maksudmu Yamada. Jangan pernah lakukan hal itu!” sanggahnya yang tentu saja menolak niatku mentah-mantah. aku memberikan senyuman terbaiku ke arahnya.

“karena itu..kau harus sehat!”
_____________________________________

sepasang mata yang tak terlihat memandang dua eksistensi tadi sambil tersenyum kecil. Tiba-tiba datang seorang lagi. Bukan, sesuatu. Lalu ikut menyaksikan pemandangan yang disaksikan temannya tadi sambil tersenyum.

“jadi ‘dia’ ya? Hmm..sayang sekali…” ujar ‘sesuatu’ yang baru datang itu.

“ini tidak akan berlangsung lama..” sambung yang satunya kemudian meninggalkan tempat itu.
________________________________________

Yamada menggenggam tangan Mirai lembut sambil menunggu dokter melanjutkan kata-katanya. Di depan mereka, ayah dan ibu Mirai juga saling menggenggam tangan masing-masing kuat.

“jadi, Shida-san bisa di operasi besok. Persiapannya sudah kami lakukan. Apa kalian semua setuju?”

Kedua orang tua Mirai menatap putrinya. menunggu. Mirai tersenyum kecil kearah mereka kemudian menganggukan kepalanya.

“hai!”

“yosh..operasinya kita mulai jam 10 besok ya.. Mulai sekarang Shida-san harus menjaga tubuhmu selama seharian penuh! Ok..?”
Mirai kembali mengangguk.

“arigato! Sensei..”

“un..kamu boleh kembali ke ruanganmu…”

Yamada mendorong kursi roda Mirai perlahan. Meninggalkan dokter dan orang tua Mirai yang sepertinya masih ingin membicarakan sesuatu. Mereka menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali bercanda.

“mm..Mirai-chan, besok aku datang ya..dari pagi..” seru Yamada tiba-tiba dengan nada takut. Takut karena menurut instingnya Mirai akan sangat menentang hal itu.

“nggak boleh! Besok kamu ulangan fisika kan?” dan instingnya, tepat!

“tapi Mirai-chan…besok kan kamu mau di operasi. Masa aku nggak ada sih.. itu bukan cowok yang baik namanya..” setengah merengek, Yamada menggoyang-goyangkan kakinya. Tetap Mirai tidak ambil pusing dengan reaksi pacarnya yang kekanakan itu.

“mirai-chan..”

“kamu boleh datang kalau ulanganmu udah habis dikerjakan! Makanya kamu pulang terus belajar. Biar bisa kerjain ulangannya besok terus bisa ke sini. Ya kan??”

“yaa..fisika kan susah…nggak mungkin aku bisa ngejain soal-soal itu sebelum jam 10..” yamada kembali merengek. Mirai tersenyum kecil.

“makanya..be-la-jar….”seolah Yamada adalah anak umur 3 tahun yang baru belajar bicara, Mirai mengejakan kata BELAJAR dengan pelan dan hati-hati.

“aah..Mirai-chan!!!”
________________________________________

Yuto nakajima memandang makluk di sampingnya takjub. Yamada Ryosuke, teman sebangkunya yang biasanya tulalit kalau bicara soal fisika, hari ini hanya butuh 2 jam pelajaran untuk menyelesaikan soal ulangan yang -menurutnya- maha sulit itu. Yamada sendiri sudah mengemas seluruh peralatan sekolahnya dan siap meninggalakan bangku serta Yuto yang masih menatapnya takjub.

“kamu yakin bisa ngerjain semua?” bisik Yuto ketika yamada menurunkan kepalanya dan memperkencang tali ikatan sepatunya.

“beres! Aku sudah belajar semalam suntuk. Dan, nih” Yamada menyodorkan secarik kertas kearah Yuto sembunyi-sembunyi.” Kunci jawaban. Kalau nggak yakin ga usah ikutin. Tapi aku rasa pada benar semua deh..”
Yuto memandang sahabatnya itu terharu.

“arigato ne..yama-chan..”

“un! Aku tinggal dulu ya. Mirai mau di operasi soalnya. Jaa ne..” Jawab Yamada lalu segera menuju ke depan kelas, menyerahkan lembar jawaban ulangannya pada bu Keiko yang hanya bisa memandangnya kaget plus heran lalu buru-buru berlari pergi.
Teman-teman sekelasnya yang lain menatapnya ajaib.

Ini tidak akan berlangsung lama..

