Title: The Lost Birthday
Author: Yohanihta RozeDhyana a.ka Dhy
Genre: Angst
Cast : Yamada
Ryosuke, Shida Mirai
Type: One shot
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own Ryosuke Yamada and the plot *again?!*
Summary: What if… you are given a second life as a birthday
present?
A/N: Pernah nonton MVnya Ft.Island - several? Saya
terinspirasi dari clip itu saat bikin ffic ini :>
Fanfic ini dibuat sebagai tanda keikutsertan saya dalam Yamada Ryosuke’s
Birthday fanfic competition. Dan Tidak lupa.,
OTANJOUBI OMEDETOU YAMA-CHAN!!! Daisuki <3
THE LOST BIRTHDAY
May 9 2012
11. 05 pm
“Mirai, chotto!” Yamada Ryosuke mencengkram langan gadisnya
cepat, berusaha menghentikan pergerakan gadis itu untuk tidak menjauh darinya. Shida
Mirai menampik tangan kekar pemuda itu.
“Hanase!”
Ryosuke enggan melepaskan cengkramannya, bahkan kali ini
ditariknya gadis itu menuju rangkulannya. “Mirai dengarkan aku dulu… tadi itu
aku…”
Mirai mengangkat kepalanya depat lalu menatap kedua bola
mata coklat bening Ryosuke sendu. Setetes air mata tiba-tiba saja mengalir
keluar.
“Kita sudahi saja…”
“Eh?” Ryosuke pelan-pelan melepaskan lingkar tangannya dari
bahu Mirai.
“Hubungan kita, sudahi saja…” Mirailah yang kemudian
melepaskan tangan Ryosuke. “Sayonara…” gadis itu segera berlari pergi.
Sepersekian detik Ryosuke terpaku di tempatnya sampai kemudian ia sadar gadisnya
sudah tak lagi bersamanya. Pemuda itu sontak mengikuti pergerakan Mirai.
“Mirai!” Ryosuke berlari kecil mencoba menjangkau Mirai.
“Mirai.. matte!” teriaknya. Namun tetap, Mirai tidak sama sekali tidak mau
menghentikan pergerakannya. Ryosuke terus berusaha mengejarnya.
“Hei! Tangkap orang itu!” suara lain ikut terdengar
bersamaan dengan seseorang yang tanpa sengaja menabrak Mirai cukup keras
sehingga membuatnya terhunyung beberapa langkah ke jalanan di depannya. Gadis
itu menoleh sedikit hanya untuk melihat pria yang baru saja menabraknya tadi
berlari menjauh sambil tertawa kegirangan. Pikirannya teralih penuh hanya pada
pria yang ternyata memegang sebilah pisau itu sehingga tanpa disadarinya,
sesuatu yang bergerak sangat cepat siap menghantamnya.
“MIRAI AWAS!!”
“BRAAKK!!”
Bola mata Ryosuke melebar seketika saat menatap kedepan, ke arah
gadisnya yang kini tengah tergeletak begitu saja di tanah dengan darah segar
menggenangi rambut pendek sebahunya yang terurai, setelah tubuhnya tertabrak
sebuah sedan merah pekat yang berwarna senada dengan darahnya. Kedua mata gadis
itu tertutup rapat. Meskipun begitu, Ryosuke bisa melihat jelas setetes air
mata kembali mengalir dari salah satu matanya.
“MIRAI!!!!”
**
“Mirai.. bertahanlah… Dokter! Kumohon, cepat tolong dia!!”
**
“D-Dokter, bagaimana? bagaimana Mirai?!”
“Maaf… kami sudah berusaha…”
**
Ryosuke menatap sendu sesosok tubuh yang tertutupi kain
putih hingga ke wajah tersebut. Pemuda itu menggigit bibirnya takut ketika
tangannya pelan-pelan membuka kain yang menutupi wajah tadi.
