Sabtu, 05 Mei 2012

[Fic] The Lost Birthday - for Ryosuke & Mirai's Birthday







Title: The Lost Birthday 
Author: Yohanihta RozeDhyana a.ka Dhy
Genre: Angst
Cast  : Yamada Ryosuke, Shida Mirai
Type: One shot
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*

Summary: What if… you are given a second life as a birthday present?

A/N: Pernah nonton MVnya Ft.Island - several? Saya terinspirasi dari clip itu saat bikin ffic ini :>
Fanfic ini dibuat sebagai tanda keikutsertan saya dalam Yamada Ryosuke’s Birthday fanfic competition. Dan Tidak lupa.,

OTANJOUBI OMEDETOU YAMA-CHAN!!! Daisuki <3


THE LOST BIRTHDAY

May 9 2012

11. 05 pm

“Mirai, chotto!” Yamada Ryosuke mencengkram langan gadisnya cepat, berusaha menghentikan pergerakan gadis itu untuk tidak menjauh darinya. Shida Mirai menampik tangan kekar pemuda itu.

“Hanase!”

Ryosuke enggan melepaskan cengkramannya, bahkan kali ini ditariknya gadis itu menuju rangkulannya. “Mirai dengarkan aku dulu… tadi itu aku…”

Mirai mengangkat kepalanya depat lalu menatap kedua bola mata coklat bening Ryosuke sendu. Setetes air mata tiba-tiba saja mengalir keluar.

“Kita sudahi saja…”

“Eh?” Ryosuke pelan-pelan melepaskan lingkar tangannya dari bahu Mirai.

“Hubungan kita, sudahi saja…” Mirailah yang kemudian melepaskan tangan Ryosuke. “Sayonara…” gadis itu segera berlari pergi. Sepersekian detik Ryosuke terpaku di tempatnya sampai kemudian ia sadar gadisnya sudah tak lagi bersamanya. Pemuda itu sontak mengikuti pergerakan Mirai.

“Mirai!” Ryosuke berlari kecil mencoba menjangkau Mirai. “Mirai.. matte!” teriaknya. Namun tetap, Mirai tidak sama sekali tidak mau menghentikan pergerakannya. Ryosuke terus berusaha mengejarnya.

“Hei! Tangkap orang itu!” suara lain ikut terdengar bersamaan dengan seseorang yang tanpa sengaja menabrak Mirai cukup keras sehingga membuatnya terhunyung beberapa langkah ke jalanan di depannya. Gadis itu menoleh sedikit hanya untuk melihat pria yang baru saja menabraknya tadi berlari menjauh sambil tertawa kegirangan. Pikirannya teralih penuh hanya pada pria yang ternyata memegang sebilah pisau itu sehingga tanpa disadarinya, sesuatu yang bergerak sangat cepat siap menghantamnya.        

“MIRAI AWAS!!”

“BRAAKK!!”

Bola mata Ryosuke melebar seketika saat menatap kedepan, ke arah gadisnya yang kini tengah tergeletak begitu saja di tanah dengan darah segar menggenangi rambut pendek sebahunya yang terurai, setelah tubuhnya tertabrak sebuah sedan merah pekat yang berwarna senada dengan darahnya. Kedua mata gadis itu tertutup rapat. Meskipun begitu, Ryosuke bisa melihat jelas setetes air mata kembali mengalir dari salah satu matanya.

“MIRAI!!!!”

**

“Mirai.. bertahanlah… Dokter! Kumohon, cepat tolong dia!!”

**

“D-Dokter, bagaimana? bagaimana Mirai?!”

“Maaf… kami sudah berusaha…”

**

Ryosuke menatap sendu sesosok tubuh yang tertutupi kain putih hingga ke wajah tersebut. Pemuda itu menggigit bibirnya takut ketika tangannya pelan-pelan membuka kain yang menutupi wajah tadi.