Sesaat lagi, Yamada akan sampai di rumah sakit. Pikirnya, jika berlari, ia kan sampai tepat sebelum operasi Mirai dimulai. Dan hal itu menurunkan kewaspadaannya. Tidak dilihatnya sebuah truk melaju kencang dari samping. Bunyi klakson dan decit rem berkali-kali terdengar. Namun, semuanya sia-sia….

Tidak akan berlangsung lama…

‘sesuatu’ itu telah menyelesaikan tugasnya.

____________________________________
Shida Mirai’s POV

Aku memandang sekeliling. Mencari. Tapi, tetap tidak ada. Dia tidak ada. Apa mungkin soal ulangan kali ini terlalu susah, sehingga ia tidak bisa mengerjakannya dengan cepat?
Yama-chan… dia memang seperti itu!

“shida-san..kita masuk ke ruang bedah sekarang..” suara suster okamoto mengagetkanku. Aku lalu membiarkan saja ia mendorong kursi rodaku menuju ruang bedah, sambil sesekali aku menoleh kebelakang. Tapi tetap saja, dia tidak datang. Bukan! Dia hanya belum datang! Ya, dia belum datang!
______________________________________

Mirai membuka matanya perlahan, mengamati sekeliling. Agak kabur, namun ia bisa mengenali siapa saja yang berdiri disampingnya. Mirai bisa merasakan, seseorang tidak ada disana.

“mirai-chan..akhirnya sadar juga!! Kamu tidur sampai 2 hari sayang…” seru ibunya senang melihat Mirai membuka mata. Mirai sendiri hanya tersenyum kecil.

“yama-chan…dimana?” tanyanya pelan. Sontak ibunya terdiam. Begitu pula ayahnya, juga suster dan dokter yang ada di ruangan itu. perasaan Mirai mulai tidak enak. Apalagi setelah ia menyadari bahwa kedua orang tuanya sama-sama mengunakan setelan hitam. Pakaian yang biasa mereka gunakan ke pemakaman.

“okaa-chan..yama-chan mana?” Tanya Mirai lagi dengan volume suara semakin besar. Air matanya tidak bisa di bendung. Ia takut! Sangat takut! Takut kalau sesuatu telah terjadi. Takut kalau sesuatu itu merebut Yamada darinya.

“OKAA-CHAN!!”  kali ini ia berteriak. Ibunya memandang Mirai lembut, ikut mengeluarkan air mata.

“Yamada…sudah meninggal, Mirai…….”
Tubuh Mirai membeku. Ia kehilangan kata-kata. Otaknya terus mencerna ucapan ibunya tadi.

Yamada..sudah meninggal, Mirai…

“nggak! Nggak mungkin! Oka-chan bohong padaku kan? Ini pasti ide Yama-chan. Dia pasti sedang sembunyi sekarang..” Mirai kehilangan akal sehat. Dengan paksa ia melepas selang infus dari tangannya lalu berlari keluar mencari Yamada. Mencari ia yang tidak akan pernah ia temukan lagi…
________________________________________

Mirai menatap nisan didepannya tanpa ekspresi. Nisan bertuliskan Yamada Ryosuke lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Ia kembali mengingat kata-kata ibunya.

Yamada kecelakaan. Tepat di hari kamu di operasi.. dia tidak memperhatikan jalanan sekitar, sehingga ketika ia berlari, sebuah truk tidak sengaja menabraknya…

“kamu bohong Yama-chan…”

Kita akan terus bersama! Bagaimanapun caranya. Dan kalau kau harus ingkar janji, maka aku akan ikut deganmu!

“karena kau sudah ingkar janji, aku akan ikut denganmu …”

Mirai mengeluarkan sesuatu dari tasnya. sebuah pisau. Ia memandang pisau itu, tersenyum.

“sekarang, kita akan terus bersama…”

Teriakan ibunya tidak menghentikan gerakan Mirai mengiris pergelangan tangan kirinya. Kecepatan lari ayah dan ibunya pun tidak bisa mengalahkan kecepatan ‘sesuatu’ itu. sesuatu yang harus melaksanakan tugasnya. Sesuatu yang harus menjemput jiwa Mirai dari tubuhnya.

 Tugasnya sudah selesai.

Tagisan orang tuanya tidak lagi terdengar. Kini, hanya ada ‘ia’ dan Mirai.

“aku bisa bertemu Yama-chan kan..?”

“tentu!”



THE END



HEllo..

hai...saya Dhy yo..
saya penggemar HSJ di indonesia,,KUpang lebih jela na*jauh bgt ya*
oh ya..yg bakal saya update di sini niih cerita sehari2 sama fanfiction..
follow me please..*maksa*