“U-uso…” bisiknya sangat pelan. Air matanya yang sebelumnya sudah
terlalu banyak tumpah kini kembali mengalir keluar. “Mirai! Bangun Mirai! Jangan
tinggalkan aku! JANGAN TINGGALKAN AKU MIRAI! BANGUN!!!” Ryosuke berteriak frustrasi kepada tubuh kekasihnya
yang sudah tak lagi bernyawa. Mirai tetap menutup matanya, sama sekali tak
bereaksi atas tindakan pemuda itu.
“Doushite… DOUSHITE?! KAMI-SAMA DOUSHITE?! KENAPA KAU
MENGAMBILNYA?! INI HARI ULANG TAHUNKU KAN?
KENAPA KAU MENGAMBILNYA DARIKU?!!” Ryosuke
lalu mengalihkan rasa sakitnya dengan berteriak tanpa sadar. Ia ingin memaki
Kami-sama. Kenapa Kami-sama mengambil Mirai darinya? Kenapa harus dihari ulang
tahunnya? Kenapa harus Mirai?!
11. 59
TENG TENG TENG
…Kau masih punya waktu
satu menit…
…Eh?…
…kau masih bisa
mendapatkan hadiah ulang tahunmu…
*****
TAK
Ryosuke terhenyak. Tangannya terangkat menyentuh pelan kepalanya
yang terasa sangat sakit. Namun lebih dari itu, sebuah pertanyaan besar langsung
timbul di pikirannya ketika menatap langit-langit, hal pertama yang dilihatnya
saat membuka mata. Langit-langit ruangan ini jelas sangat dikenalnya. Ini bukan
langit-langit putih polos rumah sakit. Ini langit-langit kamarnya. Tapi
bagaimana bisa ia berada di kamarnya padahal baru saja ia berada di rumah sakit
bersama jenazah..,
Ryosuke sontak menoleh kesamping ketika dirasakannya sesuatu
menyentuh lengannya. Betapa terkejutnya pemuda itu ketika menemukan keksihnya
tengah tertidup lelap disampingnya dengan tangan merangkul lengannya yang
kekar. Bola mata pemuda itu sontak melebar. Jantungnya berdesir hebat sambil
menatap tak percaya eksistensi di sampingnya itu.
“Mi-Mirai-chan….” Bisiknya kaget luar biasa. Disampingnya Mirai
sedikit menggeliat dalam tidurnya, menandakan ia masih hidup dan sangat
baik-baik saja. Ryosuke masih tak bisa mempercayai matanya.
“D-Doushite?”
Serangan rasa sakit luar biasa sontak menghujamnnya. Ryosuke
seolah dipaksa mengingat sebuah momen dimana dirinya sendiri tidak yakin berada
dalam realita atau hanya mimpi belaka.
Seseorang yang memantulkan cahaya putih berkilauan tengah bicara padanya
kala itu.
…Kau masih punya waktu
satu menit…
…Eh?…
…kau masih bisa
mendapatkan hadiah ulang tahunmu…
…Dan…
………
…semua akan kembali
setelah waktumu usai…
Apa maksudnya waktu semenit? Hadiah ulang tahun apa yang bisa
ia dapatkan?
Pikiran Ryosuke terus berpacu hingga matanya menangkap sosok
Mirai yang tengah terbaring disampingnya kini.
Inikah hadiahnya? Apakah Kami-sama mengembalikan Mirai
padanya sebagai hadiah ulang tahunnya? Apakah ini sungguh nyata?
Bulir air mata menetes begitu saja dari pelupuk mata Ryosuke
saat pemuda itu dengan sigap menarik tubuh Mirai kedalam pelukannya. Mirai
sontak terbangun karena aksi tiba-tiba Ryosuke barusan. Gadis itu tersenyum
kecil sambil membuka matanya sedikit.
“Ohayou…” ujarnya pelan sambil membalas pelukan Ryosuke.
Pemuda itu tidak menjawab, hanya mempererat pelukannya masih dengan berlinang
air mata. Mirai menatapnya khawatir.
“Ryosuke, doushite?” Tanya gadis itu pelan. Ryosuke
menggeleng. Ia hanya ingin terus memeluk tubuh gadis itu tanpa pernah
melepaskannya.