“U-uso…” bisiknya sangat pelan. Air matanya yang sebelumnya sudah terlalu banyak tumpah kini kembali mengalir keluar. “Mirai! Bangun Mirai! Jangan tinggalkan aku! JANGAN TINGGALKAN AKU MIRAI! BANGUN!!!”  Ryosuke berteriak frustrasi kepada tubuh kekasihnya yang sudah tak lagi bernyawa. Mirai tetap menutup matanya, sama sekali tak bereaksi atas tindakan pemuda itu.

“Doushite… DOUSHITE?! KAMI-SAMA DOUSHITE?! KENAPA KAU MENGAMBILNYA?! INI HARI ULANG TAHUNKU KAN? KENAPA KAU MENGAMBILNYA DARIKU?!!”  Ryosuke lalu mengalihkan rasa sakitnya dengan berteriak tanpa sadar. Ia ingin memaki Kami-sama. Kenapa Kami-sama mengambil Mirai darinya? Kenapa harus dihari ulang tahunnya? Kenapa harus Mirai?!

11. 59

TENG   TENG   TENG

…Kau masih punya waktu satu menit…

…Eh?…

…kau masih bisa mendapatkan hadiah ulang tahunmu…

*****
TAK

Ryosuke terhenyak. Tangannya terangkat menyentuh pelan kepalanya yang terasa sangat sakit. Namun lebih dari itu, sebuah pertanyaan besar langsung timbul di pikirannya ketika menatap langit-langit, hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata. Langit-langit ruangan ini jelas sangat dikenalnya. Ini bukan langit-langit putih polos rumah sakit. Ini langit-langit kamarnya. Tapi bagaimana bisa ia berada di kamarnya padahal baru saja ia berada di rumah sakit bersama jenazah..,

Ryosuke sontak menoleh kesamping ketika dirasakannya sesuatu menyentuh lengannya. Betapa terkejutnya pemuda itu ketika menemukan keksihnya tengah tertidup lelap disampingnya dengan tangan merangkul lengannya yang kekar. Bola mata pemuda itu sontak melebar. Jantungnya berdesir hebat sambil menatap tak percaya eksistensi di sampingnya itu.

“Mi-Mirai-chan….” Bisiknya kaget luar biasa. Disampingnya Mirai sedikit menggeliat dalam tidurnya, menandakan ia masih hidup dan sangat baik-baik saja. Ryosuke masih tak bisa mempercayai matanya.

“D-Doushite?”

Serangan rasa sakit luar biasa sontak menghujamnnya. Ryosuke seolah dipaksa mengingat sebuah momen dimana dirinya sendiri tidak yakin berada dalam realita atau hanya mimpi belaka.  Seseorang yang memantulkan cahaya putih berkilauan tengah bicara padanya kala itu.

…Kau masih punya waktu satu menit…

…Eh?…

…kau masih bisa mendapatkan hadiah ulang tahunmu…

…Dan…

………

…semua akan kembali setelah waktumu usai…

Apa maksudnya waktu semenit? Hadiah ulang tahun apa yang bisa ia dapatkan?

Pikiran Ryosuke terus berpacu hingga matanya menangkap sosok Mirai yang tengah terbaring disampingnya kini.

Inikah hadiahnya? Apakah Kami-sama mengembalikan Mirai padanya sebagai hadiah ulang tahunnya? Apakah ini sungguh nyata?

Bulir air mata menetes begitu saja dari pelupuk mata Ryosuke saat pemuda itu dengan sigap menarik tubuh Mirai kedalam pelukannya. Mirai sontak terbangun karena aksi tiba-tiba Ryosuke barusan. Gadis itu tersenyum kecil sambil membuka matanya sedikit.

“Ohayou…” ujarnya pelan sambil membalas pelukan Ryosuke. Pemuda itu tidak menjawab, hanya mempererat pelukannya masih dengan berlinang air mata. Mirai menatapnya khawatir.

“Ryosuke, doushite?” Tanya gadis itu pelan. Ryosuke menggeleng. Ia hanya ingin terus memeluk tubuh gadis itu tanpa pernah melepaskannya.

