Kamis, 09 Mei 2013

[Fic] The Lunar-Ring Eclipse


Title: The Lunar-Ring Eclipse a.k.a Gerhana Bulan Cincin
Author: Dhy
Genre: Angst, Romance, fantasy
Cast  : Yamada Ryosuke, Shida Mirai
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own YamaShi <3

Summary: Gerhana bulan cincin tanggal 9-10 Mei dan cinta yang tertunda.  

A/N: Happy Birthday YamaShi <3


 
The Lunar-Ring Eclipse

CHAPTER 1

Langit malam itu pekat. Tak ada setitikpun cahaya yang menerangi kegelapan. Bau darah dan jeritan pilu terdengar dimana-mana. Bunyi tusukan pedang yang menembus daging masih menjadi melody utama yang mendominasi malam kelam itu. Semua orang berlari menyelamatkan diri, berusaha sejauh mungkin terhindar dari peperangan hebat yang melibatkan 2 kerajaan saingan besar, Amakusa dan Minami. Kerajaan yang sudah menanamkan rasa benci kepada lawannya masing-masing sejak kali pertama dibangun. Kerajaan yang saling mengangap lawannya adalah iblis yang harus dimusnahkan. Kerajaan yang tidak mengijinkan ‘Cinta’ dan bersedia membumi hanguskan lawannya jikalau kata tadi tercelat oleh satu penghuni pihaknya kepada pihak lawannya. Dan kali ini, dengan berpegang pada alasan itulah, kerajaan Amakusa mengibarkan bendera perang terhadap kerajaan Minami dengan tuduhan telah mencuci otak sang putra mahkota, Amakusa Ryuu karena ia dengan sebegitu mudahnya mengaku telah mencintai putri kerajaan Minami, Minami Megumi.

Diantara puluhan manusia yang berlari menyelamatkan diri, ada sepasang yang juga ikut melakukan yang sama. Sepasang kekasih yang menjadi kunci utama peperangan kali ini.

“Ryuu-sama...aku ..sudah tidak kuat lagi.,” Minami Megumi jatuh terjembab di tanah. Sudah berjam-jam dirinya dan Ryuu berlari menghindar. Dan kali ini ia tidak bisa lagi berlari. Ia menyerah. Amakusa Ryuu sendiri ikut berhenti, menghabiskan beberapa detik waktunya untuk menarik nafas panjang sambil memperhatikan wajah gadisnya yang terlihat sangat lelah. Hatinya seketika perih.

“Biarkan aku menggendongmu...” ujar pemuda itu pelan bersamaan dengan tangannya yang cepat mengangkat Megumi ke punggungnya. Megumi tersentak kaget.

“Tapi Ryuu-sama., kau sudah berlari dari tadi... ditambah lagi dengan membawaku... kau tidak akan kuat.,” Gadis itu meremas punggung Yukata Ryuu. “Tinggalkan saja aku disini..”

“Dasar bodoh...” Ryuu menoleh, memandang gadis itu. “Mana mungkin aku bisa meninggalkanmu... lebih baik kita mati bersama dari pada aku harus kehilanganmu disini..”

“Ryuu-sama...”

“Kita harus cepat. Prajurit ayahku semakin dekat...”. Pemuda itu mulai berlari. Dibelakangnya, Megumi hanya bisa meneteskan air mata. Kelajuan lari kekasihnya tidak lagi secepat sebelumnya. Ia sadar betapa Ryuu sudah terlalu lelah. Pemuda itu berlari dari istananya ke kediaman gadis itu hanya untuk menyelamatkannya. Mereka sudah berlari berjam-jam, dan ditambah kali ini, Ryuu harus menggandongnya sambil tetap berlari.

Sembari berusaha menghentikan aliran air matanya, Megu memandang ke langit. Pemandangan diatas seketika membuatnya kembali meremas punggung yukata Ryuu.

“Ryuu-sama, bulannya...”

Ryuu berhenti berlari dan langsung mengikuti arah pandang kekasihnya. Pemuda itu juga tersentak kagum menyaksikan apa yang ditampilkan langit malam kali ini. Gerhana bulan cincin. Kegelapan hitam yang menutupi cahaya kemerahan bulan namun masih meninggalkan lingkaran cahaya berongga, seperti cincin.

“Megumi...” Ryuu tersenyum memandang lingkaran cahaya itu. “Maukah kau menikah—“

SHAT!!

“Ryuu—“

Tubuh Megumi tiba-tiba melemas dalam gendongan Ryuu. Pemuda itu terhenyak, dan segera menurunkan gadisnya dari gandongan. Matanya membulat sempurna ketika menemukan sebuah anak panah telah menancap di punggung gadis itu.

“MEGUMI!!!” Ryuu memeluk gadis itu. “Megumi, bertahanlah.. aku akan mencari bantuan secepatnya. Kau bertahanlah!” seru pemuda itu panik luar biasa. Tangannya bergetar karena ketakutan. Dia takut, sangat takut terjadi apa-apa pada kekasihnya tersebut. Megumi tersenyum lalu menggenggam tangan Ryuu.