“Yokatta…” Bisiknya dengan nada lega dan senyum yang
terkembang tipis di bibirnya. Mirai tetap menatapnya tidak mengerti.
“Yokatta…”
*****
“Otanjoubi Omedetou…” Mirai mengecup sayang pipi kiri
Ryosuke ketika tangannya sendiri bergerak untuk meletakan sepiring roti
panggang di meja depan pemuda itu. Ryosuke sedikit memiringkan kepalanya.
“Otanjoubi omedetou…”
Eh? Bukankah Mitai pernah melakukan ini sebelumnya. Kemarin…
kemarin kan?
Kemarin Mirai memberinya kecupan sayang sekaligus meletakan sepiring roti bakar
di depannya kan?
Lalu bagaimana bisa hal yang sama bisa terjadi lagi kali ini?
Bagaimana bisa hari ulang tahunnya berlangsung lagi hari ini?
“Otanjoubi?” tanyanya pelan—agak tidak percaya. Mirai yang
tak sengaja mendengar gumaman pemuda itu langsung menggeplak kepala Ryosuke.
“Ulang tahunmu sendiri, kau lupa?!” omel gadis itu melipat
tangannya di dada. Ryosuke masih tidak percaya hari apa ini sampai matanya
menangkap selembar kelender gantung bertuliskan angka 9 besar-besar di bawah
tulisan MAY 2012 yang ukurannya lebih kecil. Jantung pemuda itu kembali
berdesir.
Apakah ia dikembalikan ke masa lalu?
Kenapa?
Apa ia kembali untuk menjaga Mirai agar tak pergi darinya?
Benarkah yang dilihatnya sebelumnya hanyalah mimpi?
Ryosuke menarik nafas panjang dan gusar. Mirai yang melihatnya
hanya terdiam. Pikirannya ikut berekcamuk. Gadis itu lalu mengambil tempat di
sebelah Ryosuke.
“Ne, Ryosuke…” Ujranya pelan. Fokus Ryosuke langsung teralih
dari pikirannya menuju sang pacar. “Semalam aku mimpi… aneh…”
Ryosuke mengerutkan kening. “Mimpi aneh?”
“Un.” Mirai mengangguk. “Semacam mimpi buruk, atau entahlah…
tapi seting mimpiku itu hari ini, hari ulang tahunmu yang ke 19. Entah kenapa
saat itu kita bertengkar dan aku memustuskan untuk mengakhiri hubungan kita.
Kau mengejarku dan…” Suara Mirai berubah pelan “Aku tertabrak mobil. Aku mati…”
Ryosuke terhenyak dan dengan cepat merangkul tubuh gadis itu
dalam pelukannya.
Jadi dia ingat…?
Jadi itu bukan mimpi…?
Lalu apa?
“Jangan bicara seperti itu..” Ryosuke berusaha bicara tenang
sembari mengelus puncak kepala gadisnya lembut. Meskipun sebenarnya, jiwa
pemuda itu sendiri tengah terguncang hebat. “Aku ada disini… tidak akan ada
yang bisa mengambilmu dariku...”
“Arigatou…”Mirai tersenyum kecil lalu mencium pipi Ryosuke
lembut. “Otanjoubi Omedetou, Ryo-kun…”
*****
“Aneh ih, Yamachan…” Arioka Daiki bangkit dari posisi
duduknya dan langsung mengambil tempat disebelah Ryosuke. “Mana ada satu hari
bisa terulang sampai 2 kali… aku sendiri tidak berasa apa-apa kok…tidak ada
yang terulang…”
Ryosuke mengubahr sedikit posisi duduknya agar bisa
menghadap Daiki. “Tapi sungguh! Aku merasa seperti pernah mengalami kejadian
hari ini…”
“Déjà vu maksudmu?” Chinen Yuri menyambung dari belakang
Daiki. Tangannya memegang sekaleng jus jeruk yang baru diteguknya sekali.