“Yokatta…” Bisiknya dengan nada lega dan senyum yang terkembang tipis di bibirnya. Mirai tetap menatapnya tidak mengerti.

“Yokatta…”

 *****

“Otanjoubi Omedetou…” Mirai mengecup sayang pipi kiri Ryosuke ketika tangannya sendiri bergerak untuk meletakan sepiring roti panggang di meja depan pemuda itu. Ryosuke sedikit memiringkan kepalanya.

“Otanjoubi omedetou…”

Eh? Bukankah Mitai pernah melakukan ini sebelumnya. Kemarin… kemarin kan? Kemarin Mirai memberinya kecupan sayang sekaligus meletakan sepiring roti bakar di depannya kan?

Lalu bagaimana bisa hal yang sama bisa terjadi lagi kali ini?

Bagaimana bisa hari ulang tahunnya berlangsung lagi hari ini?

“Otanjoubi?” tanyanya pelan—agak tidak percaya. Mirai yang tak sengaja mendengar gumaman pemuda itu langsung menggeplak kepala Ryosuke.

“Ulang tahunmu sendiri, kau lupa?!” omel gadis itu melipat tangannya di dada. Ryosuke masih tidak percaya hari apa ini sampai matanya menangkap selembar kelender gantung bertuliskan angka 9 besar-besar di bawah tulisan MAY 2012 yang ukurannya lebih kecil. Jantung pemuda itu kembali berdesir.

Apakah ia dikembalikan ke masa lalu?

Kenapa?

Apa ia kembali untuk menjaga Mirai agar tak pergi darinya?

Benarkah yang dilihatnya sebelumnya hanyalah mimpi?

Ryosuke menarik nafas panjang dan gusar. Mirai yang melihatnya hanya terdiam. Pikirannya ikut berekcamuk. Gadis itu lalu mengambil tempat di sebelah Ryosuke.

“Ne, Ryosuke…” Ujranya pelan. Fokus Ryosuke langsung teralih dari pikirannya menuju sang pacar. “Semalam aku mimpi… aneh…”

Ryosuke mengerutkan kening. “Mimpi aneh?”

“Un.” Mirai mengangguk. “Semacam mimpi buruk, atau entahlah… tapi seting mimpiku itu hari ini, hari ulang tahunmu yang ke 19. Entah kenapa saat itu kita bertengkar dan aku memustuskan untuk mengakhiri hubungan kita. Kau mengejarku dan…” Suara Mirai berubah pelan “Aku tertabrak mobil. Aku mati…”
Ryosuke terhenyak dan dengan cepat merangkul tubuh gadis itu dalam pelukannya.

Jadi dia ingat…?

Jadi itu bukan mimpi…?

Lalu apa?

“Jangan bicara seperti itu..” Ryosuke berusaha bicara tenang sembari mengelus puncak kepala gadisnya lembut. Meskipun sebenarnya, jiwa pemuda itu sendiri tengah terguncang hebat. “Aku ada disini… tidak akan ada yang bisa mengambilmu dariku...”

“Arigatou…”Mirai tersenyum kecil lalu mencium pipi Ryosuke lembut. “Otanjoubi Omedetou, Ryo-kun…”
 *****

“Aneh ih, Yamachan…” Arioka Daiki bangkit dari posisi duduknya dan langsung mengambil tempat disebelah Ryosuke. “Mana ada satu hari bisa terulang sampai 2 kali… aku sendiri tidak berasa apa-apa kok…tidak ada yang terulang…”

Ryosuke mengubahr sedikit posisi duduknya agar bisa menghadap Daiki. “Tapi sungguh! Aku merasa seperti pernah mengalami kejadian hari ini…”

“Déjà vu maksudmu?” Chinen Yuri menyambung dari belakang Daiki. Tangannya memegang sekaleng jus jeruk yang baru diteguknya sekali.