“Aku senang...bisa menghabiskan waktu bersama Ryuu-sama selama ini...” gadis itu tersenyum elmbut. “gomen ne, aku tidak bisa memenuhi janji kita untuk selalu bersama...” air matanya menetes perlahan. Tak ayal, Ryuu ikut menangis.

“Jangan bicara seperti itu Megumi... kita akan selalu bersama. Kau dan aku. Tidak akan ada yang memisahkan kita, bahkan kematian sekalipun...”

Megumi kembali tersenyum, tangan kanannya mengangkat sebuah pisau dari balik kimononya, lalu menggoreskan ujung pisau tersebut, membentuk sebuah huruf di pergerangan tangan kanan Ryuu. Huruf ‘R’.

“Itu adalah tandamu, Ryuu-sama... aku mungkin tidak bisa bersamamu saat ini.” Gadis itu mengelus pipi kanan Ryuu. “Tapi aku berjanji, di dunia selanjutnya, aku pasti akan menemukanmu... “ Air matanya mengalir perlahan. “Ai Shtiteru yo, Ryuu-sama... selalu dan selamanya...”

Ryuu memeluk tubuh gadis itu makin kuat dan perlahan mencium bibirnya lembut. Megumi tersenyum bahagia lalu menutup matanya tidak lama setelah Ryuu menjauhkan wajahnya.

“Megumi? Megumi...” Tetesan air mata pemuda itu kembali di produksi. Namun kali ini, tangannya juga bekerja seperti halnya Megumi tadi, menggoreskan sebuah huruf di pergelangan tangan kanan gadis itu. ‘M’.

“Aku juga akan menemukanmu Megumi. Aku pasti akan menemukanmu...” ujarnya pelan sebelum pisau yang sama digunakannya untuk menusuk jantungnya sendiri. “Ai shiteru mo, Megumi..”

‘aku pasti akan menemukanmu...’

********
9 Mei 1993, 11.30 PM
Rumah Sakit Universitas Tokyo

“Selamat Yamada-san, Bayi laki-laki yang sehat. Keadaan ibunya juga baik-baik saja...”

Yamada Akiyoshi *anggap aja ini nama bapaknya Yama-chan :3* sontak menarik nafas lega ketika suara tadi terdengar bersamaan  dengan pintu ruang bersalin yang terbuka. Pria 29 tahun itu meneteskan air matanya bahagia sebelum mengikuti sang perawat masuk ke dalam ruang bersalin. Disana terlihat istrinya, Kanade, sedang menggendong bayi laki-laki mungil yang terbalut selimut putih. Wanita itu tersenyum melihat suaminya. 

“Sepertinya kita tidak bisa menamainya Shinosuke...” ujar Kanade lembut. “Lihat ini..” Kanade menunjuk sebuah tanda berbentuk huruf ‘R’ dipergelangan tangan kanan putra pertama mereka. “Dia ingin namanya diawali huruf R..”

“Sugee..” Akiyoshi tersenyum. “Saa, bagaimana kalau namanya diganti menjadi...Ryosuke?”

Kanade ikut tersenyum. “ Hai.. nama yang bagus, ne Ryosuke?”

Bayi dalam selimut itu menggeliat, seolah menyetujui nama yang baru saja diberikan kepadanya. Akiyoshi memandang Ryosuke kecil lalu tersenyum.
“ah, aku baru ingat!” Pria itu bergerak menuju jendela lalu menarik kain penutupnya. “Hora...gerhana bulan cincin!”

“Kireii... bentuknya benar-benar seperti cincin...” Kanade terseksima. “Ne, Ryosuke... lihat, cincin di langit itu.. kireii deshou?” Kanade memiringkan lengannya sedikit, mencoba menunjukkan pada putranya gerhana bulan cincin yang terlihat jelas dari kamar bersalinnya tersebut. Dan sekali lagi, Bayi Ryosuke menggeliat.

***

10 Mei 1993, 01.00 AM
Rumah Sakit Shiroyama, Kanagawa

“Yeeiy Mirai-chan! Mirai-chan desu yo ne?” Shida Kenichiro tersenyum kegirangan sembari bermain dengan putrinya yang baru lahir, yang kini berada dalam pelukan hangatnya. Sang istri, Natsu, hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah absurd sang suami.

“Ah, Ken..aku teringat sesuatu! Coba buka tirainya..” celetuk wanita itu tiba-tiba. Kenichiro yang tidak tahu apa-apa mengikuti saja perintah istrinya. Sambil tetap menggendong  Mirai dalam pelukannya, pria itu bersusah payah membuka tirai hijau jendela rumah sakit.

“WOAHHH.... sugee... kau tahu akan ada gerhana bulan, Natsu?” senyum Kenichiro terkembang lebar. Sang istri hanya tersenyum simpul.