“Mungkin…” Ryosuke menjawab pelan. Keningnya sedikit
berkerut. Chinen ikut mengambil tempat disebelah kedua manusia itu.
“Kalau begitu buktikan… kalau kau mengaku pernah melewati
hari ini, berikan bukti, kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini…”tantangnya.
Ryosuke terdiam. Pikirannya melayang, mencoba membayangkan hal apa yang mungkin
terjadi di saat ini.
“AAh! Cewek memang
menyebalkan!!!”
Ryosuke melirik jam
tangannya sesekali sebelum kemudian ikut mendengarkan cerita heboh sahabatnya
yang baru tiba sambil teriak-teriak itu tadi.
10. 09. 32
Ryosuke melirik jam tangannya.
10. 09. 28
“5 detik lagi Yuto akan datang sambil marah-marah dan bilang
cewek memang menyebalkan lalu bercerita kalau dia putus dengan Suzuka…”
“Eh?” kedua alis Daiki terangkat ketika mendengar kalimat
Ryosuke barusan. Chinen perlahan meletakan jus kalengnya di meja.
“5..” Ryosuke mulai menghitung. “4… 3… 2… 1…”
“AAh! Cewek memang menyebalkan!!!” sosok jangkung Nakajima Yuto
tiba-tiba saja muncul diiringi suara bantingan pintu yang keras. Daiki dan
Chinen sontak terkejut dan langsung menatap Yuto dan Ryosuke bergantian.
“Kau putus dari Suzuka kan?” Ryosuke menyambar kalimat Yuto tadi
sebelum si pemuda jangkung memberi penjelasan apa-apa. Yuto hanya mengangguk
dalam kebingungan.
“Tahu dari mana?”
“Aku hanya menebak …” Pamuda itu tersenyum kecil. Yuto
mengangguk paham dan sedetik setelahnya pemuda itu telah kembali melampiaskan
kekesalannya dengan bercerita heboh kepada 3 teman seboybandnya itu.
Chinen dan Ryosuke saling menatap. Seolah tengah
mengkomunikasikan sesuatu, Chinen lalu mengangguk akhirnya.
“Oi, Minaa…” Satu sosok baru kembali memasuki ruangan
tersebut. Kali ini Yabu Kouta, leader tidak resmi Hey! Say! JUMP. “Model-model
dari Nicola sudah datang tuh. Pemotretannya akan segera dimulai…”
Ryosuke menarik nafas panjang sebelum bengkit berdiri. “Aku
duluan Yabu-kun…” ujarnya pelan. Yabu mengerutkan keningnya lalu menggeleng.
“Tidak bisa Ryosuke.. Kau urutan terakhir bersama
Nishiuchi-san. Lagian dia teman SMU kan?”
Yabu menunjukan daftar urutan pemotretan yang ada di tangannya. Pemuda yang
lebih muda 2 tahun didepannya tadi tetap berwajah memohon.
“Demo..” Ryosuke menggigit bibirnya. Seberkas ingatan
kembali memasuki pikirannya.
“Ayolah Ryosuke-kun… hanya minum-minum saja…
hari ini hari ulang tahunmu kan?”
“Gomen ne, Nishiuchi…
Aku ada janji dengan Mirai…”
“EEh? Demo…”
“Maafkan aku… aku tidak
bisa…”
Mariya menggembungkan
pipinya kesal. Namun sedetik kemudian senyum nakal gadis itu terulas.
“kalau begitu…”
CUUP
Bibir Mariya tiba-tiba
saja sudah menyerang bibir Ryosuke dengan ganas. Ryosuke mencoba menjauhkan
gadis itu darinya tapi dengan berusaha tanpa membuatnya jatuh ke tanah. Butuh
waktu cukup lama sampai Mariya melepaskannya.
“APA YANG KAU—“
“Ryosuke?” dan yang
terlihat berikutnya adalah wajah Mirai yang tengah dihiasi bulir air mata.
“Yabu-kun… kumohon…” wajah memohon Ryosuke tetap tidak
berubah. Yabu iba padanya, namun pemuda 22 tahun itu tetap menggeleng.