“Mungkin…” Ryosuke menjawab pelan. Keningnya sedikit berkerut. Chinen ikut mengambil tempat disebelah kedua manusia itu.

“Kalau begitu buktikan… kalau kau mengaku pernah melewati hari ini, berikan bukti, kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini…”tantangnya. Ryosuke terdiam. Pikirannya melayang, mencoba membayangkan hal apa yang mungkin terjadi di saat ini.

“AAh! Cewek memang menyebalkan!!!”

Ryosuke melirik jam tangannya sesekali sebelum kemudian ikut mendengarkan cerita heboh sahabatnya yang baru tiba sambil teriak-teriak itu tadi.

10. 09. 32

Ryosuke melirik jam tangannya.

10. 09. 28

“5 detik lagi Yuto akan datang sambil marah-marah dan bilang cewek memang menyebalkan lalu bercerita kalau dia putus dengan Suzuka…”

“Eh?” kedua alis Daiki terangkat ketika mendengar kalimat Ryosuke barusan. Chinen perlahan meletakan jus kalengnya di meja.

“5..” Ryosuke mulai menghitung. “4… 3… 2… 1…”

“AAh! Cewek memang menyebalkan!!!” sosok jangkung Nakajima Yuto tiba-tiba saja muncul diiringi suara bantingan pintu yang keras. Daiki dan Chinen sontak terkejut dan langsung menatap Yuto dan Ryosuke bergantian.

“Kau putus dari Suzuka kan?” Ryosuke menyambar kalimat Yuto tadi sebelum si pemuda jangkung memberi penjelasan apa-apa. Yuto hanya mengangguk dalam kebingungan.

“Tahu dari mana?”

“Aku hanya menebak …” Pamuda itu tersenyum kecil. Yuto mengangguk paham dan sedetik setelahnya pemuda itu telah kembali melampiaskan kekesalannya dengan bercerita heboh kepada 3 teman seboybandnya itu.

Chinen dan Ryosuke saling menatap. Seolah tengah mengkomunikasikan sesuatu, Chinen lalu mengangguk akhirnya.

“Oi, Minaa…” Satu sosok baru kembali memasuki ruangan tersebut. Kali ini Yabu Kouta, leader tidak resmi Hey! Say! JUMP. “Model-model dari Nicola sudah datang tuh. Pemotretannya akan segera dimulai…”

Ryosuke menarik nafas panjang sebelum bengkit berdiri. “Aku duluan Yabu-kun…” ujarnya pelan. Yabu mengerutkan keningnya lalu menggeleng.

“Tidak bisa Ryosuke.. Kau urutan terakhir bersama Nishiuchi-san. Lagian dia teman SMU kan?” Yabu menunjukan daftar urutan pemotretan yang ada di tangannya. Pemuda yang lebih muda 2 tahun didepannya tadi tetap berwajah memohon.

“Demo..” Ryosuke menggigit bibirnya. Seberkas ingatan kembali memasuki pikirannya.


 “Ayolah Ryosuke-kun… hanya minum-minum saja… hari ini hari ulang tahunmu kan?”

“Gomen ne, Nishiuchi… Aku ada janji dengan Mirai…”

“EEh? Demo…”

“Maafkan aku… aku tidak bisa…”

Mariya menggembungkan pipinya kesal. Namun sedetik kemudian senyum nakal gadis itu terulas.

“kalau begitu…”

CUUP

Bibir Mariya tiba-tiba saja sudah menyerang bibir Ryosuke dengan ganas. Ryosuke mencoba menjauhkan gadis itu darinya tapi dengan berusaha tanpa membuatnya jatuh ke tanah. Butuh waktu cukup lama sampai Mariya melepaskannya.

“APA YANG KAU—“

“Ryosuke?” dan yang terlihat berikutnya adalah wajah Mirai yang tengah dihiasi bulir air mata.


“Yabu-kun… kumohon…” wajah memohon Ryosuke tetap tidak berubah. Yabu iba padanya, namun pemuda 22 tahun itu tetap menggeleng.