“Sudah kuduga hari kelahiran Mirai akan menjadi sangat spesial...ah, kemarikan Mirai! Aku juga mau gendong!”

“Hai! Hai!” Kenichiro menyerahkan bayi perempuan mereka kepada sang istri. Natsu menerimanya dengan senang sambil memainkan tangan kanan bayi mungil itu.

“Eh? Ken, lihat ini...” wanita itu menunjuk satu tanda lahir di pergelangan tangan Mirai. Sebuah tanda berbentuk abjad ‘M’.

“HEE? Masaka? Dari sebelum lahir Mirai-chan sudah tahu akan dinamai dengan awalan M ya?” Kenichirou jelas kaget. Natsu hanya bisa memiringkan kepala sedikit sambil sama sekali tak melepaskan pandangannya dari pergelangan tangan kanan putri pertamanya tersebut.

********
“Hai, Mirai-chan, kore...” sebuah tangan yang sedang memegang buku muncul tiba-tiba di depan wajah Mirai. Gadis itu terhenyak kaget karena tak menduga akan mendapat serangan macam tadi.

“Suzuka!! Mou, kalo muncul jangan tiba-tiba donk! Kaget nih!” Mirai mengelus dadanya cepat sekalian memarahi pemilik tangan yang muncul didepannya tadi. Ohgo Suzuka—yang dimaksud—tertawa kecil.

“Gomen, aku tidak menyangka kamu akan sekaget ini...” jawabnya. “Nih, ambil bukunya..” tangan kanannya masih menyodorkan sebuah buku tebal berjudul ’7 Legenda Romantis Dunia. Mirai tersenyum kecil.

“Arigatou! Nih...” Mirai bersiap menyerahkan sejumlah uang, namun Suzuka buru-buru menolaknya.

“Itu buku bekas, tidak usah dibayar. Anggap saja hadiah untukmu..”

“Eh, Hontou?” kedua manik mata Mirai membulat sempurna. Suzuka hanya bisa mengangguk. “Waa! Arigatou Suzuka!” teriaknya senang.

“hai! Hai! Sudah, pergilah. Kau hanya bikin ribut tokoku saja.,” usir suzuka. Mirai nyengir lebar.

“Kalau begitu, Jaa ne.. sekali lagi Arigatou, Suzuka!” serunya sambil berlari keluar toko. Namun karena terlalu memperhatikan suzuka di belakangnya, gadis itu tanpa sengaja menabrak seseorang.

“Ah gomen.,” ujarnya pelan. Seseorang yang baru saja ditabraknya —yang ternyata seorang pemuda itu menatapnya tanpa ekspresi, kemudian melanjutkan langkahnya memasuki toko.

“Siapa orang itu? sombong sekali. aku kan sudah minta maaf..” umpat Mirai perlahan sebelum meninggalkan toko Suzuka. Maskipun begitu, kali ini sekali lagi dia menabrak seorang pemuda. Bedanya pemuda yang ini lebih tinggi dan kurus serta terlihat ramah.

“Gomen..,” dan pemuda ini pula yang meminta maaf duluan.  Mirai hanya mengangguk.

“Ii yo..betsuni.,”

“Aku buru-buru mengejar Ryosuke, jadi aku permisi dulu.. sekali lagi gomen na..” ujar pemuda itu lagi sebelum mengikuti temannya tadi ke dalam toko. Mirai hanya bisa memiringkan kepalanya sedikit lalu bergerak menjauhi toko buku milik sahabatnya tersebut.

“Ryosuke kah..?” bisiknya pelan sambil melangkah pergi.

Pemuda berlabel Yamada Ryosuke tadi malah sudah mendatangi Suzuka. “Anoo, apakah disini ada buku tentang Kerajaan Minami., atau putri kerajaan tersebut, Minami Megumi?”

“Ah, gomen.. sepertinya kami tidak punya buku seperti itu...”jawab Suzuka setengah kaget melihat seorang pemuda tampan tiba-tiba sudah berada di dalam tokonya. Sudah begitu pertanyaannya aneh pula. Sementara Ryosuke sendiri telah tertunduk lesu, lalu tersenyum miris.

“Sou kah?”

“Mou Ryosuke, ayo pulang! Ketua asrama akan memarahi kita kalau melanggar jam malam!” Muncul seorang pemuda lagi, tampan juga, hanya yang ini lebih tinggi dari yang sebelumnya. “Terima kasih banyak, kami permisi..” pemuda yg tinggi itu menunduk hormat, lalu menarik Ryosuke untuk bergerak bersamanya.

“Aku masih belum menemukannya Ryuu. Megumi...” bisiknya pada teman lelakinya itu. pemuda yg dipanggil Ryuu menepuk pundak sahabatnya pelan.

“Daijoubu, kita masih punya banyak waktu untuk mencari...” 

// TBC //

Tidak ada komentar:

Posting Komentar