“Gomen Ryosuke… tapi Johnny-san sudah mengatur semua ini..
aku tidak bisa berbuat apa-apa…”
Ryosuke menunduk.
*****
“Ayolah Ryosuke-kun… hanya minum-minum saja… hari ini hari
ulang tahunmu kan?”
Mariya menarik lengan Ryosuke ketika keduanya bergerak menyusuri jalanan malam kota Tokyo
yang cukup padat. Ryosuke sedikit menepis tangan gadis itu untuk tak
merangkulnya. Ia sudah bisa memprediksi tindakan gadis itu saat ini.
“Gomen ne, Mariya… Aku ada janji dengan Mirai…”
“Demo…”
“Maafkan aku… aku tidak bisa…”
Mariya menggembungkan pipinya kesal. Namun sedetik kemudian
senyum nakal gadis itu terulas. secepat kilat gadis itu berjinjit agar wajahnya
dapat menjagkau wajah pemuda di depannya. Namun sayang, Ryosuke sudah bisa
membaca gerakannya. Pemuda itu spontan menahan tubuh Mariya dan tetap
menciptakan jarak diantara keduanya.
“Kau tidak punya hak untuk menciumku Nishiuchi-san!” Ujarnya
dingin. “Kau tahu kan
aku sudah bersama Mirai?”
“Tapi aku menyukaimu Ryosuke! Sudah sejak dulu! Kau tahu
itu!” Mariya menjawab berang. Ryosuke tetap menatap kedua mata gadis itu tajam.
“Tapi aku tidak. Aku tidak pernah menyukaimu …”
Mariya terdiam. Pandangannya dialihkan ketempat lain. Tanpa
sengaja matanya menangkap sesuatu yang saat itu juga memunculkan senyum
misterius di bibirnya. Ryosuke tidak tahu apa. Dan ketika pemuda itu berbalik,
hendak melihat pemandangan apa yang dilihat Mariya tak jauh di belakangnya,
Mariya sudah menarik wajah pemuda itu dan mencium paksa bibir Ryosuke.
“Ryosuke?” satu suara terdengar samar. Ryosuke sontak
menjauhkan tubuh Mariya dengan paksa dari tubuhnya.
Dan yang terlihat berikutnya adalah wajah Mirai yang tengah
dialiri bulir air mata.
“Mirai…” gumam pemuda itu pelan.
Mirai tak sama sekali menanggapi reaksi Ryosuke, malahan
berlari pergi menajuhi kekasihnya itu. Ryosuke cepat-cepat mengejarnya,
sementara Mariya lalu tersenyum licik.
“Mirai, chotto!” Ryosuke mencengkram langan gadisnya cepat,
berusaha menghentikan pergerakan gadis itu untuk menjauh darinya. Mirai
menampik tangan kekar pemuda itu.
“Hanase!”
Ryosuke enggan melepaskan cengkramannya, bahkan kali ini
ditariknya gadis itu menuju rangkulannya. “Mirai dengarkan aku dulu… tadi itu
aku…”
Mirai mengangkat kepalanya pelan lalu menatap kedua bola
mata coklat bening Ryosuke sendu. Setetes air mata tiba-tiba saja mengalir
keluar.
“Kita sudahi saja…”
Sekali lagi. Kejadian ini, sekali lagi.
“Eh?” Ryosuke pelan-pelan melepaskan lingkar tangannya dari
bahu Mirai. Bukan karena kaget atas pernyataan Mirai, namun lebih karena tidak
percaya skenario ingatannya semalam benar-benar tercetak sama hari ini.
“Hubungan kita, sudahi saja…” Mirai yang sama sekali tak
membaca ekspresi Ryosuke yang sarat akan ketidakpercayaan dan rasa takut kemudian
melepaskan tangan pemuda itu. “Sayonara…” gadis itu segera berlari pergi. Tanpa
menunggu lagi, Ryosuke sontak mengikuti pergerakan Mirai.
“Mirai!” Ryosuke berlari kecil mencoba menjangkaunya.