“Gomen Ryosuke… tapi Johnny-san sudah mengatur semua ini.. aku tidak bisa berbuat apa-apa…”

Ryosuke menunduk.

 *****

“Ayolah Ryosuke-kun… hanya minum-minum saja… hari ini hari ulang tahunmu kan?” Mariya menarik lengan Ryosuke ketika keduanya bergerak menyusuri jalanan malam kota Tokyo yang cukup padat. Ryosuke sedikit menepis tangan gadis itu untuk tak merangkulnya. Ia sudah bisa memprediksi tindakan gadis itu saat ini.

“Gomen ne, Mariya… Aku ada janji dengan Mirai…”

“Demo…”

“Maafkan aku… aku tidak bisa…”

Mariya menggembungkan pipinya kesal. Namun sedetik kemudian senyum nakal gadis itu terulas. secepat kilat gadis itu berjinjit agar wajahnya dapat menjagkau wajah pemuda di depannya. Namun sayang, Ryosuke sudah bisa membaca gerakannya. Pemuda itu spontan menahan tubuh Mariya dan tetap menciptakan jarak diantara keduanya.

“Kau tidak punya hak untuk menciumku Nishiuchi-san!” Ujarnya dingin. “Kau tahu kan aku sudah bersama Mirai?”

“Tapi aku menyukaimu Ryosuke! Sudah sejak dulu! Kau tahu itu!” Mariya menjawab berang. Ryosuke tetap menatap kedua mata gadis itu tajam.

“Tapi aku tidak. Aku tidak pernah menyukaimu …”

Mariya terdiam. Pandangannya dialihkan ketempat lain. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang saat itu juga memunculkan senyum misterius di bibirnya. Ryosuke tidak tahu apa. Dan ketika pemuda itu berbalik, hendak melihat pemandangan apa yang dilihat Mariya tak jauh di belakangnya, Mariya sudah menarik wajah pemuda itu dan mencium paksa bibir Ryosuke.

“Ryosuke?” satu suara terdengar samar. Ryosuke sontak menjauhkan tubuh Mariya dengan paksa dari tubuhnya.
Dan yang terlihat berikutnya adalah wajah Mirai yang tengah dialiri bulir air mata.

“Mirai…” gumam pemuda itu pelan.

Mirai tak sama sekali menanggapi reaksi Ryosuke, malahan berlari pergi menajuhi kekasihnya itu. Ryosuke cepat-cepat mengejarnya, sementara Mariya lalu tersenyum licik.

“Mirai, chotto!” Ryosuke mencengkram langan gadisnya cepat, berusaha menghentikan pergerakan gadis itu untuk menjauh darinya. Mirai menampik tangan kekar pemuda itu.

“Hanase!”

Ryosuke enggan melepaskan cengkramannya, bahkan kali ini ditariknya gadis itu menuju rangkulannya. “Mirai dengarkan aku dulu… tadi itu aku…”

Mirai mengangkat kepalanya pelan lalu menatap kedua bola mata coklat bening Ryosuke sendu. Setetes air mata tiba-tiba saja mengalir keluar.

“Kita sudahi saja…”

Sekali lagi. Kejadian ini, sekali lagi.

“Eh?” Ryosuke pelan-pelan melepaskan lingkar tangannya dari bahu Mirai. Bukan karena kaget atas pernyataan Mirai, namun lebih karena tidak percaya skenario ingatannya semalam benar-benar tercetak sama hari ini.

“Hubungan kita, sudahi saja…” Mirai yang sama sekali tak membaca ekspresi Ryosuke yang sarat akan ketidakpercayaan dan rasa takut kemudian melepaskan tangan pemuda itu. “Sayonara…” gadis itu segera berlari pergi. Tanpa menunggu lagi, Ryosuke sontak mengikuti pergerakan Mirai.

“Mirai!” Ryosuke berlari kecil mencoba menjangkaunya. “Mirai.. matte!” teriaknya. Namun tetap, Mirai tidak sama sekali tidak mau menghentikan pergerakannya. Ryosuke terus berusaha mengejarnya.

“Hei! Tangkap orang itu!” suara lain ikut terdengar bersamaan dengan seseorang yang tanpa sengaja menabrak Mirai cukup keras sehingga membuatnya terhunyung beberapa langkah ke jalanan di depannya. Ryosuke mengenali tanda itu. Dengan sekuat tenaga pemuda itu mempercepat larinya.

“MIRAI AWAS!!”

Mirai sontak menutup matanya melihat kilauan sinar mobil berada terlalu dekat dengannya. Gadis itu pasrah, jika ia memang harus mati saat ini maka mungkin ini takdirnya.

Lagipula ia pernah memimpikannya.

“CRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT”

Tubuh Mirai tiba-tiba saja terasa hangat. Namun bukan karena terpaan panas deru mesin mobil tadi, melainkan kehangatan familiar yang diberikan seorang pemuda kepadanya. Gadis itu membuka matanya perlahan, takut dan gemetar.

Ryosuke tengah mendekapnya kuat. Tubuh pemuda itu juga tak kalah bergetar hebat. Tetesan bening mengaliri kedua pipinya.

“Ryosuke…”

Ryosuke melirik jam tangannya sekilas.

11. 59. 49

“Yokata…” Pemuda itu memeluk Mirai makin erat. “Arigatou…” bisiknya perlahan. Mirai menatap kekasihnya agak bingung, meskipun ia sendiri tak bisa berkata apa-apa. Somehow, ada kelegaan luar biasa yang menyusupi hatinya, sama seperti yang Ryosuke rasakan saat ini.

“Ryosuke, Gomenasai…” Mirai perlahan ikut memeluk Ryosuke. “Aku terlalu egois... aku tidak mau mendengarkan penjelasanmu dulu…” ujarnya nyaris berupa bisikan. Ryosuke hanya mengangguk. Tangannya sama sekali tak lepas dari tubuh mungil Mirai.

“Daijoubu…”

Mirai merapatkan kepalanya di dada pemuda itu. “Otanjoubi Omede—“

CRAT!!

Kedua bola mata Ryosuke sontak melebar, begitu pula gadis yang ada dalam pelukannya. Pipi Mirai tiba-tiba saja mengeluarkan darah segar akibat goresan yang datangnya entah dari mana sementara tubuh Ryosuke terhunyung perlahan.
Gadis itu menatap kaget sekaligus bingung. Namun, setelah pemuda itu jatuh berlutut di hadapannya, Mirai sontak tahu apa yang telah menimpa kekasihnya saat itu juga.

“RYOSUKE!!!” pekiknya kencang ketika mendapati sebuah pisau tajam menancap di punggung Ryosuke dan menembus dadanya. Di belakang pemuda itu seorang wanita cantik tengah tersenyum penuh kemenangan. “Mariya…” bisik Mirai perlahan. Nishiuchi Mariya menatapnya rendah dan tertawa lebar kemudian berlari pergi meninggalakn pasangan kekasih itu. Beberapa orang yang kebetulan berada di sekitar mereka segera mengejarnya, sementara Mirai cepat-cepat menahan tubuh Ryosuke sebelum benar-benar jatuh ke tanah.

“Ryosuke! Ryosuke bertahanlah! Kumohon!” Mirai mengguncang-guncangkan tubuh Ryosuke yang kini tergeletak lemah dalam pangkuan Mirai. Pemuda itu mengerang kesakitan sebelum akhirnya menutup mata.

12.00.00

Senyumanya terulas.

**

…waktumu sudah habis…

…aku tahu… terima kasih…

…mungkin ini agak terlambat.., tapi… Otanjoubi Omedetou Yamada Ryosuke…


~end~


HAPPY BIRTHDAY YAMASHI!!!! <3






Tidak ada komentar:

Posting Komentar