“Mirai.. matte!” teriaknya. Namun tetap, Mirai tidak sama sekali tidak mau
menghentikan pergerakannya. Ryosuke terus berusaha mengejarnya.
“Hei! Tangkap orang itu!” suara lain ikut terdengar
bersamaan dengan seseorang yang tanpa sengaja menabrak Mirai cukup keras
sehingga membuatnya terhunyung beberapa langkah ke jalanan di depannya. Ryosuke
mengenali tanda itu. Dengan sekuat tenaga pemuda itu mempercepat larinya.
“MIRAI AWAS!!”
Mirai sontak menutup matanya melihat kilauan sinar mobil
berada terlalu dekat dengannya. Gadis itu pasrah, jika ia memang harus mati
saat ini maka mungkin ini takdirnya.
Lagipula ia pernah memimpikannya.
“CRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT”
Tubuh Mirai tiba-tiba saja terasa hangat. Namun bukan karena
terpaan panas deru mesin mobil tadi, melainkan kehangatan familiar yang
diberikan seorang pemuda kepadanya. Gadis itu membuka matanya perlahan, takut
dan gemetar.
Ryosuke tengah mendekapnya kuat. Tubuh pemuda itu juga tak
kalah bergetar hebat. Tetesan bening mengaliri kedua pipinya.
“Ryosuke…”
Ryosuke melirik jam tangannya sekilas.
11. 59. 49
“Yokata…” Pemuda itu memeluk Mirai makin erat. “Arigatou…”
bisiknya perlahan. Mirai menatap kekasihnya agak bingung, meskipun ia sendiri
tak bisa berkata apa-apa. Somehow, ada kelegaan luar biasa yang menyusupi
hatinya, sama seperti yang Ryosuke rasakan saat ini.
“Ryosuke, Gomenasai…” Mirai perlahan ikut memeluk Ryosuke.
“Aku terlalu egois... aku tidak mau mendengarkan penjelasanmu dulu…” ujarnya
nyaris berupa bisikan. Ryosuke hanya mengangguk. Tangannya sama sekali tak
lepas dari tubuh mungil Mirai.
“Daijoubu…”
Mirai merapatkan kepalanya di dada pemuda itu. “Otanjoubi
Omede—“
CRAT!!
Kedua bola mata Ryosuke sontak melebar, begitu pula gadis
yang ada dalam pelukannya. Pipi Mirai tiba-tiba saja mengeluarkan darah segar
akibat goresan yang datangnya entah dari mana sementara tubuh Ryosuke terhunyung
perlahan.
Gadis itu menatap kaget sekaligus bingung. Namun, setelah
pemuda itu jatuh berlutut di hadapannya, Mirai sontak tahu apa yang telah
menimpa kekasihnya saat itu juga.
“RYOSUKE!!!” pekiknya kencang ketika mendapati sebuah pisau
tajam menancap di punggung Ryosuke dan menembus dadanya. Di belakang pemuda itu
seorang wanita cantik tengah tersenyum penuh kemenangan. “Mariya…” bisik Mirai
perlahan. Nishiuchi Mariya menatapnya rendah dan tertawa lebar kemudian berlari
pergi meninggalakn pasangan kekasih itu. Beberapa orang yang kebetulan berada
di sekitar mereka segera mengejarnya, sementara Mirai cepat-cepat menahan tubuh
Ryosuke sebelum benar-benar jatuh ke tanah.
“Ryosuke! Ryosuke bertahanlah! Kumohon!” Mirai
mengguncang-guncangkan tubuh Ryosuke yang kini tergeletak lemah dalam pangkuan
Mirai. Pemuda itu mengerang kesakitan sebelum akhirnya menutup mata.
12.00.00
Senyumanya terulas.
**
…waktumu sudah habis…
…aku tahu… terima
kasih…
…mungkin ini agak
terlambat.., tapi… Otanjoubi Omedetou Yamada Ryosuke…
~end~
HAPPY BIRTHDAY YAMASHI!!!! <3